Ch 5

5.7K 532 17
                                    

Awas gak jelas :'
.

.

.
Pagi itu adalah pagi yang cerah. Sama seperti biasa, Sasuke pergi ke sekolah dengan berjalan kaki ketika tidak diantarkan oleh sang ayah. Sebenarnya Sasuke lebih suka berangkat dengan berjalan kaki seperti ini daripada menaiki mobil. Menurut Sasuke, pagi hari adalah waktu dimana udara masih bersih, jadi ia bisa menikmati oksigen dengan leluasa, menghirup napas dalam-dalam dan membuat paru-parunya terasa lega, semua beban terasa seperti terangkat, begitu ringan.

Masih jelas dalam ingatan Sasuke kejadian dimana ia menjadi bulan-bulanan geng bodoh 2 minggu lalu. Semua rasa sakit yang Sasuke rasakan tidak sebanding dengan rasa kesal di hatinya. Ingin sekali Sasuke mencabik-cabik gerombolan pemuda nakal tanpa otak itu hingga bersujud di bawah kakinya. Itu kalau sasuke bisa sih, sayangnya tidak.

Sasuke menengadahkan wajahnya, memandangi langit biru tanpa awan yang membentang begitu luas, seolah bisa menghisap Sasuke masuk kedalamnya kapan saja. Sasuke menyukainya. Sasuke suka langit biru. Menurut Sasuke, memandangi langit biru akan membawa ketenangan tersendiri banginya. Mengapa begitu? Entahlah, Sasuke juga tidak tahu.

Ngomong-ngomong soal langit, Sasuke jadi ingat pada seseorang.

Orang idiot yang memiliki hobi mengganggunya.

Jujur hal itu jelas membuat Sasuke risih setengah hidup. Apalagi sikap si pirang yang selalu berubah-ubah, terkadang baik, terkadang sangat menyebalkan hingga membuat Sasuke ingin melemparkannya ke hadapan dewa Jashin.

Tapi jika dipikir-pikir, Naruto dalah orang yang baik, buktinya ia mau menolong dan mengobati Sasuke. untung saja Naruto menemukannya waktu itu, coba kalau tidak, Sasuke bisa jadi hantu penunggu gang sempit. Tidak elit sama sekali.

Ah, Sasuke ingat bahwa ia belum berterimakasih pada kuning idiot itu, bahkan Sasuke kabur begitu saja ketika pemuda kuning itu berada di sekolah.

Flashback on

Sasuke terbangun dengan nyeri yang masih menjalar pada seluruh bagian tubuhnya. Mengerang perlahan sebelum akhirnya memutuskan untuk menutup kembali kelopak matanya. Sungguh, rasa kantuk dan sakit yang sangat membuat Sasuke malas sekali bangun.

Namun beberapa saat kemudian mata Sasuke terbuka lebar ketika sekelebat ingatan masuk kedalam kepalanya.

Mengabaikan tubuhnya yang masih terasa remuk, Sasuke bangkit dan berjalan dengan sedikit menyeret kaki menuju pintu. Tepat sebelum Sasuke sampai, pintu yang tadinya tertutup kini terbuka lebar, menampailkan seorang pelayan wanita yang membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur dan segelas susu.

Pelayan tersebut nampak sedikit terkejut sebelum akhirnya cepat-cepat meletakkan nampan kemudian membantu Sasuke untuk duduk diatas sofa yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Maaf sebelumnya, perkenalkan nama saya Suzuka, tuan muda menyuruh saya agar mengawasi anda hari ini." Ujar pelayan tersebut kemudian membungkuk pada Sasuke.

Dahi Sasuke mengernyit, mengawasi? Kenapa harus diawasi? Memangnya Sasuke penjahat?!

Sebenarnya apa maksud pemuda pirang idiot itu? Seenaknya membawa Sasuke ke rumahnya kemudian memaksa untuk tetap tinggal. Dan lagi, ia menyuruh seorang pelayan untuk mengawasinya. Apa-apaan itu?!

Jelas sekali bahwa wajah Sasuke kini menampilkan raut ketidak sukaannya.

Lalu tanpa mengatakan apapun, Sasuke berdiri memutuskan untuk pergi sebelum pelayan tadi mencegah langkahnya dengan membungkukkan badannya di depan Sasuke.

"Maafkan saya.. tapi kata tuan muda anda tidak boleh keluar dari kamar"

Kan!

Ingin sekali Sasuke mencabik-cabik muka Naruto yang sok tampan itu, seenaknya sendiri mengatur dirinya, memangnya Naruto itu siapa? Dewa?

Tell The Truth! Idiot!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang