Sudah seminggu sejak kejadian itu terjadi, dan selama itu juga aku tak lagi melihat gadis tersayangku dengan cara yang sama. Matanya tak ada lagi membuat bulan sabit terbalik saat ia tersenyum, indah pupil mata coklatnya hilang teralihkan oleh lingkaran hitam di kantung matanya, tak ada lagi pukulan kasarnya, bahkan mulutnya tak lagi mengeluarkan kata kata absurd menyebalkan yang selalu mengisi hari hariku sebelumnya.
Gadis itu, gadis yang bisa membuat otak ku terpenuhi dengan satu kata setiap mendengar namanya, kata itu adalah [Hero]Ine, lengkap dengan tanda yang mengurungi kata Hero di dalamnya. Karena ia selalu terlihat bagaikan pahlawan yang berefek samping candu dimataku.
Itu menyiksa jujur saja, karena candu mulai menggerogotiku dengan kerinduan padanya, rindu atas pukulan kasar dari tangan kecilnya yang selalu meninggalkan bekas sakit di lenganku setiap harinya, rindu melihat bagaimana tangguhnya dia memimpin pertengkaran di lapangan merah, dan rindu dengan cara-caran menyebalkannya yang selalu bisa membebaskanku dari berbagai masalah.
Ah, ini lebih dari sekedar menyiksa jika bisa ku bilang.
Seandainya, ia memilih untuk tak mengacuhkanku, mungkin ku tak perlu merasa sakit ini mendengar tangisnya yang mampu mengiris siapapun yang mendengarnya.
"Maaf... Maaf... Maaf..." ucapnya dengan suara parau yang mengisi rooftop tempat ku dan dia mengisi jam jam istirahat ku dengannya sebelum ini,
"Aku emang sahabat ga berguna" gumamnya lagi sambil membenamkan wajahnya di dengkulnya yang terlipat, dengan tangannya yang memeluk satu sama lain dengan erat,
"Seandainya aku dateng lebih cepat hari itu"
Ditemani dengan hijrah gerimis musim kemarau yang berlabuh pada kedua matanya, suara itu berhasil menyiksaku selama seminggu ini. Memang benar apa kata kabar burung, setangguh apapun perempuan, tangis mereka akan selalu mengiris setiap orang yang mendengarnya.
Ku balik badanku, dan mulai mendekap dirinya pelan, dan seiring itu pula tangis itu redup,
"Maaf " itu gumaman terakhirnya,
Hari-hari berganti, kudapati ia kembali kesana dengan wajah teduh nya, tak jarang sisa air mata berada disana. Ia memang sering menangis dan meminta maaf, meminta maaf atas kesalahan yang tidak pernah ia lakukan.
Bulan berganti bulan, Ia dan tempat ini semakin terasa asing. Asing, dingin, dan menyiksa. Ia semakin dingin, tak ada lagi suara parau, dan permintaan maaf tak berarti. membuatku harus bertahan dengan candu yang semakin menyiksa, seiring ia yang akhirnya merelakan kematianku.
...
bye guys, aku rindu cara penulisan lama ku, aku angkatan wattpad lama sebenernya, cuma ya gitu,
keseringan bacain ff receh kpop jadi sekarang rada bingung sama gaya tulisku sendiri wkwkwk.
Btw :
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.