• secretalove •
"Gimana pemotretannya? Lancar?" Andres bertanya ketika kami sampai di coffeshop.
Andra mengangguk kemudian melepaskan tas yang sejak tadi di pundak dan meletakkannya di meja yang berisikan nampan dengan es kopi beberapa kap. "Lancar banget, Kak. Tadi sempat ada chaos, tapi semuanya lancar berkat bantuan Maura." Andra menceritakan garis besar konsep yang diubah Rafli pada Andres. Mendengar percakapan keduanya terlihat menyenangkan.
Andres membuka galeri pada kamera Andra kemudian tersenyum lebar. "Kamu bakat jadi seorang model, Ra. Kenapa nggak diseriusin aja bakatnya? Jarang loh ada orang yang fotogenik macem kamu ini." Andres kemudian membidik dengan kamera yang digenggamnya dan tanpa meminta izin mengambil gambarku.
"Kakak apaan, sih? Malu tau!" Aku berusaha menutupi wajah.
Laki-laki itu tertawa. Deretan giginya yang terlihat juga mata yang menyipit membuatnya terlihat lebih menarik di mataku. "Yaudah, kalian masuk aja dulu ke dalam. Gue beresin sisa kerjaan bentar abis itu nyusul. Kalian udah makan, 'kan?"
Kami kompak mengangguk sebelum masuk ke dalam pintu yang bertuliskan 'khusus karyawan'. Tidak ada yang istimewa dari ruang khusus karyawan yang kami lewati, hanya dua buah freezer besar berwarna putih yang lecet di bagian depan juga dua buah showcase tinggi tempat menyimpan fresh milk dan bahan baku cair, seperti sirup gula aren dan sirup keju.
"Freezer ini isinya apa?" aku bertanya pada salah seorang karyawan yang sedang menghitung stok bungkus kopi di dalam kardus. Mengabaikan Andra, Joni, Rafli yang sudah naik ke lantai dua.
"Roti, Kak," jawabnya sembari membuka freezer dan memperlihatkannya padaku.
"Ehh?" Aku baru tahu roti bisa disimpan di dalam freezer. Selama ini kupikir karyawan membuat roti mereka sendiri.
"Rotinya beku?" tanyaku yang akhirnya penasaran dengan perjalanan roti-roti itu.
"Iya, dikirim supplier dalam keadaan beku. Kita simpan di sini juga dalam keadaan beku, kemudian setiap harinya di-thawing sebelum masuk ke dalam oven baru deh siap jual."
"Jadi kalian cuma manasin aja?"
Karyawan itu mengangguk kemudian tersenyum sebelum kembali menutup pintu freezer. "Ada, sih, yang buat sendiri, kayak Toast, Donat, tapi itu kalau ada Bang Ubay. Kalau kita fokus di FIFO aja."
Lima menit berlalu, percakapan tentang proses roti itu membuatku sedikit–banyak tahu tentang usaha yang digeluti Andres. Hingga pintu khusus karyawan kembali terbuka aku tersenyum ketika mendengar suara Andres sebelum pintu benar-benar terbuka lebar. Namun, senyum yang aku tampilkan seketika memudar ketika Andres bersama perempuan yang kulihat tadi siang.
Perempuan itu mengenakan seragam hitam. Dengan celana ripped jeans, ia terlihat sangat cuek dengan penampilannya. Matanya runcing, dengan wajah khas Asia yang terlihat segar. Rambutnya yang hitam panjang dikuncir menyisakan beberapa helai membuatnya terlihat manis. Sial! Dia cantik.
"Maura, ya?"
Aku kaget ketika perempuan itu dengan begitu fasih menyebutkan namaku, segera aku mengembangkan senyum untuk membalas sapaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretalove ✓
RomanceDari semua yang laki-laki yang melintas dalam hidup Maura, bagian favoritnya adalah senyum seorang laki-laki berselempang tas kamera hitam. Namun, menunggu dua tahun kehadiran sosok yang tidak sengaja ia temui itu adalah hal yang sangat mustahil. S...