Keberuntungan Dalam Kesialan

11 1 0
                                    

"Permisi, Bu," ucap Lea ketika dia sudah sampai di depan kelasnya.

Seorang guru muda yang tengah duduk di meja guru menatapnya bengis. Wajar saja, guru yang mengajar Bahasa Inggris itu memang sangat tidak menyukai Lea, entah karena apa.

"Dari mana kamu?" Lea meringis ketika suara sinis itu terdengar dari mulut guru tersebut. Ibu Nola namanya.

"Tadi habis nganterin murid baru," jawab Lea yang masih berdiri di depan pintu, menunggu Ibu Nola memberikannya izin masuk ke dalam. "Boleh saya masuk?" tanya Lea kemudian.

"Nggak ada yang boleh masuk kalau sudah terlambat!" hardik Bu Nola dengan sedikit keras.

Teman-teman kelas Lea kini menjadikannya bahan tontonan. Ketiga sahabatnya juga terlihat tidak berani berkutik.

Lea memandang guru wanita tersebut dengan tidak terima. Ingin rasanya Lea mencakar-cakar wajah tebal penuh make up itu, jika saja dia tidak ingat statusnya sebagai siswa.

"Saya cuma terlambat beberapa menit," elak Lea sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Bu Nola mengangkat alis. "Time is money," ucapnya dengan Bahasa Inggris.

Lea menggeram, hingga giginya terasa bergelutuk di dalam. Sungguh, Lea sangat kesal dengan tingkah kekanakan gurunya ini.

"Hormat bendera sampai pergantian jam." What the hell?! Le mengutuk guru tersebut dalam hati. Apa-apaan ini?! Berjemur? Oh tidak, Lea takut matahari.

"Tapi Bu--

"Atau nilai kamu saya merahkan?" Pertanyaan laknat itu keluar dari mulut si guru.

Teman-teman Lea sepertinya terkejut ketika Lea untuk pertama kalinya mendapat hukuman.

Lea memilih pergi dari depan kelasnya. Daripada nilai Bahasa Inggris yang dia agung-agungkan dikurangi, lebih baik Lea pingsan karena matahari.

---

Raffa berkeliling SMA Dewanta yang mulai hari ini menjadi sekolah barunya. Ayah Raffa yang merupakan salah satu anggota militer sangkatan darat, mengharuskan Raffa dan keluarganya harus berpindah-pindah tempat tinggal.

Bayangan remaja itu kini terbang kepada seorang gadis cantik yang tadi membantunya mencari ruang kepala sekolah. Seketika kepalanya dipenuhi bayangan tentang senyuman kaku milik Lea.

Raffa tertegun ketika tidak sengaja pandangannya bertemu dengan sosok yang sejak tadi dipikirkannya. Lea sedang berdiri sambil hormat bendera di lapangan upacara.

"Ngapain?" gumamnya pada diri sendiri.

Setengah berlari, Raffa menghampiri Lea yang terlihat kelelahan. Sepertinya gadis itu dihukum.

"Hai," sapa Raffa ketika dia sudah sampai di hadapan Lea.

Lea membulatkan matanya terkejut saat cowok itu tiba-tiba berdiri di depannya. Seketika lututnya melemas dan jantungnya kembali berdegub kencang.

"E-eh, hai," balas Lea dengan gugup.

Astagaaa! Betapa malunya Lea saat ini. Kepana juga Raffa harus melihatnya saat dia dihukum seperti ini?! Siapapun! Tolong Lea sekarang!

"Lo dihukum ya?" tanya Raffa dengan frontal.

Wajah Lea merah padam mendengar pertanyaan dari Raffa. Hilang sudah kesan cewek baik-baik di dirinya.

"Ah, iya," jawab Lea dengan perasaan sangat terhina sekaligus malu.

"Ya udah, gue ikut deh," ucap Raffa tiba-tiba yang seketika membuat Lea terkejut. "Dihukum karena gue kan?" lanjut Raffa lagi.

Lea mengangguk samar lalu melanjutkan kegiatannya hormat bendera. Keberadaan Raffa di sebelahnya benar-benar membuat Lea olahraga jantung.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang