Seperti puzzle. Satu saja potongannya hilang, maka gambaran yang utuh tidak akan ditemukan.
_________________Sebuah motor ninja sudah terparkir rapi di area parkir salah satu kedai kopi di ibu kota. Setelah mengantar Mikha pulang, Niko tidak langsung pulang ke rumahnya. Ke kedai kopi ini adalah rutinitasnya dan kedua temannya. Niko berjalan maju lalu mendorong pintu kaca kedai tersebut. Di pojok, ia melihat Haris bersama seorang perempuan, namun Niko sama sekali tidak melihat keberadaan Arka. Ia mendekati meja nomor 17 dimana Haris dan perempuan itu duduk. Saat Niko tiba disana, Haris langsung memperkenalkan perempuan itu sebagai pacarnya.
"Ternyata lo dateng juga, bro." Haris menarik salah satu kursi dan membiarkan Niko duduk di atas kursi itu. Niko menaikkan kedua alisnya dengan malas untuk menanggapi Haris.
"Kenalin, namanya Ghia si anak fotografi yang ngetawain gue waktu di kantin. Sekarang, dia pacar gue." Haris memperkenalkan Ghia dengan bangganya, seakan dunia harus tau tentang hal itu. Niko memutar bola matanya malas. "Terus?" Haris menggerutu. "Ya, lo kapan sama si itu?" Niko mengedikkan bahunya acuh.
"Mubazir tampang cakep tapi jomblo, di luar sana masih banyak cewek-cewek cakep yang mau sama lo. Kalo si itu nggak suka sama lo, gimana?"
"Nggak masalah dia nggak suka sama gue, yang penting gue tetep suka sama dia. Lo nggak perlu susah-susah ngasi tau gue ini itu, jagain dulu si Ghia, jangan sampe lepas. Lo kan lakunya susah, padahal udah diobral. Udah untung lo dapet si Ghia." Niko beranjak pergi meninggalkan kedai itu. Sedangkan Haris sudah komat kamit memberi umpatan-umpatan untuk Niko.
Keadaan area parkir kedai ini semakin penuh, Niko harus ekstra hati-hati untuk mengeluarkan motornya. Sedikit demi sedikit motornya sudah bisa keluar, saat berhasil keluar sepenuhnya, ia merasa menabrak sesuatu. Selang beberapa detik, terdengar suara seorang gadis yang mengaduh kesakitan.
"Hati-hati dong! Aduh..., bisa diamputasi nih kaki gue," ucap gadis itu sambil mengurut-urut kakinya yang terasa sakit.
"Ya maaf, lagian lebay banget dah sampai diamputasi." Niko meletakkan kembali motornya lalu membantu mengambil barang-barang gadis itu yang berserakan di bawah.
Gadis yang masih menggunakan seragam SMA itu masih saja meringis kesakitan. Sedikit lebay memang, padahal kakinya masih sehat walafiat tanpa ada lecet sedikitpun.
Niko mengambil tugas-tugas yang dibawa gadis itu. Ia sempat membaca sekilas isinya, rupanya gadis ini bersekolah di SMA kakaknya dulu. Ia juga sempat melihat sebuah buku diary bersampul biru muda, Niko membuka buku diary itu yang ternyata sudah terisi penuh. Ia dapat melihat perbedaan tulisan gadis itu dari hari ke hari, yang semula hampir menyerupai coretan, kemudian di halaman akhir tulisannya semakin membaik.
"Nih barang-barang lo." Niko menyerahkan barang yang ia bawa kepada gadis yang sedang berdiri di depannya, tapi gadis itu malah menelpon seseorang.
"Serem banget sih, awas aja ngelapor ke polisi. Gue amputasi mulut lo biar nggak bisa ngomong."
Gadis itu tak merespon, ia masih sibuk menunggu nada sambung dari ponselnya. Sampai akhirnya ia sudah bisa berbicara dengan seseorang di seberang sana.
"Heh, lo udah otw kesini, kan?"
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love
Teen FictionKepo? . . Ketika hati ini diam-diam menyebut namamu. . . . Apa yang lebih menguntungkan selain memiliki otak cerdas, keluarga harmonis, ekonomi berkecukupan, punya teman yang pengertian, ditaksir oleh cowok-cowok keren, baik dan juga pintar? Sunggu...