Mahakarya

129 4 0
                                    

Aku menggunakan kemeja putih dengan garis hitam, kacamata berukuran besar berjalan menuruni sekitar 15 anak tangga dari lantai tiga gedung Y. Gedung Y adalah nama sebuah ruangan yang ada di UIN Bandung, ruangan itu A-Z yang isinya tempat perkuliahan.

Seperti biasanya, hari itu tidak terlalu banyak aktivitas yang padat di sekitaran halaman kelas. Bilapun ada keramaian, itu pasti temanku yang sedang mengadakan aksi. Aksi yang aku maksud adalah ungkapan ekspresi yang disuarakan mahasiswa sebagai bukti kebebasan berpendapat. Aku tidak ikut, tapi turut mendoakan.

Pak Agus, petugas kebersihan gedung Y ketika itu sedang berjalan melewati lorong kelas. Meletakkan sapu di ujung ruangan, supaya bersih dan rapih. Seperti hari pada umumnya, pak Agus memberi senyum hangat kepada mahasiswa yang sedang kesiangan. tapi tidak kepadaku yang tidak kesiangan.

Sudah beberapa menit aku menunggu.

Aku melihat brosur yang tertempel di tembok. Itu brosur yang isinya semacam pekan olahraga dan seni antar jurusan di fakultas.

Aku berharap akan ada pekan pembelaan jomblo sedunia. Tapi, itu hanya khayalku.

Sebagai Kosma yang bersahaja, sudah menjadi tradisi korban teman sekelas yang harus melayani mereka. Kata si Asny teman sekelasku, lomba Futsal itu cocok buat kelas A, maksudnya ya kelasku. Perlu kalian tahu, kosma adalah ketua kelas.

"Mba, saya mau tanya," kataku kepada satu- satunya panitia yang sedang menjaga stand pendaftaran.

"Eh, iya, boleh, gimana?" dia seperti kaget, karna kurang kerjaan, di meja tidak ada yang daftar.

Percakapan itu terjadi didepan gedung Y4 didekat tangga. Aku menanyakan informasi seputar futsal. Padahal sebenarnya lebih mengerti futsal dibandingkan wanita itu. ya, pura-pura saja.

Tapi bukan modus. Sebagai kosma yang baik, aku menghindari kemodusan, karna itu mall praktik dan mencederai etika kosma, entah, itu aturan yang aku buat sendiri. Pipi wanita itu terlihat cabi, dibalik kacamataku yang lumayan tebal.

"Kak, ko aneh ya," kataku dihadapan dia.

"Aneh, kenapa?" jawab wanita yang bermata indah itu.

"Ko futsal sedikitan, yah? 5 orang"

"Iya da katanya emang kayak gitu,"

"Kata siapa itu teh kak?"

"Kata ketua Senat," Keningnya mengkerut "mau di sms dulu?"

"Gaperlu, ah. Pokoknya, Futsal harus sebelas orang."

"Ih, kok maksa sih" Aku melihat bibirnya seperti menyimpul menyimpan kesal. Tapi, sesekali dia ketawa.

"Kan, aku cuman nanya, kak. Hehe.." sebagai laki-laki yang baik, aku membalas senyumnya.

"Jadi gimana? Daftar gak? Kesel ih," bibir wanita penjaga stand itu terlihat cemberut.

"Yaudah, gini aja," wajahku jadi so serius "minta nomernya, nanti saya pikir-pikir dulu ikut atau engganya," itu supaya aku dapat kenal dengan dia. Entah kenapa seberani itu.

Aku kemudian mengambilkan kertas. Kertasnya aku potong kecil, supaya dia yakin kalau aku hanya menyisakan ruang kosong untuk satu orang saja.

Wanita itu kemudian menuliskan namanya beserta dengan nomor telfon. Aku pura-pura tidak melihat ke arah kertas, supaya ada ruang bagi pikirannya untuk mengira aku tidak terlalu butuh.

segera aku memasukan kertas itu kedalam celana katun berwarna hitam. penampilanku hampir mirip mahasiswa fakultas Tarbiyah.

Setelah aku berada di kelas, aku membuka kertas itu. semua teman kelas hanya sibuk dengan urusannya masing-masing.

Shining ErlisWhere stories live. Discover now