Memulai cerita

130 5 0
                                    

Pagi ini mendung, entah lah hujan turun atau tidak untuk pagi ini. Aku terdiam dan duduk manis di atas kursi ayun teras rumah. Menunggu dia datang menjemput untuk pergi sekolah.
Tak seperti biasanya dia terlambat, hingga Ibu bilang untuk mengantarkan ke sekolah.
Sepertinya kali ini dia lupa akan penumpang yang sedang dekat dengannya.
Terdengar suara bising motor di depan pagar rumah, aku tengok itu dia. Dengan helm retro dan jaket kulit kesukaannya. Tanpa merasa bersalah langsung mengajak pergi ke sekolah, aku berpamitan kepada orang rumah.
Cukup pelan laju motornya, aku sebal tapi aku tak mau berbicara. Ketika dia bertanya aku hanya menjawab sekenanya, malas ku jawab semua tanya dia.

Di luar gerbang sekolah masih terlihat ramai siswa yang baru datang. Aku melewati lorong dan ku lihat jam sekolah sudah menunjukan jam masuk, yang berarti kami terlambat.
Emmm, aku baru ingat. Sekarang sudah tak ada pelajaran lagi, ini jam santai untuk kami, ketika ke sekolah hanya untuk absensi.
Pantas saja Ron terlambat menjemput untuk pergi sekolah.

"Pagi anak-anak" di depan pintu bu.ike menyapa.

Kami terkejut dan segera menempati tempat duduk biasanya, seketika kelas terdiam seribu bahasa.

"Selamat pagi Bu" jawab semua anak kelas.

"Karena ujian telah usai dan tidak ada pelajaran, maka pihak sekolah akan melaksanakan Pameran seni dan budaya. Yang berupa pameran kelas dimana setiap kelas wajib untuk menunjukan dekorasi kelas dan tema yang bagus, pentas seni yang di antaranya musik/band, seni tari, dan seni teather. Semua akan di lombakan" kata Bu.Ike menjelaskan kegiatan akhir semester.

Lalu kami mencoba untuk merundingkan bersama mengenai apa saja yang akan kami ikuti. Sebenarnya aku suka sekali musik, tapi malah tidak ada yang minat dan yang memiliki bakat hanya 2 orang di kelas. Akhirnya kelas ku menampilkan seni teater saja, dimana hampir limapuluh persen kelas menjadi bagian, sedangkan yang lain mempersiapkan untuk mengikuti dekorasi yang di wajibkan seluruh kelas.

Siang ini terasa panas, waktu masih menunjukan bahwa matahari tepat di tengah-tengah garis dunia.
Di atas motor makin terasa panas, ketika macet tak bisa terhindarkan.
Aku dan Ron mendapatkan tugas membeli beberapa bahan untuk membuat properti kelas dan teater.
Setelah berbelanja kami kembali ke sekolah untuk menaruh bahan di dalam kelas. Lalu kami pulang..

Hari ini sungguh melelahkan, rasanya panas ingin membuat ku pingsan. Berendam di dalam bathub memang pilihan yang tepat untuk merelaksasi tubuh yang lelah ini.
Cukup nyaman setelah aku berendam sebentar dalam kamar mandi, merebahkan diri di atas kasur sangat nyaman hingga aku terlelap.

"Tok.. tok.. tok..." suara pintu kamar yang amat keras.

"Gadis, sudah pagi. Ayo cepat bangun" suara ibu dari balik pintu.

Aku kaget dan terbangun melihat jam dinding. Ah, ternyata aku tertidur sangat pulas kemarin malam. Aku lihat hp ku, sangat banyak sekali pesan dan telepon masuk.
Aku hanya membacanya dan membalas beberapa yang penting.
Beranjak dari kasur yang empuk di pagi yang nyaman ini sangat susah, tapi tubuh yang lelah merasa telah bugar seketika.

Membuka jendela di pagi hari dan rasakan angin yang sejuk di pagi tanpa polusi. Aku ke teras depan membuka pagar untuk Ron yang telah berada di sana sedari tadi.

"Sebentar lagi liburan kamu akan kemana?" Tanya Ron ketika di teras rumah

"Mungkin di kota ini saja, namun ada yang special kali ini" jawabku sambil tersenyum karena memikirkan hal itu akan tiba.

"Apa tuh yang special?" Tanya Ron pensaran.

"Ada deh" kataku sambil pergi meninggalkan Ron dengan senyumri lebar yang bahagia menuju dapur untuk menaruh piring.

"Cieee pakai rahasia segala" teriak Ron, sambil berdiri mengikuti ku dari belakang dengan melahap makanan di sisa sendok terakhir.

Hari ini sekolah cukup ramai orang berlalu lalang, keluar masuk sekolah untuk menyiapkan pesta budaya sekaligus lomba akhir semester.
Aku lansung menuju kelas yang masih sepi, aku lihat hanya beberapa saja yang hadir di dalam kelasku ini. Aki sempat heran, Ron pun sepertinya masih di tempat parkir.

"Hei Dis, bantu kita dong bikin dekorasi" teria Nia dari pojok bangku belakang.

Aku lansung menuju mereka yang sibuk membuat properti untuk tampil di pensi nanti. Cukup lama kami membuat properti, dan kelas juga masih sepi. Ron pun tidak nampak batang hidung dia ada dimana.

"Mel !!! Yang lain pada kemana?" Tanyaku penasaran.

"Oh mereka lagi di bawah, anak cowok lagi mengecat properti" jawabnya sambil terus fokus dengan tugasnya.
Aku pergi ke kantin dengan Memel, untuk membeli sesuatu yang segar.

"Hei Mel" sapa perempuan itu dengan menepuk pundak Memel.

"Eh kamu, mau kemana? Tanya Memel.

"Ini mau makan aja di kantin, gabung dong. Gak ada temennya nih" katanya sambil berjalan mengikuti aku dan Memel.

"Boleh" kata Memel singkat.

Aku penasaran, siapa cewek tersebut. Rasanya aku tak pernah melihat dia, bahkan Memel tak pernah bercerita mengenai temannya itu. Ah sudahlah, mungkin itu temannya sewaktu SMP dulu, makanya mereka sudah akrab.

"Eh Dis, ini Octa. Temen pas dulu pertama masuk kesini, waktu itu kami satu kelompok ospek" jelas Memel sambil mengenalkan cewek itu.

"Hai aku Gadis" ku jabat tanganku sambil tersenyum.

"Octa" jawabnya membalas senyumku.

Tunggu dulu, bukannya kalau ospek biasanya satu kelompok menjadi satu kelas selama dua semester awal.

"Ingat tidak? dulu pas awal kita masuk, kita sering telat bareng pas ospek Mel" kata Octa memulai cerita.

"Ah iya, lucu ya dulu sering di hukum bareng sampek jadi akrab. Sekarang udah mau masuk semester tiga saja kita" jawab octa sambil memakan cemilannya.

"Sayang sekali ya dulu kamu malah di pindah kelas, jadi kita enggak bisa satu kelas" kenang Octa.

"Haha, iya. Kalau kita sekelas pasti rame ya. Tapi semester tiga kan ada konsentrasi kita bisa kok sekelas" kata Memel.

"Emang kamu mau konsen di apa Mel" tanya Octa.

"Aku sih mau masuk IPA, ayo kamu juga. Sama Gadis juga masuk di IPA" kata Memel mengajak.

"Yah sayang sekali, aku minatnya di kelas bahasa. Kita jadi gak bisa satu kelas lagi" jawabnya kecewa.

Dari pembicaraan mereka aku tau, kalau mereka bukan teman lama. Tapi baru kelas d SMA namun sudah akrab karena sama-sama ramenya. Tambah satu lagi teman yang bakal membuat hari menjadi semakin rame di semester berikutnya.
Kantin selalu menjadi sarana untuk berteman walau berbeda kelas.

GADISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang