Zayn melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamar Yuki yang terletak di lantai dua. Wajahnya kusut dan kantong matanya sudah bertumpuk-tumpuk. Entah kapan terakhir kali Zayn mengunjungi Yuki. Yang jelas begitu kakinya melangkah keluar dari flat Rere kemarin malam, satu-satunya orang yang ada di pikiran Zayn adalah Yuki.
Rumah Yuki kosong dan pintu di biarkan terbuka begitu saja. Zayn yakin Ibu Yuki pasti sedang pergi ke Supermarket atau apalah. Langkah kaki Zayn terhenti saat ia sampai di pintu dengan hiasan huruf kanji yang ia sendiri tak pernah mengerti artinya apa. Zayn kemudian mengetuk pintu kamar Yuki ragu-ragu.
Beberapa detik kemudian Zayn mendengar bunyi kunci yang di putar dan tiba-tiba saja wajah Yukiko Evans dengan rambut kusut dan tampang super dingin muncul di hadapanya. Yuki menatap Zayn sesaat, matanya membesar kaget. Namun sedetik kemudian gadis itu memutar mata dan membanting pintu sebelum Zayn sempat mengucapkan sepatah kata pun.
"Yuki-chan?" Zayn menggedor pintu kamar gadis itu dengan panik. "Kau ini kenapa?" tanyanya putus asa. Dia sudah benar-benar lelah dengan semua yang terjadi belakangan ini.
Sementara itu Yuki sendiri menyandarkan punggungnya di pintu. Gadis itu bergetar hebat. Ingin saja rasanya ia menghadap Zayn Malik dan memukulnya sampai biru. Ia ingin mengeluarkan semua perasaan kesal yang menumpuk di dadanya. Namun Yuki menahan semuanya. Ia tidak boleh lepas kontrol. Sejak awal Yuki tau ini akan terjadi dan seharusnya gadis itu sudah bisa menerima kenyataan.
Apa yang harus ku lakukan? batin Yuki sambil melirik kearah dream catchernya. Tolong bantu aku kali ini saja.
"Lihat siapa yang pada akhirnya mencariku setelah sekian lama." kata Yuki sarkartis dari balik pintu namun cukup kuat untuk di dengar Zayn.
Zayn menghela nafas berat. "Tolong buka dulu pintunya, Yuki-chan."
"Apa mau mu, Zayn?" tembak Yuki langsung. Ia bahkan bisa mendengar suaranya bergetar.
"Buka dulu, Yuki-chan." pinta Zayn lembut.
"Tidak." balas gadis itu ketus.
"Yuki, kita harus bicara." kata Zayn selembut mungkin.
Yuki memutar mata dan dengan keras kepala menjawab. "Yasudah bicaralah!"
"Yuki-chan, aku mohon." pinta Zayn lagi dengan suara yang benar-benar memelas.
Dari balik pintu Yuki menghela nafas berat kemudian perlahan berdiri dan membuka pintu, mendapati Zayn Malik yang tersenyum putus asa kearahnya.
Yuki menggigit bibirnya keras-keras. "Sudah lama ya sejak terakhir kali kita mengobrol?" gadis itu tertawa hambar. "Satu bulan? Dua bulan? Atau bahkan empat? Aku bahkan sudah tidak menghitungnya lagi."
Zayn menatap Yuki nanar. "Yuki-chan, aku mohon--"
"Mana pacarmu yang selama ini kamu banggakan itu?" ucap Yuki pedas. Dalam hati, Yuki sendiri sebenarnya menyesal berkata sekasar itu pada Zayn. Namun ia juga ingin Zayn sadar kalau bukan cuma pria itu saja yang sakit disini.
Zayn menunduk, menatap jemarinya yang saling bertaut dengan gugup. "Yuki aku menyesal tidak mendengar kata-katamu waktu itu." jawab Zayn lirih dan Yuki bersumpah ia merasa hatinya teriris mendengar suara Zayn. Namun Yuki berusaha sebaik mungkin memasang ekspresi datar.
"Ternyata dia tidak baik Yuki-chan. Dia selingkuh dengan salah satu senior." sambung Zayn sambil menatap Yuki yang terlihat datar. Zayn berharap ia bisa menemukan sorot teduh di mata gadis itu namun yang di temukanya justru sorot penuh emosi.
Yuki melipat tanganya di depan dada, matanya terasa benar-benar panas namun Yuki mencoba menghiraukanya. "Dan setelah semua ini baru kamu cari aku?" ucap Yuki berapi-api. "Kamu keterlaluan, Zayn."
Zayn sudah bersiap membantah namun Yuki buru-buru melanjutkan. "Kamu pikir gimana perasaanku saat kamu selalu lebih milih dia dan selalu ninggalin aku?" Nada suara Yuki kini mulai meninggi. "Oke Zayn, aku tau dia pacar kamu. Tapi kita sahabatan udah bertahun tahun Zayn. Apa itu gak ada artinya buat kamu?"
Dan tanpa bisa di tahan lagi, air mata Yuki mulai menetes. Gadis itu menutup mulutnya sendiri agar tidak ada isakan yang keluar. Yuki bersumpah ia tidak mau Zayn melihatnya sebagai Yuki yang seperti ini. Yang harus selalu punya Zayn sebagai tempat berpegangnya.
"Yuki," panggil Zayn panik melihat gadis yang terisak dihadapanya. "aku minta maaf. Serius. Aku tau aku bodoh banget waktu itu. Aku tau aku jahat tapi Yuki, aku minta maaf."
Di dalam dada Zayn rasanya ada perasaan bersalah yang menumpuk seperti gunung. Rasa bersalah yang telat dirasakanya. Zayn tau ia bodoh. Menomorduakan Yukiko Evans yang notabene merupakan sahabat terbaik yang pernah dia punya untuk Rere yang pada akhirnya meninggalkanya juga. Zayn benar-benar merasa bersalah. Selama ini ia menjaga Yuki agar tak ada satupun orang yang bisa membuat gadis ini menangis namun ironisnya adalah malah Zayn sendiri yang membuatnya menangis.
Hati Zayn semakin mencelos saat melihat gadis di hadapanya tertawa hambar dan menatapnya dengan pandangan laser super dingin. "Yuki," ucap Zayn putus asa. "Aku gak apa-apa kalau aku harus kehilangan Rere. Tapi asal kamu tau, aku gak bisa kehilangan kamu juga Yuki-chan."
Pandangan sedingin es itu masih jelas terpancar di mata Yuki namun nada suara gadis itu mulai melunak. "Kenapa?" tanyanya. "Dan sebaiknya kamu punya jawaban yang bagus kalau mau maafku."
Zayn tersenyum tipis kemudian meraih tangan Yuki dan mengenggamnya erat. "Yuki, kamu salah satu orang paling penting dalam hidup aku. Selain keluargaku, kamu satu-satunya orang yang paling ku pedulikan." Zayn berdehem pelan. "Kalau di pakai metafora, orangtuaku seperti jantung dalam tubuhku sedangkan adik-adikku sebagai ginjal. Sedangkan kamu, Yukiko Evans, kamu hati yang menyerap seluruh racun dalam tubuhku."
Yuki tidak bisa menahan diri untuk tidak menyeringai geli mendengar perkataan Zayn. "Oh, ayolah, Yuki. Kau tau aku sangat bodoh dalam perumpamaan dan ini benar-benar terdengar berlebihan. Tapi poinnya adalah, kamu satu-satunya yang bisa melindungiku dari semua kenegatifan yang ada. Kamu membuatku merasa aman, Yuki-chan. Dan untuk semua rasa aman dan nyaman yang kamu berikan, aku berhutang padamu seumur hidup." Zayn menutup rangkaian kata-kata panjangnya dengan menghembuskan nafas lega. Ia ragu-ragu menatap Yuki yang memasang ekspresi aneh di wajahnya.
Tapi beberapa saat kemudian Yuki tersenyum kecil. "Baiklah, alasanmu benar-benar hiperbolis tapi aku menerima alasan itu."
Zayn mengerjap kaget, tak percaya dengan pendengaranya sendiri. Kemudian dengan sekali sentakan ia menarik tangan Yuki yang masih di genggamnya kuat, membuat gadis itu limbung dan seketika jatuh ke pelukan Zayn.
"Terimakasih, Yuki-chan." bisik Zayn tepat di telinga Yuki. Pria itu tidak bisa mencegah untuk tidak tersenyum lebar. "Aku sayaaang sekali padamu." sambungnya dengan suara kekanak-kanakan dan memepererat pelukanya.
Yuki memutar mata namun membalas pelukan Zayn, "Iya, iya, aku juga menyayangimu."
Setetes air mata kemudian kembali jatuh ke pipi Yuki saat sebuah bayangan tentang masa depan mereka yang pahit kembali terlintas di benak Yuki entah untuk keberapa kalinya.
a/n
DAAAN YAK SELAMAT LEBARAN SEMUANYA MESKIPUN BESOK SIH TAPI ELSA MINTA MAAF KALAU SELAMA INI ADA SALAH SALAH KATA ATAU APALAH HUEHEHE
kritik, saran dan komentar di tunggu mwah xx.elsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
the oracle ★彡 z.m
Short Storythough yukiko evans saw it coming, it still hurts. © 2014 by elcessa All Rights Reserved