Pentas Seni Sekolah

191 5 0
                                    

Hari ini datang juga, ah semoga saja kelas ku menjadi salah satu juara. Mempersiapkan ini semua selama beberapa hari sangat melelahkan hati, pikiran dan jiwa.
Haha, tak usah di rasakan di jalani saja Dis. Batin ku menenangkan kelelahan ini.

Kelasku memakai tema seni rupa, dimana kelas si setting dengan dekorasi mengenai seni. Dari panggung drama mini, studio band, dan juga ruang lukis. Jadi sudut pojok kami rubah menjadi seperti ruangan yang berisi mengenai kesenian.

"Eh, kok gak keliatan si Ron dari tadi. Kemana dia?" Tanya Nia.

"Iya, padahal dia bagian pengiring untuk backsound di teather nanti" kata devi sambil mencari Ron.

"Kamu gak ngelihat dia ?" Tanya nia kepadaku

" enggk tuh, tadi memang aku berangkat bareng sama kakak ku" kataku menjelaskan

"Oh pantesa, coba kamu telepon dis" kata Memel.

Ron memang sering terlambat kalau sudah tidak ada kelas, tapi aneh saja sudah hampir jam di mulai lomba dia belum datang juga.
Aku keluar untuk mencoba menghubungi via telepon, karena dari tadi sms tidak ada yang di balas.

"Hei" sapa Ron sambil menepuk bahu ku

"Eh" jawabku kaget

"Duh hampir telat" kata dia sambil nafasnya tersenggal-senggal.

"Udah telat, sana masuk. Di cari anak-anak tuh" jawabku.

Lalu Ron bergegas masuk ke ruang kelas untuk memberikan beberapa file musik yang akan di putar untuk memeriahkan ruang kelas.

"Hei Gadis" sapanya dari jauh.

"Halooooo" sambil ku lambaikan tangan.

"Gimana kelas kamu?" Tanya octa.

"Tuh lihat, ya begitu deh" kataku sambil menunjuk

"Emmm lumayan bagus, masih bagus di kelasku sih" kata Octa sambil tertawa.

"Ya deh kelas kamu bagus, tapi kita yang bakal menang loh" kata ku bercanda sombong padanya.

"Hahaha lihat saja nanti" tawanya

"Oke, ngomong-ngomong kamu mau kemana?" Tanyaku.

"Ini aku mau cek sound di bawah" katanya sambil bersandar.

"Oh, kamu ikut lomba apa nanti?" Tanyaku lagi penasara.

"Aku mau main band sama anak kelas, nanti lihat aku ya" katanya tersenyum.

"Wah keren, iya pasti aku lihat" kataku.

Lalu octa terburu-buru pergi ke bawah, karena teman-temannya sudah berteriak mengajak untuk ke bawah.
Baru aku ketahui kalau octa adalah anak yang suka musik juga. Aku jadi lupa mau tanya dia bisa bermain musik atau sebagai vocal di bandnya.
Ah lebih baik nanti saja, sekalian aku melihat dia perform di acara.

"Mel, nanti lihat si Octa perform yuk di bawah" ajak ku.

"Boleh, nanti kita sekalian melihat kelas kita perform teater" jawab memel.

Acara resmi di buka dengan apel pagi di halaman sekolah.
Acara pertama fokus kepada lomba dekorasi kelas, dan nanti akan di lanjudkan acara pentas seni.

Setiap kelas mulai di datangi tim juri, mulai dari kelas yang berada di atas.

"Kira-kira kita menang gak ya" tanya memel kepadaku.

"Ya jelas menang dong" jawabku sombong.

"Eh kita keliling yuk, lihat kelas yang lain bagaimana dekorasinya" ajak devi.

Kami mengelilingi beberapa kelas untuk melihat hasil kerja mereka. Karena pentas akan di mulai, kami lansung menuju kebawah untuk melihat hiburan yang akan di mainkan teman-teman.

"Hei, Octa sini" teriak Memel dari jauh memanggil Octa.

"Halo" katanya singkat.

"Kamu tampil urutan ke berapa?" Tanya Memel.

"Gak tau nih, masih nunggu si haikal yang lagi antri ambil nomer " jawabnya.

"Kamu nanti bagian apa?" Tanyaku.

"Aku vocal" jawabnya tersenyum.

"Wah bisalah sekali-sekali ke rumah ajarin aku nyanyi" pinta ku kepada Octa.

"Boleh, kita nyanyi bareng saja. Aku gak bisa ngajarin" jawabnya tersenyum kecut.

Tak lama temannya menghampiri untuk mengajaknya ke belakang panggung berkumpul dengan bandnya.
Aku hanya dengan Memel, karena yang lain sedang pergi makan ke kantin. Jadi aku langsung mencari tempat teduh di depan panggung.

Aku tak melihat devi, vira, rani dan nia.
Kemana ya mereka, tadi pamit ke kantin untuk membeli cemilan tapi lama sekali.

"Dis sebentar ya, aku mau ke belakang sebentar. Kamu disini saja" kata Memel sembari berdiri

"Mau kemana?" Tanyaku pada Memel.

"Ada lah, sebentar saja" jawabnya tersenyum.

Aku akhirnya sendirian di depan panggung sambil menunggu mereka datang. Lalu teman-teman kelas menghampiriku karena mereka tampil di urutan ke 3 dari 20 peserta yang ikut. Jadilah mereka menunggu di depan panggung sambil melihat kelas lain. Tapi aku tidak melihat si Ron, mungkin dia sedang mengutak-atik laptop dan backsound untuk nanti.
Datanglah giliran kelas ku untuk tampil.

"Hei, sory lama" kata mereka sambil duduk disebelah.

"Kemana saja? Ini tenggorokan udah kering" kataku sewot.

"Kita udah dari tadi disini, cuma gak ada tempat jadi kami di belakang sono" Devi menjelaskan.

"Memel bukannya sama kamu?" Tanya Nia.

"Iya,kemana itu anak" Rani ikut bertanya.

"Katanya ke belakang tapi gak tau kebelakang mana, gak mau di temenin tadi" jawabku masih sewot.

"Cieee masih sewot aja sih, sini sini peluk" kata Devi sambil memelukku.

Akhirnya pertunjukan di mulai, kelas ku menampilkan cerita rakyat yang di parodikan. Kisahnya timun emas tapi dengan bumbu lelucon yang mengocok isi perut penonton bahkan juri sampai standing applause. Keren pokoknya aksi mereka di atas panggung.
Acara hari ini seru sekali, bahkan sangat menghibur. Sampai akhir acara Memel tetap menghilang entah kemana.

"Hei Gadis" teriak seseorang dari kajauhan.

Aku coba menengok kearah suara itu berasal, ternyata si Octa dengan anggota bandnya. Aku menghampiri mereka dan berkenalan dengan yang lain. Mereka hanya berempat dan perempuannya hanya satu orang.
Aku menuju ke kelas dengan Octa, karena yang lain sedang merapikan peralatan mereka, kami tinggalkan mereka untuk menuju ke lantai atas.

Aku sengaja melewati ruang kelas lain sambil mengobrol banyak hal dengan Octa di sepanjang jalan. Tidak tahu kapan kita mulai akrab, sekarang kami sudah saling akrab dan nyambung saja saat mengobrol berdua.
Tak sengaja melihat Memel di dalam kelas dengan seseorang, kalau gak salah itu sih pacarnya Memel yang waktu itu dia bicarakan.
Memang mereka tidak terlalu terlihat berpacaran, yang tahu hanya beberapa orang dan teman dekat saja.

Aku mengantar Octa untuk mengambil tas dan begitupun juga sebaliknya. Aku melihat Ron sudah bersiap pulang dan katanya menunggu aku sedari tadi.
Hari yang menyenangkan dan juga melelahkan. Sambil ku pandang langit sore yang cerah waktu itu, terlihat sinar matahari yang menjadi orange dan langit yang sedikit gelap.
Menuju kegelapan malam untuk mememjamkan mata dari hari yang melelahkan.

GADISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang