"Sumpah! Capek banget!" kesal Lea yang kini sudah duduk selojoran di bawah pohon bersama Raffa.
Raffa hanya terkekeh pelan menanggapi ocehan gadis bermabut panjang di sebelahnya itu. Pribadi Raffa yang easy going membuatnya sudah akrab dengan Lea meskipun baru beberapa jam kenal.
"Eh, by the way lo kelas berapa sih?" tanya Raffa.
Lea menatap cowok ganteng di sebelahnya itu. Ah, Lea lupa berkenalan lebih jauh dengan orang yang menemani hukumannya tersebut.
Lea tertawa garing sejenak. "Gue lupa," ucapnya dengan mata menyipit karena tertawa. "Gue kelas 11 IPA 2," lanjut Lea setelah tawanya mereda.
"Gue 11 IPA 3, sebelahan berarti ya?" tanya Raffa dengan senyuman menawan.
Lea membenarkan posisi duduknya menjadi tegap. Peluh di wajahnya sama sekali tidak mengurangi kecantikan alami cewek itu.
"Iya, sebelah kelas gue," jawab Lea.
"Wah, sering ketemu berarti." Deg! Jantung Lea berdegub kencang kembali.
"A-apaan sih," elak Lea sambil mengalihkan wajahnya yang sudah merah seperti tomat busuk.
"Udah punya pacar belum?" Raffa mengabaikan pipi Lea yang sudah memerah. Malahan kini dia memberikan sebuah pertanyaan yang berdampak sangat besar bagi jantung Lea.
"Banyak," jawab Lea. Raffa memandang tidak percaya ke arah Lea. "Banyak yang jatuh cinta sama gue maksudnya," lanjut Lea dengan tawa geli.
"Yakin?" tanya Raffa menatap Lea dengan pandangan seperti meremehkan.
"Wah, perlu bukti nih?" balas Lea dengan kekehan di wajah cantiknya.
"Kita tunggu, apa gue juga jatuh cinta sama lo." Pernyataan mengejutkan yang diungkapkan Raffa dengan sedikit mendekatkan wajahnya ke arah Lea, berhasil membuat mata Lea membelak untuk kesekian kalinya.
Sepoi angin di tengah teriknya sinar matahari seolah menjadi melodi antara dua remaja yang baru mengenal beberapa jam lalu tersebut. Keduanya terdiam dalam posisi saling bertatapan, menyerukan kata yang mereka ungkapkan melalui mata.
"Hahahahah!" Raffa tertawa lalu menjauhkan wajahnya dari hadapan Lea.
Lea menatap kesal ke arah cowok yang masih tertawa tersebut. Jantungnya benar-benar berdetak tidak karuan saat ini. Astaga! Raffa ini.
"Santai aja kali, gue bercanda," ucap Raffa setelah tawanya sedikit mereda. Dilihatnya wajah Lea yang menahan kesal. Cantik.
Lea dengan wajah memerah antara kesal dan malunya memilih memalingkan wajah. Uh, malu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea
Teen FictionKisah klasik tentang indahnya jatuh cinta. Tentang kesakitan untuk sebuah pengkhianatan. Dan tentang betapa kuatnya arti dari persahabatan.