Author's POV
"Kalo menurutmu kamu itu tinggi, aku bisa tertawa seharian karenanya. Masalahnya, apa yang kamu katakan itu tak sesuai realita. Kamu mengintimidasi teman-teman, berani pada guru, juga kamu itu BAD GIRL. Sekali lagi kutekankan, kamu itu BAD GIRL!" Aliyah menekankan akhir kalimatnya di telinga Novita.Novita tampak tak percaya apa yang didengarnya. Seseorang yang sering menjadi target kenakalannya kini melawannya? Mengatakan kalau dirinya bad girl? "Mimpi apa lo semalem? Lo tau kan, gue bisa..." "Kamu bisa apa? Mengeluarkan aku dari sekolah ini? Tapi, pemiliknya bukan kamu, bukan ayahmu!"
Sekali lagi, kata-kata Aliyah membungkam Novita, orang yang sejak dulu ia takuti. "Dulu aku memang berpikir, kalau aku akan turuti kemauanmu, daripada aku terkena masalah. Tapi, sejauh ini, yang kamu lakukan itu tak bermutu dan menyebalkan, Novita! Siapa yang akan tahan dengan sifat dan perilakumu tersebut?" Aliyah meninggikan nada suaranya.
"Ehm... Permisi!" Aliyah menoleh. Ada Nadhira disana. Aliyah segera memeluk Nadhira. Masih tegang akan apa yang baru saja terjadi. "Maaf, mau lewat." Nadhira benar-benar menjadi pahlawan Aliyah pagi itu. Tapi, apa yang akan terjadi siang nanti?
Bel istirahat berdering. Anak-anak berhamburan keluar kelas. Tanpa sengaja, Aliyah melihat Novita memberi tahu sesuatu pada Nadhira. "Kau berbohong, kan?" tanya Nadhira seolah tak percaya. Matanya tampak berkaca-kaca. "Iya, aku berkata apa adanya. Percayalah." Novita tersenyum jahat.
Aliyah melihat Nadhira berlari keluar kelas. Aliyah segera menghampiri Novita si Biang Kerok. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Aliyah. "Aku tidak bermain-main. Apa yang kau katakan? Nadhira tak pernah sesedih itu!" bentakan Aliyah membuat keheningan sesaat.
"Apaan aja coba yang bikin lo nanya kaya gitu ke gue? Hah? Udahlah, bikin orang emosi aja!" Novita tampak tak bersalah meninggalkan Aliyah seorang diri. "Ayo, Girls!" ajak Novita pada gengnya. Aliyah tak berselera makan. "Sudahlah. Habis semuanya." Aliyah terduduk lemah di bangkunya. "Apa yang Novita katakan, sih?" gumam Aliyah.
Air matanya menetes, lalu semakin menderas. Menelungkupkan wajahnya di meja. Hingga bel masuk terdengar, Aliyah tak bergeming dari posisinya. Tak ada yang mendekati Aliyah, hanya memperhatikan. Karena sahabat Aliyah hanya satu, Nadhira. Dan Nadhira belum masuk kelas saat itu.
"Assalamu'alaikum..." Salam Nadhira, lirih. Aliyah mengangkat kepalanya, bersiap menanyakan semuanya pada Nadhira. "Nadhira kenapa? Kok..." "Gue pindah. Lo duduk disini aja sendiri." potong Nadhira. "Sejak kapan kita berbicara menggunakan logat lo-gue?" tanya Aliyah.
Hatinya semakin kalut. "Udahlah, gak usah lebay. Cengeng amat sih. Gue pindah. Awas ada setan tuh di samping lo!" Nadhira membawa tas dan semua barangnya menjauh dari bangku Aliyah. "Nadhira kenapa sih?" gumam Aliyah sedih. Lagi-lagi, matanya berair melihat Nadhira, sahabatnya, duduk di samping Novita. Ia menulis sesuatu di buku Matematika bagian belakang.
Ya Allah... Apa yang terjadi pada Nadhira? Apa yang dikatakan Novita pada sahabatku, Ya Allah?Semoga dia baik-baik saja bersama Novita. Mungkin saja dia bosan bersahabat denganku.
"Oi... Itu yang paling belakang, jangan nangis mulu dong! Ntar gue dilabrak kakaknya lagi!" sindir Novita. Tawanya berderai bersama tawa Nadhira.
Aliyah memutuskan untuk diam. Tak ingin tertimpa masalah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aliyah
RandomNamanya Aliyah. Dibalik senyum manisnya, ternyata ia menyimpan sebuah penderitaan. Mirisnya, semua penderitaan itu justru berasal dari orang-orang terdekatnya. Menghadapi semuanya, Aliyah harus kuat bukan? Ya, Aliyah kuat!