"Yuki-chan?" panggil Zayn pada gadis yang sedang asik menyuapkan sesendok besar es krim kemulutnya.
Yuki menoleh, "Iya, Zayn?"
Baru saja Zayn akan membuka mulut untuk melanjutkan kata-katanya, Yuki langsung menyela. "Eh, sebaiknya kita masuk kedalam saja. Soalnya sebentar lagi sepertinya akan hujan." Gadis itu kemudian menutup cup es krimnya dan kemudian melangkah kedalam rumah.
Zayn menatap Yuki heran kemudian menatap matahari yang bersinar terik di langit namun ia tetap melangkah masuk, mengikuti Yuki yang menuntunya ke dalam kamar gadis itu sendiri.
Kamar Yuki tidak terlalu besar, dengan lantai kayu dan dinding yang di cat motif bata. Sebuah rak buku dan meja belajar di sudut kamar, lemari pakaian serta cermin di sudut lainya. Televisi LCD di letakkan di dinding tepat di depan kasur dan sebuah dream catcher yang di gantung di balik pintu.
Zayn baru saja merebahkan tubuhnya saat ia mendengar bunyi petir yang cukup keras dan kemudian bunyi air hujan yang bertabrakan dengan atap rumah. Zayn mengernyit heran, ia bersumpah tadi di luar benar-benar cerah.
Zayn kemudian menatap Yuki yang masih sibuk dengan es krimnya dan perlahan merebahkan kepalanya di atas paha gadis itu. Yuki mendengus sebal.
"Kepalamu tidak seringan bulu, loh." ucapnya datar. Zayn terkekeh pelan.
"Yuki, boleh tidak aku menanyakan satu hal?" nada suara Zayn serius sekarang. Yuki mengangguk pelan. "tapi kamu harus jujur." sambung Zayn lagi dan Yuki kembali mengangguk.
"Kenapa sih kalau kamu berkata sesuatu selalu benar? Maksudku, tadi di luar cerah sekali dan kamu bilang bakal hujan. Aku heran, tapi buktinya sekarang hujan. Kamu juga pernah bilang Rere-chan tidak baik, dan itu benar. Waktu itu kamu juga pernah menyuruhku untuk tidak kemana-mana sepulang sekolah dan aku membantahmu lalu aku yang susah sendiri." Zayn menghela nafas, "Kenapa kamu selalu benar?" tanyanya lagi.
Yuki sendiri kini membeku di tempatnya. Ia kemudian menutup cup es krimnya dan menimbang-nimbang apakah dia harus memberi tau Zayn Malik atau tidak. Maksud Yuki, ia memang sudah memutuskan saat mereka pertama bertemu akan memberitahu Zayn suatu hari nanti. Tapi apakah ini memang waktu yang tepat?
"Kalau ku beri tau kamu tidak akan percaya." ucap Yuki akhirnya saat Zayn menepuk pundaknya perlahan.
Zayn kemudian duduk dan menatap Yuki tepat di mata, "Aku akan percaya, janji deh."
Yuki akhirnya menghela nafas setelah diam cukup lama dan tersenyum kecil. "Janji kamu gak akan menganggapku aneh?"
"Janji." balas Zayn mantap.
"Baiklah." Yuki menatap Zayn lama sebelum berkata, "Aku bisa melihat masa depan. Tentunya tidak semuanya tapi terkadang hal itu datang sendiri terkadang seperti potongan gambar, terkadang seperti firasat, tidak perduli di manapun aku berada." Yuki bisa melihat Zayn yang menganga lebar dan menyentuh lengan Zayn perlahan. "Jangan anggap aku aneh." pintanya.
"Tidak kok. Tapi ... kau serius?" tanya Zayn ragu-ragu. Ia masih takjub dengan apa yang baru saja di dengarnya.
Yuki tersenyum maklum, "Iya, Zayn. Kau tau nama lengkapku kan?"
"Yukiko Evans." jawab Zayn cepat. Yuki mengangguk, "Yukiko artinya anak langka. Ibuku juga, um, sama sepertiku. Ibuku tau kalau saat aku lahir, aku akan memiliki bakat yang sama sepertinya. Jadilah namaku Yukiko."
Keheningan kemudian menyelimuti mereka sampai Zayn Malik tertawa renyah, "Selama ini sahabatku seorang peramal dan aku tidak tau. For God sake, rasanya seperti hidup di film."
KAMU SEDANG MEMBACA
the oracle ★彡 z.m
Short Storythough yukiko evans saw it coming, it still hurts. © 2014 by elcessa All Rights Reserved