Kecelakaan

2K 201 0
                                    

"Dek, ayo kita pergi." Ajak Laras pada Samudra sembari menarik kopernya yang berwarna hitam. Tampak sekali bahwa gadis berusia 20 tahun itu sedang terburu-buru sekaligus terlihat takut. Entah apa yang membuatnya ketakutan hingga seperti itu.

"Mau ke mana, Kak? Kenapa bawa koper?" tanya Samudra kebingungan saat melihat Laras yang dengan tergesa-gesa mengemasi baju Samudra ke koper milik pemuda itu.

"Kita bakalan pergi jauh." Laras menjawab Samudra tanpa menatap adiknya itu. Laras benar-benar terlihat kalut dan hal itu tak luput dari pengamatan Samudra.

"Bantu gue."

"Tapi kita mau ke mana? Kenapa tiba-tiba banget?" tanya Samudra sembari mengambil bajunya dari dalam lemari.

"Suatu tempat." Jawab Laras singkat.

Samudra hanya mengangguk dan menuruti perkataan Laras. Perlahan tapi pasti, koper besar berwarna biru milik Samudra sudah terisi penuh dengan pakaiannya. Entah hendak pergi seberapa lama hingga mereka memasukkan pakaian sebanyak itu.

Selesai mengemasi baju, Laras menyuruh Samudra untuk segera pergi ke mobil sedangkan ia sendiri mengunci rumah. Selesai mengunci rumah, Laras masuk ke dalam mobil. Ia langsung mengendarai mobil berwarna hitam itu dengan kecepatan penuh.

"Kak! Jangan ngebut! Gue takut! Biar gue aja yang nyetir kalau kayak gini!" Samudra berteriak ketakutan kala Laras mengendarai mobilnya bak orang kesetanan. Bahkan, sekarang Laras tampak tak memedulikan apapun lagi selain pergi mengendarai mobil bersama Samudra dengan kecepatan tinggi. Untungnya, mereka saat ini tengah berada di jalan sepi yang mengarah ke sebuah hutan. Jadi, hanya sedikit kendaraan yang lewat di sana, bahkan hampir tidak ada kendaraan satu pun selain kendaraan milik Laras dan Samudra.

"Kak! Lo denger gue, 'kan?!" tanya Samudra.

Seolah tuli, Laras mengabaikan semua perkataan adiknya itu. Ia berlaku seperti tak ada orang lain selain dirinya di dalam mobil yang melaju kencang tersebut. Samudra yang merasa muak akhirnya ia menutup matanya dan memikirkan tentang segala sesuatu yang bisa membuat kakaknya seperti ini.

Samudra yang memang sedari awal sudah banyak mengoceh serta meneriaki Laras untuk tak mengebut, membuat Laras bingung kala pemuda itu tak mengeluarkan sepatah kata pun. Tentu saja hal itu membuat Laras khawatir. Laras pun memutuskan untuk melirik ke arah samudra dan mendapati pemuda itu sedang menatap lurus ke arah jalanan di depan sana.

"Samudra! Lo kenapa?!" teriak Laras.

Samudra tetap diam, tak menggubris pertanyaan Laras. Perilaku Samudra tersebut membuat Laras semakin khawatir. Ia takut jika terjadi sesuatu pada adiknya. Untuk itu, Laras berniat menghentikan mobilnya sebentar lalu berbicara santai dengan Samudra supaya dapat mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Samudra yang tiba-tiba saja diam itu.

Mata Laras melotot kala mendapati bahwa rem mobilnya tak berfungsi. Ia mencoba untuk tetap mengendalikan mobil setenang mungkin agar Samudra tak panik.

"Samudra! Lo kenapa?! Jawab pertanyaan gue atau gue pukul nih!" Laras bertanya dengan nada paniknya yang begitu kentara.

Laras melirik ke arah Samudra lalu menyadari bahwa adiknya itu tengah menangis.

"Samudra!" teriak Laras lagi, entah sudah berapa kali gadis itu berteriak pada Samudra.  Tak mendapati jawaban dari sang adik, Laras menghuyung badan Samudra dengan tangan kirinya yang bebas.

Samudra terkesiap lalu menatap Laras dalam. Tersirat kesedihan, kemarahan, serta kekecewaan di mata pemuda itu.

"Apa yang udah lo lakuin?!" teriak Samudra secara tiba-tiba kepasa Laras hingga membuat Laras terkesiap.

"Apa maksud lo nanya gitu?!" balas Laras berteriak.

Air mata mulai menuruni pipi Samudra dengan deras, bahkan isakan mulai terdengar keluar dari bibir pemuda itu. Laras sangat panik kala mendengar isakan adik satu-satunya itu. Ia bahkan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa yang membuat Samudra hingga menjadi seperti itu. Walaupun ia sebenarnya tak yakin, Laras merasa bahwa dirinyalah yang membuat Samudra seperti itu. Tapi ia benar-benar tak paham maksud Samudra.

"Lo pasti tahu apa maksud gue, wanita jahat!" teriak Samudra lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

Laras sangat berusaha untuk menahan dirinya supaya tidak memukuli Samudra yang tidak jelas itu. Ia mencengkram setir mobil dengan kuat.

"Apa yang lo maksud, bodoh! Kalo ngomong yang jelas!"

"Hahaha! Bahkan setelah apa yang lo lakuin, bisa-bisanya lo berlaku seolah gak tahu!"

"Gue beneran gak ngerti maksud lo! Dari tadi lo ngomong apa, sih?!'

"Alah! Gue nyesel punya Kakak kayak lo!"

"Apa yang baru aja lo omongin, Sam?! Gue yang selama ini jaga dan rawat lo semenjak papa dan mama ninggalin kita! Mereka sibuk sama pasangan mereka masing-masing! Lo bener-bener gak ada rasa makasih sama sekali!"

Laras menjeda sedikit ucapannya, lalu menatap Samudra sebentar sebelum akhirnya menatap jalanan lagi.

"Lepas sabuk pengaman lo! Hitungan ketiga, buka pintu mobil, terus lompat!" titah Laras pada Samudra, namun Samudra hanya diam membisu tanpa menjawab perkataan Laras.

"Samudra! Percaya sama gue. Setelah ini gue bakalan pergi jauh dari lo, jadi lo gak akan ngerasa nyesel lagi punya Kakak kayak gue."

Samudra melepaskan sabuk pengamannya, menuruti perkataan Laras setelah kalimat yang diucapkan Laras tadi.

Larss tersenyum ke arah Samudra. "Percaya sama gue kali ini!"

"Hitungan ketiga!" peringat Laras yang diangguki oleh Samudra dengan kaku.

"Tiga!" teriak Laras.

Samudra membuka pintu mobil dan langsung keluar sedangkan Laras menabrakkan mobilnya ke arah pohon besar. Badan Laras terhuyung ke depan. Mobil yang ditumpangi oleh Laras mulai berasap. Dengan kekuatan yang masih tersisa, Laras mencoba membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu, akan tetapi ia hanya mampu membuka sabuk pengaman saja. Tak hanya itu, dari dahi Laras tampak sekali darah mengalir dengan deras. Laras merasakan bahwa matanya sangat berat. Ia lantas menutup matanya karena tak memiliki kekuatan untuk tetap membuka matanya.

Tbc.

Sorry lama up:(
Votement boleh lah:)💕





Terakhir revisi : 05/07/21

Obsesi Pembawa Petaka (Revisi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang