Memiliki Maksud Lain

210 4 0
                                    

Semakin hari, rasanya semakin dekat aku dengan Ron. Dia selalu lebih perhatian ketika aku mengalami kesulitan, terkadang dia juga memberiku beberapa lagu baru yang dia download, biasanya dengan alasan meminjam ipod ku, dia diam-diam mengisi lagu yang baru di dapatnya.

"Sudah dengar belum?" Tanya dia mengagetkan

"Eh dengerin apa?" Tanya ku balik karena enggak ngerti dengan pertanyaan tiba-tiba dia.

"Lagu yang kemarin aku masukin ke Mp3 kamu, bagus kan" jawab nya sambil tersenyum

"Oh, yang itu. Sudah bagus lagu nya agak ngebit, pas d awal sih kalem tapi pas tengah-tengah lumayan bikin nagih untuk di ulang" jawabku tersenyum

"Hahaha, ya jelas lah" sambil dia tertawa tengil

Dia berlalu menuju meja tempatnya duduk, sambil memegang hp dan headset yang selalu terpasang di kupingnya. Dia duduk tanpa kata sambil melakukan sesuatu yang entah tak pernah ku tahu.

"Hei, Dis diem aja kamu. Apa kurang sehat hari ini?" Memel bertanya sambil menggoda ku.

"Ah, enggak. Enggak kenapa-kenapa ih, orang cuma lagi pingin diem aja" jawabku sekenanya

"Hayo kenapa, cerita saja deh kenapa. Tumben Gadis diem sendirian di kelas pagi-pagi" menggodaku lagi

"Ada apa sih kok rame amat" tanya Devi penasaran

"Ini si Gadis, gak biasanya dia ngelamun di meja" terang Memel

"Ati-ati Dis disini katanya ada hantu yang suka merasuki orang yang sedang ngelamun" timpal Vira menakut-nakuti

"Ih, apa an sih kalian. Serem deh masih pagi bahasnya begituan" jawabku manyun

Mereka memang suka menggoda ku, karena di antara mereka aku terkenal sedikit takut akan hal-hal berbau mistis. Jadi mereka sering bercerita yang seperti itu kalau kita lagi barengan.

Bell istirahat sudah berbunyi.

"Yuk, kita berangkat jajan" ajak Nia sambil menggandeng tangan Devi

Kami berangkat menuju lantai dasar ke arah kantin sekolah untuk sekedar membeli cemilan atau nasi kotak.

"Aku tunggu disini ya, kalian pesan aja duluan" kataku kepada mereka.

"Oke, kamu gak mau pesen sesuatu?" Tanya memel menawarkan

"Emmm apa ya?" Jawabku bingung sambil melihat kanan kiri dan menu makan yang ada di kantin.

"Kalau lama kita tinggal nih, biar melongo sendirian di meja" celetuk Nia

"Sebentar dong, ihhh Nia mah gitu" jawabku

"Ya uda mau nitip apa?" Tanya memel lagi

"Aku mau pesen sosis sama minuman dingin aja deh di tenda kuning" jawabku sambil menunjuk tempat yang ku maksud

Akhirnya mereka pergi meninggalkan aku sendirian di bangku pojok ini, kebetulan aku membawa novel yang baru ku beli kemarin saat jalan-jalan dengan Mbak Ninin.
Jadi aku tidak terlalu kesepian meski sendirian dan memang aku suka membawa beberapa novel ke sekolah untuk sekedar ku baca saat waktu senggang.
Tiba-tiba ada yang duduk di depan ku tanpa permisi, aku sempat terkejut karena dia lansung duduk dan menaruh beberapa makanan seperti di banting ke atas meja.

"Maaf di sini ada orang nya" kataku sambil melihat siapa orang ini

"Kalau gabung boleh kan Dis?" Jawabnya padaku

"Enggak boleh, sono cari tempat lain" jawabku ketus

"Yaela, lihat tuh semua udah pada penuh tempatnya" sambil dia menatapku

"Ya udah duduk aja Ron" jawabku lagi

"Nah gitu dong, makasih" dia mengucapkan sambil tersenyum sok manis

Lama juga mereka tak datang, aku jadi ingin melihat mereka apakah sudah pesan atau belum. Takut keburu selesai waktu istirahatnya.

"Psstt.. pssst.." panggil Ron pelan

"Apa? " jawabku singkat

"Tumben kamu kok sendiri Dis?" Tanya Ron sambil mengunyah makanan

"Enggak tadi sama si Memel dan yang lain tapi lagi beli mereka" jawabku sambil mencari dimana mereka

"Oh gitu, kamu sudah punya pacar belum sih Dis?" Ron bertanya sambil menatapku penuh harap

Aku hanya terdiam, karena aku kaget tiba-tiba bertanya sesuatu yang membuat ku heran akan pertanyaan isengnya itu.

"Eh, maaf kalau gak boleh tau gak apa-apa kok" imbuhnya sambil salah tingkah

"Enggak kok, aku belum punya pacar" jawabku

Lalu Memel dan yang lainnya datang lansung duduk di samping kami. Meletakan beberapa cemilan yang sudah aku pesan tepat di depanku.
Lalu Ron pamit untuk kembali ke kelas, mungkin karena yang dia beli sudah habis duluan jadi dia pamit untuk menuju kelas. Ketika melihat jam tangan ku juga sepertinya waktu istirahat hampir habis.

Bell sudah berbunyi untuk kembali ke kelas, mata pelajaran terakhir untuk hari ini. Rasanya ingin sekali cepat berlalu untuk pelajaran ini, yang mungkin sangat membosankan karena guru di depan hanya sedikit menjelaskan lalu memberi tugas dan pergi entah kemana. Kembali lagi saat bell pulang sudah berbunyi, kadang tak kembali untuk sekedar mengecek pelajaran yang telah di berikan.

Saatnya pulang, aku menuju ke gerbang dengan Memel dan lainnya.
Satu persatu mereka pamit lansung pulang karena sudah di jemput.
Sepertinya hanya tertinggal aku sendiri di sini, ku lihat cuaca sedang gelap, awan mendung menyelimuti setiap jengkal dari langit yang awalnya terang dan panas.
Sudah sekitar setengah jam aku menunggu ibu tak kunjung menjemput, sambil aku coba telepon beliau.

"Loh Dis, kamu belum di jemput juga?" Tanya Ron padaku.

"Iya nih, mungkin ibu sedang di perjalanan menuju kesini" jawabku

"Ya sudah, aku temenin di sini ya. Aku juga enggak keburu untuk pulang ke rumah" kata Ron menawarkan untuk menemani ku yang sendiri di trotoar jalan gerbang sekolah.

"Ron... kenapa kamu tadi bertanya seperti itu di kantin?" Tanyaku penasaran

"Hehe. . . Enggak apa-apa kok. Cuma bertanya aja" jawabnya salah tingkah

"Aku kira kenapa" jawabku sambil mengecek hp

"Aku boleh minta nomer hp kamu gak?" Tanyanya malu

"Buat apa?" Tanyaku lagi ke Ron

"Ya kali aja kalau ada tugas atau apa aku jadi bisa tanya-tanya ke kamu" jawabnya terlihat bingung

"Oh iya, ini nomer hp ku" sambil aku tunjukan nomer ku yang tertera di layar hp.

"Ok, aku save ya. Aku coba cek misscall" katanya sambil memencet tombol di hp

"Sudah masuk, ini kah nomer kamu?" Tanyaku sambil menunjukan nomer yang masuk

"Nah benar, save ya" katanya tersenyum

"Iya sudah. Eh aku duluan ya, ibu ku sudah menjemput. Bye Ron" kataku sambil berlalu menuju motor ibu

Di perjalanan pulang, aku berpikir dan kadang tersenyum sendiri dengan tingkah laku Ron.
Entah ini cuma perasaanku saja atau memang Ron sedang mendekati aku saat ini. Ah aku harus buang jauh-jauh pikiran itu, gak mungkin Ron sampai suka ke aku. Karena kan dari awal memang anaknya seperti itu. Mustahil teman dekat ku sampai suka atau bahkan memiliki rasa yang dalam di hatinya buat aku.

GADISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang