Makiya Dormitory

13 0 0
                                    


Tempat yang paling berkesan bagiku. Terlebih karna banyak hal-hal yang membuatku merasa dekat dengannya. Tempat itu berada di manisi, dekat dengan kantor kecamatan Cibiru. Bahagia, tertawa, sedih bahkan ketika Erlis meneteskan air mata.

Aku tidak khawatir ketika dia tinggal di Kostan, karna semua penghuni makiya perempuan. Ada aturan kalau pria tidak boleh masuk kamar, kecuali di halaman depan. Maka, kadang aku selalu heran kalau ada orang yang bersikap terlalu cepat mengambil kesimpulan buruk tentang pacaran. "kita kan cuman ngobrol, ya?" kataku ketika ada di halaman makiya.

Disuatu saat ketika kami baru saja pulang dari moko, baju kami kebasahan. Setibanya di makiya erlis hanya menyuruhku untuk beristirahat dulu di halaman makiya karna hujan yang semakin besar.

"Udah, tuh, duduk. Disana dulu". kata erlis menyapu halaman yang akan aku duduki.

"Brrr.. dingin, mau pulang aja deh.." jawabku yang melipat tangan kedinginan.

"Ih, masih hujan. Disini aja."

"Ada kompor?"

"Buat apa?"

"Angetin badan!"

"Hahaha.."

Aku hanya duduk di halaman makiya, yang kata Erlis biasa dijadikan untuk tempat belajar kalau malam hari. Halaman yang relatif luas, lengkap dengan papan tulis membuat penghuni Kostan betah sepertinya berada disini. Akupun tahu informasi bahwa Skor Toefl Erlis melebihi 500, bisa jadi karna makiya. Hanya sesekali saja dia bahas tentang kemampuannya, bila ditanya mengenai cita-citanya, pasti dia akan menjawab "Ingin ke Auckland University". Meski begitu, dia tidak mudah puas dan membanggakan diri tentang kehebatannya, terutama ketika berbicara didepanku. Dia tahu cara menghargaiku. Hebat, aku kagum kepada dia.

"Ini, minum dulu," kata Erlis membawa segelas air putih

"Iya, makasih" jawabku tersenyum

"Maaf ya, jadi hujan-hujanan." Wajahnya muram.

"Maaf ya, jadi bawa air." Wajahku, sedikit sama.

"Eh, haha. Kan haus?"

Aku hanya mengangguk dan tertawa

"Aku boleh nanya gak?" kataku setelah meneguk setengah gelas air.

"Boleh. apa?"

"Kenapa mau sama Daniel? Kan banyak yang suka sama Erlis?" Wajahku pucat.

"Kamu itu sulit untuk diabaikan. Kamu buat aku nyaman, semoga aku juga gitu, ya? terus, kamu selalu melakukan hal-hal kecil yang buat aku bahagia. Gatau, kenapa bisa. Udah yakin aja, ketika melihat kamu, ya kamu terbaik menurut aku. Gimana ya? sulit didefinisikan untuk seorang Daniel."

"Tapi, ga malu kalau sama adik kelas?"

"Hahaha, enggak lah! kan kita seumuran ?"

"Iya 95. Malah lebih tua aku bulannya." Maksudnya, kami berdua lahir pada tahun 1995.

Aku kembali meneguk air yang ada didalam gelas. Air itu jernih, sama seperti yang aku tahu kalau Erlis selalu berkata dengan jernih dan sukar sekali untuk berbohong. "lebih baik berkata pahit, daripada aku harus menyembunyikan apa yang menurutku baik" kata dia ketika aku menaruh gelas yang sudah tidak berisi air.

"Terus, kenapa Daniel tiba-tiba bisa pilih aku?" kata Erlis.

"Kenapa ya?" aku bertanya heran, seperti menerima pembalasan.

Shining ErlisWhere stories live. Discover now