Namanya Raffa

15 2 0
                                    

Gubrak

"Sorry-sorry," ucap Lea ketika dia tidak sengaja menabrak seseorang.

Lea menunduk karena benturan yang cukup keras di dada orang yang ditabraknya itu, geger otak gak ya?

"Ehmm, lo nggak pa-pa?" tanya suara cool tersebut yang berhasil membuat Lea menatapnya.

Lea terpaku pada pandangan pertama ketika mata hazel dari orang yang ditabraknya itu menatap matanya. Indah sekali ,Tuhan! Batin Lea menjerit.

"Eh, maaf ya," sesal Lea ketika dia sudah tersadar dari lamunanya.

Cowok itu tersenyum hangat, yang sekali lagi berhasil membuat Lea terpaku. Untuk pertama kalinya setelah dua tahun dia di SMA, Lea merasa tertarik dengan seseorang.

"Gak pa-pa kok," jawab cowok itu sambil tersenyum. "Bisa minta tolong gak?" tanya cowok itu melanjutkan.

Dengan reflek, Lea mengangguk. "Bisa-bisa," jawabnya cepat.

"Tolong anterin gue ke ruang kepala sekolah," pinta cowok berseragam berbeda dengannya.

Lea memerhatikan penampilan cowok itu dari atas ke bawah, bawah ke atas lagi, lagi atas ke bawah, alah, macam mesin scanning.

Menyadari kebodohannya, Lea hanya nyengir tidak jelas ketika cowok itu menatapnya aneh. "Sini, gue anter," kata Lea setelah kesadarannya kembali terkumpul.

Cowok berkumis tipis dengan warna kulit sawo matang itu langsung mengikuti langkah anggun Lea. Sebuah ketidaksengajaan yang luar biasa bagi cowok yang berstatus murid pindahan ini bisa mengetahui Lea.

Keduanya berjalan beriringan. Lea yang sejak tadi berjalan dengan sedikit menunduk dan cowok itu sesekali melirik Lea yang posisinya jauh lebih pendek darinya.

Sumpah! Ini benar-benar bukan Lea. Biasanya gadis itu akan sangat tenang menghadapi segala macam cowok tampan. Namun sialnya, hanya karena tatapan hangat dari bola mata hazel itu, Lea benar-bemar kehilangan kendali.

"Nama lo siapa?" Lea terkejut ketika suara maskulin cowok itu kembali terdengar.

Dengan gelagapan, Lea mendongakkan kepalanya agar bisa melihat cowok tersebut. "Azalea Eidelweisa," jawab Lea diakhiri dengan ringisan ketika menyebutkan namanya yang cukup aneh.

"Gue Deraffa Mahendra," ucap cowok yang ternyata bernama Raffa itu.

Lea hanya tersenyum kikuk ketika tangan Raffa terulur mengajaknya bersalaman. Sentuhan yang dihasilkan mereka berdua terasa sangat nyaman bagi Lea, entah karena apa.

Keduanya sampai di depan ruang kepala sekolah. Lea masih gugup dengan segala pikirannya, sedangkan Raffa berbalik badan sehingga menghadap Lea.

"Thanks ya," ucap Raffa dengan senyuman tulus yang membuat jantung Lea dag dig dug. "See you again Eidelweis," lanjut Raffa jenaka seraya menyebutkan nama belakang Lea.

Lea tersenyum kikuk dengan malu-malu anjing, eh kucing. "Semoga," cicit Lea dengan suara kecil. "Gue pergi dulu ya," ucap Lea cepat lalu beranjak pergi dari Raffa.

Raffa tersenyum geli melihat cewek cantik itu menanggapinya dengan kaku. Ah, kesan menyenangkan di hari pertama dia bersekolah di Dewanta Nusantara.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang