Ch2

6.8K 637 21
                                    

.

.

.
Naruto memang seorang playboy. Ia selalu mengencani gadis, kemudian memutuskannya bebrapa hari atau minggu kemudian. Seperti saat ini, setelah 3 minggu berpacaran, Naruto memutuskan Hinata secara sepihak, mengabaikan Hinata yang menangis di taman belakang sekolah dan meninggalkannya begitu saja. Jangan salahkan Naruto, para gadis itu lah yang mendekatinya, jika sudah begitu mana bisa Naruto menolak?

Naruto bersiul sambil berjalan dengan tenang menyusuri lorong bersama Shikamaru dan juga Kiba, tidak terlalu ramai mengingat jam sudah menunjukkan pukul 4 sore yang artinya sekolah telah di bubarkan sejak setengah jam yang lalu.

“Aku rasa kau harus mengurangi kadar kebrengsekan mu itu Naruto.” Celetuk Kiba yang langsung di hadiahi pukulan di belakang kepalanya oleh Shikamaru, “Sakit bodoh!” Kiba berusaha membalas namun bisa dihindari oleh Shikamaru.

Naruto memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana “Kenapa memang?”

Kiba mendelik pada Naruto, “You’re really fucking shit! Kau tidak kasihan pada mereka? Memberi harapan lalu menghempaskannya begitu saja.”

“Kiba, kau terlalu melankolis.”

“Diam kau rusa sialan.”

Naruto tersenyum menanggapi ucapan Kiba, membuat wajahnya yang tampan terlihat semakin tampan, para gadis yang mereka lewati pun menahan napas melihat Naruto seperti itu. Naruto berhenti berjalan tepat ketika sampai di halaman depan sekolah, membuat kedua sahabatnya ikut berhenti di sampingnya. Naruto memandang langit biru yang telah berubah warna menjadi jingga, kemudian beralih memandang segelintir siswa yang berjalan keluar area sekolah, “Kau tahu kenapa melakukannya?.” Tanya Naruto sambil menampilkan seringainya.

“Ya, untuk mencoba lubang mereka satu per satu, kau kan penjahat kelamin.” Sahut kiba sukses membuat dua tangan mendarat di belakang kepalanya dengan keras.

“Sakit brengsek!”
.

.

.
Dalam mobil pribadi milik Neji, Sasuke memperhatikan Neji yang sibuk menenangkan tangisan Hinata sambil mengemudi. Tadinya Ia dan Neji berniat pulang bersama, namun mereka dikejutkan oleh Hinata yang menangis sambil berlari kearah Neji dan langsung memeluk pemuda bersurai panjang itu erat, mengatakan bahwa ia baru saja diputuskan oleh Naruto.

Sontak saja saat itu juga Neji marah dan ingin menghampiri si pemuda pirang untuk memberikan beberapa pukulan sebagai balasan karena telah menyakiti adiknya, namun Hinata mencegah hal tersebut dan mengatakan pada Neji jika ia ingin segera pulang, mau tak mau Neji pun mengurungkan niatnya dan menuruti kemauan Hinata.

Sasuke kemudian mengalihkan perhatiannya keluar mobil, trotoar terlihat ramai sore ini karena banyaknya orang yang berlalu lalang. Telinganya masih menangkap isakan kecil dari Hinata. Sasuke heran, apa yang dilakukan Naruto pada para gadis sehingga mereka akan berakhir menyedihkan ketika telah diputuskan oleh pemuda itu.

"Sasuke." panggilan dengan suara bariton menyapa pendengaran Sasuke yang sontak menolehkan kepalanya, menyahut tanpa suara.

"Aku pikir kau mau ke rumahku terlebih dahulu, aku harus segera membawa Hinata pulang, setelah itu aku akan mengantarmu. Kau tidak keberatan kan?" tawar Neji masih dengan mengelus punggung sempit Hinata menggunakan salah satu tangannya, sedangkan tangan lainnya memegang kemudi mobil.

"Kalau begitu aku bisa turun disini, nanti aku akan naik bis saja."

Neji menggeleng pelan, "Tidak bisa, aku yang mengajakmu pulang bersama, mana mungkin aku menurunkanmu ditengah perjalanan." Neji menoleh sekilas pada Sasuke yang berada di jok belakang, melihat wajah pemuda raven sesaat sebelum kembali fokus pada jalanan di depan. "Hanya sebentar, aku tidak akan berlama-lama." sambungnya ketika tidak mendapati jawaban dari Sasuke.

Tell The Truth! Idiot!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang