"Tunggu sebentar ya, Zayn. Aku mau mandi dulu. Kamu duduk saja disini." Rere tersenyum kecil sambil menuntun Zayn ke kamarnya kemudian menghilang di balik pintu kamar mandi.
Zayn merebahkan tubuhnya diatas kasur dan mengamati kamar Rere dengan cermat. Suasana kamar Rere benar-benar berbanding terbalik dengan Yuki. Rere benar-benar tipe gadis manis yang kamarnya rapi tak bercela. Semua barang terletak pada tempatnya dengan nuansa warna pastel dan rak buku besar di sudut ruangan. Sementara kamar Yuki sendiri bisa di bilang cukup aneh, tidak seperti kamar perempuan kebanyakan. Dindingnya berwarna bata dengan lantai kayu dan hiasan aneh tergantung dimana-mana. Seperti lukisan abstrak yang menurut Zayn tak jelas sama sekali dan dream catcher yang di gantung di balik pintu. Memang sih di kamar Yuki juga ada rak buku, namun bukanya berisi novel. Rak buku Yuki malah berisi buku tentang Psikologi dan ilmu kejiwaan lainya.
Jangan salah kaprah, setiap Zayn bertanya apakah Yuki saat besar mau menjadi dokter jiwa, gadis itu pasti langsung menolak mentah-mentah dan hal itu membuat Zayn heran setengah mati.
Karena bosan Zayn akhirnya memutuskan untuk menghidupkan televisi saat tiba-tiba pandanganya menangkap ponsel Rere yang di letakkan diatas meja. Ia tersenyum sekilas kemudian meraih ponsel itu. Wallpaper ponsel Rere merupakan fotonya dan Zayn saat mereka sedang main bersama di karnaval. Mau tak mau senyum Zayn tambah lebar. Kemudian ia memasukkan tanggal dan bulan lahir Rere sebagai password dan ponsel itu otomatis terbuka.
Untuk sesaat Zayn tenggelam dalam ribuan foto yang ada di ponsel gadis itu. Rere suka sekali menyimpan foto-foto lucu yang membuat Zayn selalu tertawa melihatnya.
Zayn masih saja tertawa saat tiba-tiba ponsel itu bergetar dan sebuah pesan masuk. Tawa Zayn terhenti dan mengernyit heran melihat nama pengirimnya, Niall Horan.
Dengan kening berkerut Zayn membuka pesan tersebut dan hampir saja menjatuhkan ponsel Rere saat melihat isinya.
Niall Horan.
Zayn sudah pulang belum? Aku mau ke flatmu. Belakangan ini kamu selalu saja sama Zayn:( kapan bersamakunya:(Tiba-tiba Zayn merasakan rasa panas di dadanya namun ia memantapkan hati dan membuka setiap pesan dari Niall Horan. Ia terus dan terus membuka sampai akhirnya ia bisa menarik kesimpulan pasti dari semua pesan itu.
Moureta Hara, orang yang paling dia sayang, ternyata punya orang lain selain dirinya.
Zayn berusaha mengatur nafasnya yang kini mulai memburu. Entah ia ingin menghajar Niall Horan yang notabene merupakan seniornya ini atau ia ingin berteriak pada Rere detik ini juga.
Tak sampai satu menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan Rere berjalan keluar dengan dress santai selutut sambil tersenyum cerah pada Zayn. Namun sedetik kemudian ekspresinya berubah kaku saat ia mendapati Zayn memegang ponselnya dengan ekspresi terluka.
"Zayn--" Rere memulai namun Zayn dengan cepat memotongnya.
"Dont." ucap pria itu serak. "Aku saja tak cukup untukmu, ya?" Zayn menatap Rere yang kini terlihat serba salah nanar.
Rere berjalan mendekat kearah Zayn. "Aku bisa menjelaskanya, Zayn. Sungguh." balas gadis itu panik.
Zayn bergeming namun sedetik kemudian berkata dengan nada satu oktaf di naikkan. "Apa yang kau mau dari ku, Rere? Apa?!" Ia kemudian melayangkan tanganya kerambut dan menatap Rere frustasi.
"And after all these times, i thought you love me for real, Rere-chan. But let me guess, its just another bullshit?" Zayn kemudian tertawa sarkartis menatap Rere yang membeku. Wajah gadis itu memucat seputih kertas.
Zayn mengambil langkah lebar kearah Rere dan menarik tangan gadis itu keras-keras. Menyentakkan Rere dari keterkejutanya. "We're done." ucap Zayn pelan namun entah kenapa membuat Rere seakan merasa tersayat.
Rere dengan cepat menarik tangan Zayn, "Kau tak mengerti, Zayn. Ini ... ini ... tak seperti yang kamu pikirkan. Aku bersumpah--"
"Apalagi sih, Rere-chan?" tanya Zayn dengan nada putus asa. "Katakan, Rere, apa yang membuatmu melakukan ini padaku? Maksudku, i give you everything that i have, Rere. I trusted you."
Rere menggigit bibirnya keras-keras. Ia tidak pernah menyangka melihat Zayn terluka rasanya akan sesakit ini. Terlebih lagi, dia sendirilah penyebab Zayn terluka. "Zayn, aku mau kamu tau kalau ... aku memang menyayangimu. Tapi ... ada beberapa hal ... aku ... " Rere merutuki dirinya sendiri dalam hati. Gawat, kenapa tiba-tiba saja semua kosa kata yang sudah pernah di rencanakanya hilang?
"Apa Rere-chan? Kau menyayangiku dan kau juga sayang Niall, begitu?" Zayn tertawa hambar. "Harusnya aku percaya pada Yuki." gumamnya tanpa sadar.
Entah kenapa mendengar Zayn menyebut nama Yuki membuat emosi Rere naik ke puncak. "Lihat kan? Kamu sendiri juga selalu lebih perduli dengan Yuki. Aku muak Zayn melihat Yuki yang tidak ada bagus-bagusnya punya kamu di sisinya. Kamu selalu menjadikanya prioritasmu. Apasih bagusnya dia?" teriak Rere kesal.
Zayn menatap Rere tajam. "Kau mungkin boleh bersama orang lain di belakangku. Tapi tak ada satu orang pun yang boleh berkata seperti itu tentang Yuki." balas pria itu dingin. "Ingat itu baik-baik."
"Cepat atau lambat, kamu akan tau kenapa aku melakukan ini padamu, Zayn." Rere mengepalkan tanganya erat-erat. "Kau akan menyesal dengan apa yang kau lakukan padaku hari ini. Suatu saat kau akan tau, kalau dia sama tidak baiknya denganku." Dadanya sesak. Ia ingin saja menangis, tapi gadis itu telah bersumpah pada dirinya sendiri kalau ia tak boleh menjatuhkan setetes air mata pun untuk Zayn.
"Kamu sebaiknya punya alasan yang bagus Rere-chan. Karena untuk detik ini, apa yang kamu lakukan padaku tak akan bisa ku maafkan." balas Zayn ketus sebelum membanting pintu flat Rere dengan kuat. Meninggalkan gadis yang kini berdiri dalam diam dengan air mata yang menggantung di pelupuk mata serta senyum sinis di wajahnya.
a/n
rere nanti muncul lagi kok huahah makasih udh ikutin jangan lupa feedback ya^^
elsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
the oracle ★彡 z.m
Short Storythough yukiko evans saw it coming, it still hurts. © 2014 by elcessa All Rights Reserved