17. Dua Orang Asing

20 5 21
                                    

Mengatakan rindu memang sulit, tapi percayalah ada orang yang diam-diam merindukanmu.
___________________

Di ruang kelas Mikha menenggelamkan wajahnya di dalam tangannya. Ia kecewa, sedih, kesal, rindu, dan merasa bodoh. Hari ini Mikha sama sekali belum mendengar suara Niko. Ia rindu Niko yang selalu menjahilinya saat sedang konsentrasi belajar. Ia rindu Niko yang sering mengantar dan menjemputnya. Ia rindu Niko yang selalu menjaga dirinya. Ia rindu Niko yang tidak pernah absen memberi ucapan selamat tidur kepadanya. Ia rindu Niko yang rela bangun pagi-pagi demi bisa mengantarkannya ke sekolah tepat waktu. Ia juga rindu Niko yang bersedia berdesak-desakan untuk membelikan sepotong roti untuknya. Namun rindu hanyalah rindu.

Rasanya Mikha ingin menangis saat itu juga ketika mengingat kenyataan pahit bahwa mereka berdua saat ini seperti dua orang asing yang tidak saling kenal. Tapi ia berusaha tahan, karena penyebab semua ini adalah dirinya sendiri. Tidak ada yang perlu disesali. Nasi telah menjadi bubur.

Kelas perlahan-lahan mulai sepi karena sudah saatnya untuk pulang. Mikha membereskan buku-buku yang berserakan di mejanya lalu bergegas pulang.

Sekitar 30 menit menunggu di luar, Mikha belum juga mendapatkan angkot yang lewat. Karena malas menunggu lama, ia mengambil ponselnya untuk mencari kontak mamanya lalu ia segera menghubunginya. Beberapa detik kemudian nada sambung mulai terdengar.

"Halo, kenapa nelpon mama?" tanya mamanya memulai pembicaraan.

"Ma, tolong jemput, ya? Nggak ada angkot yang lewat jam segini."

"Kamu lupa ya? Kan mobil mama masih di bengkel. Biasanya kamu sama Niko, kok sekarang nggak pulang bareng dia aja?" tanya mamanya lagi.

"Ya udah kalau nggak bisa aku nunggu angkot aja," jawab Mikha sembari memutus sambungan telepon secara sepihak.

Mikha harus bersabar menunggu, untung saja penantiannya membuahkan hasil karena tidak lama setengah menelpon mamanya, ada sebuah angkot yang datang.

"Ini teh, neng geulis yang tadi pagi ya?" tanya sopir angkot itu. Mikha memperhatikan wajah sopir itu kemudian ia mengangguk.

"Badé kamana ini teh?"

"Ke Tebet kang!" ucap Mikha sembari menaiki angkot itu.

"Hah? Naon neng?" tanya sopir itu sambil memasang telinga lebar-lebar.

Mikha mendegus, kenapa ia harus dipertemukan lagi dengan sopir tadi pagi yang memiliki gangguan pada pendengarannya. "Jalan aja kang, nanti aku tunjukin jalannya!"

Angkot tua itu pun berjalan membelah jalanan kota yang padat.

Di sisi lain ada seorang laki-laki yang memperhatikan Mikha dari kejauhan. Setelah Mikha masuk ke dalam angkot, ia langsung mengikutinya dari belakang. Tujuannya hanya untuk memastikan bahwa Mikha sampai rumah dengan selamat.

Jalanan saat itu sungguh macet, untung saja cuaca sedikit mendung sehingga panas matahari tidak bisa menyengat kulit.

Lima belas menit kemudian angkot itu berhenti, Mikha turun lalu memberikan uang kepada sang sopir.

"Hatur Nuhun, neng." Sopir itu menerima uang yang diberikan Mikha.

"Iya kang, sama-sama." Angkutan kota itupun pergi karena harus mengantarkan penumpang lain yang masih tersisa.

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang