Mouth says, I hate you. But heart says, I love you.
____________________Membuat panggung ternyata butuh waktu yang lama, apalagi membuat dekorasinya. Saat ini sudah pukul 7 malam, para panitia baru bisa pulang karena proses pembuatan panggung baru selesai malam itu. Karena hari sudah gelap, Mikha takut jika pulang harus naik taksi atau ojek online. Oleh karena itu ia menyuruh kakaknya menjemput, tapi sayang ponsel kak Nara tidak bisa dihubungi.
Sial, saat ini lagi-lagi Mikha teringat akan sosok Niko karena dialah orang yang rela menjadi tukang antar jemputnya. Tapi sudahlah, biarkan itu hanya menjadi bagian dari masa lalu.
Suara langkah kaki dari belakang membuat bulu kuduknya berdiri, ia menjadi takut apalagi ia sendiri di depan.
"Lo sendirian? Mau gue anter pulang?" tanya seseorang laki-laki yang mengenakan seragam yang sama seperti yang Mikha kenakan. Ia memperhatikan laki-laki itu dari atas sampai bawah, sepertinya ia mengenalnya tetapi tidak ingat namanya.
Melihat ekspresi Mikha yang tampak kebingungan, laki-laki itu langsung mengulurkan tangannya dan memperkenalkan dirinya. "Gue Danan, anak X IPA 4." Mikha menjabat tangan Danan, mereka pun bersalaman.
"Oh iya Danan, lo satu SMP kan sama Gista?" tanya Mikha ketika ia mengingat laki-laki itu. Danan mengangguk, ia memang satu sekolah dengan Gista saat masih duduk di bangku SMP.
Sekarang giliran Danan yang bertanya. "Lo Mikha ya?" Mikha langsung mengangguk saat mendapatkan pertanyaan seperti itu.
"Lo ada yang jemput? Udah malem lho, bahaya sendirian apalagi di kota besar kayak gini," ujar Danan. "Kalo mau lo bisa ikut sama gue," lanjutnya.
Mikha melihat Danan adalah orang yang baik, lagi pula ia pernah mendengar dari Gista bahwa Danan pernah meraih ranking 2 umum saat SMP. Saat ini juga Danan sering mendapat juara dalam perlombaan karate. Daripada sendirian di sini, lebih baik Mikha menumpang pada Danan.
"Iya deh, gue ikut. Makasih ya." Danan langsung mengajak Mikha menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari lokasi mereka berpijak saat itu.
Di dalam mobil, hanya suara radio yang menemani mereka sepanjang perjalanan. Walaupun lagunya tidak begitu asing di telinga, Mikha bersyukur dengan adanya radio itu suasana jadi tidak begitu sunyi.
"Lo panitia kan? Ditugasin jadi apa?" tanya Mikha setelah keheningan melanda sekian menit.
Danan menoleh sebentar, lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. "Gue jadi tugas keamanan. Kayak kerjaannya mang Dodo." Mikha tertawa, mang Dodo adalah nama satpam yang bekerja di sekolahnya. "Lo sendiri ditugasin jadi apa?" Danan bertanya balik
"Gue ditugasin jadi kameramen, Gista juga."
Danan mengangguk. "Btw, ini udah deket rumah lo belum?"
Mikha langsung melihat ke depan. "Oh itu yang di depan sana," kata Mikha sambil menunjuk gang yang ia maksud.
Mobil bewarna silver yang dikendarai Danan pun berhenti tepat di depan rumah berpagar putih yang tidak lain adalah kediaman Mikha.
"Mau mampir dulu nggak?" tawar Mikha namun Danan menolaknya secara halus.
"Kapan-kapan aja ya mampirnya, sekarang gue harus pamit pulang dulu." Danan langsung menjalankan mobilnya yang lama-kelamaan mulai menghilang dari pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love
Teen FictionKepo? . . Ketika hati ini diam-diam menyebut namamu. . . . Apa yang lebih menguntungkan selain memiliki otak cerdas, keluarga harmonis, ekonomi berkecukupan, punya teman yang pengertian, ditaksir oleh cowok-cowok keren, baik dan juga pintar? Sunggu...