Yukiko Evans melangkahkan kakinya ragu-ragu kedalam toilet. Ia ragu apakah itu hanya bayangan sekilas ataukah nyata. Yuki yakin ia melihat seseorang tadi. Seseorang dari masa lalunya yang kalau bisa ingin Yuki hindari seumur hidup. Tapi Yuki sendiri tau, garis takdir sudah berbicara dan kenyataan memang tidak dapat di pungkiri.
Dengan hati-hati Yuki menjulurkan kepalanya dan mendapat seorang gadis yang tingginya kurang lebih sama denganya sedang menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Gadis itu tersenyum manis sambil merapikan seragamnya. Ia menyisir rambutnya yang sedikit ikal kemudian menyematkan jepitan kecil disana. Mau tidak mau Yuki menahan nafas.
Gadis yang sedang bediri di depan cermin itu benar-benar sesuai perkiraan Yuki. Dengan susah payah Yuki melangkahkan kakinya menjauhi kamar mandi. Yuki tau--bahkan sudah tau sejak lama--kalau hal ini akan terjadi. Tapi ia tidak menyangka secepat itu. Dan jujur Yuki belum siap.
Yuki mengaduh pelan saat ia tanpa sengaja menabrak seseorang di koridor. Ia kemudian menaikkan kepala, hendak meminta maaf, namun mendengus saat melihat Zayn berdiri di hadapanya dengan tangan terbuka lebar.
"Miss me, Yuki-chan?" tanyanya sambil mengedip-ngedipkan mata genit.
Yuki memutar mata, "Tidak tuh. Aku tidak mungkin membenci orang yang hobinya ingkar janji dan tidak pernah mau percaya pada orang yang sudah di kenalnya selama kurang lebih dua tahun." semprot Yuki ketus.
Zayn memasang ekspresi memelas di wajahnya. "Kamu ini galak sekali sih, Yuki-chan."
Gadis di hadapanya mengangkat bahu acuh tak acuh. Zayn sendiri terkadang bingung melihat sikap Yuki. Ia merasa ada satu hal yang mungkin Yuki tidak ingin bagi denganya, mungkin itu rahasia terdalamnya. Dan Zayn tidak keberatan sama sekali. Mengingat mereka baru mengenal selama dua tahun. Tepatnya mereka pertama kali bertemu saat Yuki baru saja pindah ke Inggris.
Waktu itu Yuki benar-benar terlihat seperti orang Jepang tersesat dan Zayn tidak bisa mencegah dirinya untuk tidak tertawa lebar kalau mengingat-ngingat kejadian pertemuan pertama mereka di sebuah Supermarket kecil dekat rumah Yuki.
"Yuki kamu kenapa marah lagi, sih?" tanya Zayn saat ia melihat Yuki tak mengubris ucapanya sama sekali.
"Lagi pula semuanya kan baik-baik saja, Yuki-chan." sambung Zayn sambil memutar tubuh gadis itu agar berhadapan denganya. "Memang sih kemarin sempat ada badai besaaar sekali. Tapi aku langsung mengingatmu yang pasti menungguku pulang jadi aku menyelamatkan diri." tambah pria itu percaya diri ditambah kerlingan mata diakhir kalimat yang membuat bibir Yuki maju setengah senti.
Zayn menjepit bibir Yuki gemas dengan jari telunjuk dan jari tengahnya sementara gadis itu memelototi Zayn dengan pandangan maut. "Aku tidak akan melepaskannya kalau kau tidak memaafkanku." ucap Zayn enteng.
Lagi-lagi Yuki memutar mata dan dengan berat hati mengangguk. Zayn langsung tersenyum senang dan merangkul Yuki sambil tertawa renyah. "Kau itu orang paling menyebalkan di dunia." Yuki bersungut kesal sambil memijat bibirnya yang jadi tebal mendadak.
"I know." Zayn nyengir kuda. "Lagi pula Yuki-chan, kalau aku tidak ikut study tour kemarin aku akan sangat sangat rugi."
Yuki bergeming sesaat. "Memangnya ada apa?" Gadis itu sendiri bahkan bisa mendengar nada ragu dalam suaranya. Ia tetap bertanya, meskipun sepertinya Yuki tau apa yang akan keluar dari mulut Zayn.
"Aku ... bertemu seseorang, sih. Cantik sekali Yuki-chan. Yah, ku ajak saja mengobrol ternyata dia orangnya asik jadi ku minta nomor telfonya." jawab Zayn sambil tersenyum-senyum sendiri.
Yuki bersumpah perasaanya tidak enak. Rasanya seperti perutnya di aduk-aduk. Ia kemudian berusaha mengendalikan dirinya dan bertanya setenang mungkin. "Siapa namanya?"
"Moureta Hara."
Dan kejadian selanjutnya berlangsung seperti di film-film. Yuki yang kaget setengah mati bagai di sambar petir menjatuhkan buku yang sedari tadi di pegangnya.
"Yuki chan? Kamu kenapa?" Zayn langsung panik melihat ekspresi Yuki yang berlebihan dan buru-buru menbantu gadis itu memungut bukunya.
"Aku tidak apa-apa." balas Yuki sambil masih berusaha menetralkan perasaanya. Ia menatap Zayn yang menghujaninya dengan sorot khawatir dan tersenyum menenangkan.
"Lalu bagaimana kau dan Rere-chan?" tanya Yuki polos berusaha mengalihkan pembicaraan.
Anehnya Zayn malah melemparkan pandangan tak percaya pada Yuki. Gadis itu mengerjap, "Ada apa Zayn?" tanyanya lagi.
"Kamu kok tau nama panggilanya Rere?" tembak Zayn langsung.
Aduh, Yuki bodoh banget sih, batin gadis itu. Yuki membuka mulutnya ragu-ragu namun menutupnya kembali sementara Zayn menatapnya dengan pandangan yang jelas meminta penjelasan. "Um, tau saja. Namanya ada unsur Jepang. Biasanya yang bernama seperti itu di panggil Rere." jawab Yuki asal pada akhirnya.
Zayn hanya mangut-mangut. "Dia baru saja pindah dari Jepang. Kapan-kapan akan aku kenalkan padanya."
"Tidak usah." kata Yuki cepat. Membuat Zayn melempar pandangan curiga padanya. "Um, boleh tidak aku minta sesuatu?"
Zayn mengangguk. "Tentu saja kalau aku bisa memenuhinya."
"Jangan terlalu dekat dengan Rere-chan." ucap Yuki pelan sekali.
"Loh, kenapa memangnya?" Zayn tau ada yang tidak beres dengan gadis di hadapanya ini.
Yuki menggigit bibir keras-keras. "Firasatku bilang ... dia kurang baik, Zayn."
Zayn tertawa renyah. "Kau bahkan belum pernah bertemu denganya."
"Tapi aku tau." balas Yuki ngotot.
Pada akhirnya Zayn memutuskan untuk mengalah dan mengacak rambut Yuki. "Yasudah, kita lihat saja nanti." Yuki akhirnya menghembuskan nafas lega.
Tapi sepertinya Yukiko Evans terlalu cepat lega. Karena satu bulan kemudian ia bisa mendengar gosip hangat yang menyebar di seluruh koridor sekolah bahwa Zayn Malik dan Moureta Hara kini berpacaran.
a/n
sebenarnya mau ngepost nya besok tapi gatahan... menurut kalian sejauh ini gimana....
KAMU SEDANG MEMBACA
the oracle ★彡 z.m
Short Storythough yukiko evans saw it coming, it still hurts. © 2014 by elcessa All Rights Reserved