Lebih Dekat

122 5 0
                                    

Ketika hari-hari ujian di laksanakan, aku lebih sering belajar di kelas dari pada makan di kantin ketika waktu istirahat datang. Sengaja tak ke kantin karena aku dan kelima teman ku sudah membawa bekal, karena waktu istirahat yang sempit dan harus naik turun tangga, membuat ku malas untuk sekedar turun membeli makanan.
Ya, meskipun kadang Ron menawarkan sesuatu untuk di beli ketika aku tak ingin pergi ke kantin.

"Gadis aja nih yang di tawarin beli sesuatu, kita kok enggak ya" celetuk Rani

"Eh, kalau kalian mau pesan juga boleh, nanti aku belikan di kantin" kata Ron panik.

"Kalau di bayarin sih mau" sahut Devi

"Hehe jangan dong" kata Ron sambil pergi meninggalkan meja kami.

Aneh bukan, dia selalu seperti itu ketika menyangkut mengenai aku. Tapi dia tak pernah mengatakan sesuatu.
Ah biarlah, aku rasa dia memang hanya menganggap teman.

Ujian hari ini lancar dan tanpa kesulitan, tak ada hal yang sulit di mata pelajaran kesukaan ku ini.

Handphone ku berbunyi, ku buka pesan dari Ibu. Kalau hari ini tidak bisa menjemput karena sedang kurang enak badan, aku di beri pesan yang berisi rute menuju rumah menggunakan beberapa angkot biru yang harus aku naiki nanti.
Lalu aku bergegas pulang menuju jalan raya untuk mencari angkot biru.

"Gadis?" Katanya sambil membuka helm teropong miliknya.

Aku diam saja sambil menengok ke arah dia.

"Kamu kok pulang sendiri, gak ada yang jemput apa?" Tanya Ron.

"Iya Ibu lagi kurang enak badan, jadi gak ada yang jemput sekolah" jelasku

"Kalau begitu sama aku saja, bagaimana?" Ron menawarkan diri mengantarku pulang.

"Enggak usah, aku sudah tau jalannya kok" tolakku halus

"Gak apa-apa sama aku saja, kebetulan tadi aku bawa helm dua" katanya sambil menyodorkan helm yang dia bawa.

"Emmm iya deh boleh" kataku menyetujui tawarannya.

Kami lansung bergegas pulang ke rumah karena terlihat awan gelap sudah mulai terlihat. Pertanda hujan akan turun.
Cepat sekali aku sampai di rumah, aku persilahkan Ron untuk masuk dulu kerumah, karena tiba-tiba hujan lansung turun sangat lebat.
Ron lansung minta izin untuk pulang, karena dia membawa mantel juga di dalam sepeda motornya. Tapi aku cegah agar masuk saja dulu dan berkenalan dengan keluarga ku.

"Gadis pulang" kataku menengok seisi rumah yang sepi.

"Iya nak sebentar, Ibu sedang di dapur" jawabnya

"Ini ada teman Gadis di depan" kataku sambil menghampiri ibu di dapur.

"Oh suruh masuk, di luar masih hujan" kata ibu sambil mengiris bawang.

"Enggak mau tuh Bu, katanya malu" kataku sambil tertawa kecil

Lalu Ibu menghampiri Ron yang berada di ruang depan, menyuruh untuk masuk ke dalam biar enggak kedinginan. Sambil sedikit memaksa agar dia tidak malu.

"Ini aku bikinin teh panas buat kamu" kataku sambil meletakan cangkir

"Wah terimakasih banyak loh, jadi merepotkan" kata Ron sambil meminum teh.

"Aku yang harusnya terimakasih, sudah di antar pulang. Kalau gak ada kamu pasti kehujanan tadi" balasku

"Iya sama-sama" katanya sambil tersenyum.

Menunggu hujan hingga sore tiba, cukup lama hujan yang turun seketika. Hujan sudah mulai reda, Ron pamit ke ibu untuk pulang ke rumah karena hari sudah mulai gelap katanya. Dengan memakai jaz hujan dia pulang.
Sebelum pulang dia berpesan, jika besok tidak ada yang mengantar, boleh menghubunginya agar bisa berangkat ke sekolah bersama.

"Ron, bisa gak besok aku berangkat sama kamu saja" tanya ku melalui sms

Aku memintanya seperti itu karena ibu menyetujui, di samping kondisi yang masih sakit dan aku sedang ujian. Sedangkan ojek pengkolan dan angkutan umum cukup jauh dari perumahan tempat ku tinggal.

Cringgg. . . Cring...
"Boleh Dis, besok biasanya aku berangkat pukul 6 ke sekolah" jawabnya singkat

"Wah kebetulan jam berangkat kita sama, jadi besok ya. Gak ngerepotinkan?" Balasku sambil ku berjalan menuju kamar

"Enggak kok, lagian kita juga satu arah" jawab dia menjelaskan

"Oke, sampai ketemu besok" balasku

Ke esokan harinya, dia sudah berada di depan pagar rumah tepat jam 6 pagi. Kami langsung berpamitan ke Ibu untuk berangkat sekolah.
Di sepanjang jalan Ron hanya terdiam, tetap focus pada jalan yang di lalui. Sampai kami berada di gerbang sekolah, aku turun dan lansung menuju ke dalam kelas bersama Vira.

"Cieeeee yang boncengan" goda vira sambil mencolek daguku

"Ihss, apaan sih" jawabku cemberut

Hari ini Ron sangat berbeda, dia rela menjemput ku sekolah. Dia membawakan ku teh hangat ke kelas karena pagi yang dingin membuat ku selalu bersin. Tak lupa juga tissu untuk ku.

Ron menjadi inspirasi tulisan di kala aku sendiri.
-------------------------------------------------------
Aku tak akan menolak setiap perhatian yang dia beri.
Ini rasa sepertinya sudah tertata rapi.
Hadirmu memberi warna dalam pelangi.
Memberi setiap jengkal keindahan di dalam diri.
-------------------------------------------------------

Buku tulisku langsung ku tutup, karena Ron tiba-tiba muncul dan duduk di depanku. Aku terkejut, dan dia menatap ke arah buku yang telah tertutup.

"Kenapa seperti terkejut dis" tanya Ron heran.

"Mampus, harus aku jawab apa pertanyaan dia" kataku dalam hati

"Dis" suara dia sambil melambaikan tangan di depan muka.

"Emmm enggak kok, aku mau ke bawah dulu ya" jawabku sambil berlalu pergi keluar kelas.

Hampir saja dia tau mengenai apa yang ku tulis. Bisa-bisa panjang kalau rasa ingin taunya tinggi mengenai tulisan di buku ini. Hah, syukur lah aku bisa menghindari pertanyaannya.

GADISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang