• sᴇᴄʀᴇᴛᴀʟᴏᴠᴇ •
Hari kedua aku tinggal di rumah sendiri. Ponselku sudah berbunyi dua kali sejak aku tinggal mandi, keluar dari kamar mandi aku menyambar ponsel itu dan mengatakan 'sebentar' kemudian menutupnya kembali.
Setengah jam berlalu, seperti biasanya, aku memoles make-up tipis dan hanya mengikat rambutku menjadi satu ikatan simpul kemudian turun menuju dapur untuk mengambil bekal yang sudah kusiapkan.
"Lama nih!"
Andres mengeluh ketika aku muncul dari balik pintu. Kali ini ia terlihat segar, jaket tipis cokelat mudanya membalut seragam serba hitam yang selalu ia kenakan. Dia selalu tampil apa adanya dengan celana jeans hitam dan sneakers membuatnya tidak terlihat seperti laki-laki berusia di atas tiga puluh tahun. Seperti biasa, ia membawa motor kesayangannya, hanya pembedanya sekarang ia membawa dua helm.
"Helm baru?" tanyaku saat menerima helm berwarna putih dengan kaca cembung di depannya.
"Nggak, 'kok. Udah lama punya tapi nggak kepake aja. Helm cewek."
Aku mengangguk mendengar jawaban Andres dan segera memasang helm itu di kepalaku. Ketika memakainya aku tahu bahwa helm itu belum pernah dipakai orang sebelumnya, tetapi kenapa Andres membeli helm ini kalau dia tidak butuh? Dari model motor Andres yang besar saja aku tau ia tidak akan cocok dengan helm jenis ini. Tetapi itu tidak mau aku jadikan persoalan.
"Kak Ubay hari ini masuk pagi?" Aku setengah berteriak ketika motornya berhenti di lampu merah.
"Iya. Kenapa?" jawabnya seraya mendongakkan kepala ke belakang.
"Aku ada janji mau main sama Sherly. Kakak nggak usah jemput aku, ya?"
Ia tidak langsung menjawab. Lampu lalu lintas berubah hijau dan ia membelokan motornya ke arah kampus.
"Emang mau main ke mana?" Bukannya menjawab atas izin yang kuminta, Andres justru malah semakin bertanya. Ternyata, ia lebih cerewet dibandingkan Kak Nara.
"Cuma mau ke mal aja, 'kok. Nanti sore ketemuan di coffeshop Kakak deh." Tanpa sadar aku membujuknya.
Andres diam sejenak. Motornya sudah masuk ke area parkir gedung fakultas. Beberapa mahasiswa menatapku heran sementara Andres bersikap tidak peduli.
"Yaudah. Sore, ya. Jangan malam-malam." Andres menerima helm yang kusodorkan dan meletakkannya di atas tangki mesin.
Aku mengangkat tangan, memberikan tanda hormat padanya. "Siap, Bos!"
Ia tersenyum dan mengelus kepalaku--seperti yang ia lakukan semalam. Aku tersenyum dan merogoh tas untuk mengambil kotak bekal yang aku siapkan.
"Kakak suka ayam atau tuna?"
Andres mengerutkan kening mendengar pertanyaanku. Aku menyodorkan dua kotak bekal ke arahnya dan memintanya memilih. "Yang ini sandwich ayam, yang ini isi tuna. Mau yang mana?"
Bukannya menjawab, Andres justru tertawa melihatku menyodorkan kotak bekal itu.
"Pilih, Kak."
"Kamu suka yang mana?" tanyanya padaku.
"Aku? Aku suka yang tuna!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretalove ✓
RomanceDari semua yang laki-laki yang melintas dalam hidup Maura, bagian favoritnya adalah senyum seorang laki-laki berselempang tas kamera hitam. Namun, menunggu dua tahun kehadiran sosok yang tidak sengaja ia temui itu adalah hal yang sangat mustahil. S...