Sekuat apa manusia bisa menyangkal sebuah rasa?
~•~
Barga mengiyakan saat Ranya mengatakan akan pulang dijemput oleh Abyan. Sahabatnya itu begitu sumringah sampai membuat Bayu dan Niko tak hentinya mengejek. Sekali lagi. Barga berusaha tidak melarang. Ada batas tak kasat mata yang memang tidak boleh dilanggar seorang sahabat. Selama Abyan memperlakukan Ranya dengan baik, selama Abyan tidak membuat Ranya menangis, tidak masalah. Barga akan mendukung.
"Jadi, gue langsung ke tempat les, ya?"
"Iya."
"Beneran nggak perlu gue anter balik ke rumah dulu, kan?"
Ranya memutar kedua bola matanya malas. "Daritadi siang lo udah nanyain mulu," gemasnya. "Iya! Lo langsung berangkat les aja. Gue balik sama Abyan," cengirnya.
"Emang Abyannya udah dateng?"
"Katanya udah di parkiran daritadi."
Bayu dan Niko langsung berjalan lebih dulu ke arah parkiran. Mereka bersikeras ingin melihat seorang Abyan, yang berhasil membuat Ranya membalas mau mengenal cowok lebih dari sekadar 'teman'.
Melihat tingkah kedua orang itu, Ranya hanya mendengus. Memang benar-benar nasib bila memiliki lebih banyak teman dekat cowok daripada cewek. Lebih banyak mendapat celaan daripada dukungan. Ranya bukannya tidak memiliki teman cewek. Dia cukup dekat dengan beberapa anak cewek di kelas mereka. Bahkan ada beberapa juga dari kelas lain. Karena selain menyebalkan, Ranya juga bukan tipe cewek yang sulit bergaul. Hanya saja, diantara orang-orang yang berlalu lalang dalam hidupnya, hanya Barga, Bayu dan Niko-lah yang paling 'beruntung' bisa amat dekat dengannya. Terutama Barga.
"Abyan!" Ranya melambaikan tangannya saat melihat Abyan yang sudah lebih dulu melambai-lambaikan tangan di udara, menyapa Ranya.
Barga menatap Ranya dengan decakan sedikit tidak percaya. Bisa-bisanya cewek itu memekik begitu girang? Mereka baru dekat beberapa bulan ini, kan? Dasar norak!
"Bar, ayo, deh. Gue kenalin secara resmi sama Abyan," ajak Ranya sambil menarik tangan Barga.
"Biar apa?"
Ranya berdecak. "Ya biar kenal sama dia lah!"
Barga menghela napasnya. "Ya udah, nggak usah narik-narik tangan gue. Ntar dia ngiranya gue pacar lo, kasian ntar dia kabur duluan."
Mendengar penuturan bernada cuek itu, Ranya langsung melepaskan genggaman tangannya sambil mencak-mencak. Membuat Barga terkekeh geli.
Berdiri di depan seorang Abyan Prakasa, yang sudah dideklarasikan Ranya sebagai cowok yang berpotensi menjadi gebetan sahabatnya itu, Barga menegakkan tubuh. Menilai tanpa berusaha menatap angkuh.
"Jadi, Bar. Ini Abyan-"
"Iya. Gue tau."
Ranya langsung menggerutu dalam hatinya.
Sedangkan Abyan tersenyum kecil. Dia tidak tahu sedekat apa Ranya dengan cowok di depannya ini. Pun dengan dua cowok yang sudah lebih dulu berdiri beberapa meter dari dirinya. Tapi Abyan tidak bodoh untuk menyadari bahwa ketiga cowok ini, lebih dari sekadar teman biasa untuk Ranya. Karena itu yang diperhatikannya dari beberapa vlog Ranya dan juga postingan di instagram cewek itu.
"Abyan." Lebih dulu Abyan menyapa. "Abyan Prakasa."
"Barga Gavriel." Barga membalas perkenalan itu. Sama santainya dengan Abyan. "Mau ke mana sama Ranya?"
Ranya sudah mendelik.
"Oh. Nganterin pulang?"
Sebelah alis Barga terangkat. Kemudian tersenyum kecil. "Kalo mau makan siang, jangan dibawa ke tempat mahal, ya. Bangkrut lo ntar. Makan dia kayak kuli soalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Barga [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]
Novela Juvenil[Sudah tersedia di toko buku. Beberapa part sudah dihapus] Sahabat rasa pacar, siapa yang nggak mau? Tapi Barga jelas menolak tawaran itu. Sebab baginya, status pacar bisa jadi mantan tapi tidak dengan persahabatan. Karena ini tentang Barga yang san...