Joan masih menatap tidak percaya gadis yang tengah duduk di depannya. Gadis cantik dengan perpaduan wajah Indonesia-Belanda tersebut menari-nari di benak Joan. Gadis itu hanya tersenyum sedari tadi, membuat Joan semakin bingung.
"Lo ngapain di sini?" tanya Joan menghentikan pikirannya yang berlalu-lalang.
Gadis itu, yang tadi Joan panggil Dera. Gadis berambut coklat sebahu dengan bola mata berwana coklat terang.
"Jalan-jalan sekalian nyari kamu," jawab Dera dengan nada bercanda di dalamnya.
Joan menatap tidak suka gadis cantik tersebut. Gadis yang mengenakan dress berwarna abu dengan motif renda di bahunya. Cantik, masih sama seperti dulu.
"Balik ke Belanda lagi gih," ujar Joan frontal. Bibirnya gatel untuk tidak mengatakan hal tersebut.
Dera tertegun. Seketika wajah cerianya berganti dengan senyum kecut penuh kepahitan. Namun hanya sebentar, karena setelahnya wajah Dera riang kembali.
"Nanti aku ke Belanda, aku ajak kamu deh," canda Dera sambil tersenyum.
Suasana kantin siang itu terasa sangat canggung bagi Joan. Masih berlangsungnya jam pelajaran menjadi faktor kenapa kantin sepi saat ini.
"Ngapain balik sih?" Joan menatap jengah gadis di depannya itu.
Dera sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataan-perkataan pedas yang dilontarkan Joan. Cewek itu hanya tersenyum menanggapi perkataan yang sebenarnya menusuk ulu hatinya begitu dalam.
"Kenapa sih Jo, nggak suka banget aku balik," ucap Dera dengan nada yang dia buat terdengar seperti tersakiti. "Aku dari bandara langsung ke sini buat kamu tau," lanjutnya dengan memanyukan bibir.
Joan menghela napas berat. Kata-kata pedas tidak akan berhasil membuat gadis ini menangis. Ah jangankan menangis, bersedih saja rasanya Dera tidak. Tidak bersedih? Yang benar saja.
"Lo tuh nganggu gue tau nggak?!" bentak Joan yang entah kenapa seketika tersulut emosi.
"Maaf," sesal Dera. Tidak ada kesedihan di raut wajahnya. Gadis itu tersenyum, tegar menutupi kepediahnnya.
"Nggak guna banget gue buang-buang waktu buat cewek kayak lo!" Cewek sepertinya? Seperti apa maksud Joan?
Joan berdiri dari tempat duduknya dan berjalan dengan tergesa. Diliputi kemarahan, dan juga sedikit penyesalan.
Dera menatap punggung tegap yang berjalan menjauhinya. Sedikit saja, embun di matanya akan jatuh menjadi air.
Tepat! Ketika Joan keluar dari area kantin, air mata Dera menetes dengan sendirinya. Satu tetes yang melambangkan kesedihan yang dipendam gadis itu saat tadi berhadapan dengan Joan.
Tanpa memperdulikan tatapan aneh para pendagang di kantin ini, Dera menumpahkan seluruh air matanya.
"Kak Dera?" Suara langkah kaki dan seruan terdengar. Membuat Dera mengangkat wajahnya yang tadi menunduk.
Seorang gadia bermbut panjang berlari ke arahnya. Di belakang gadis itu ada seorang remaja tampan yang berjalan santai.
"Lea?" Dera berucap dengan pelan dan terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea
Teen FictionKisah klasik tentang indahnya jatuh cinta. Tentang kesakitan untuk sebuah pengkhianatan. Dan tentang betapa kuatnya arti dari persahabatan.