4 | This Is The Verocity Of Life

2.9K 181 2
                                    

Miris saat terbangun sendiri di tempat yang dibenci

Untuk kedua kalinya Clary terdiam ditempat yang sama. Sebuah taman yang menjadi tempatnya kemarin menyaksikan pembukaan penderitaannya.

Langit benar-benar telah gelap dan untuk kali ini Clary tak berusaha lari dari gelapnya malam. Sejak dulu dia benci malam hari yang tampak selalu menimbulkan rasa takut, waspada, dan kebutaan tapi untuk kali ini saja dia membiarkannya karena dia bahkan tidak tahu kemana dia harus melarikan diri.

Clary bisa mengingat semua yang terjadi hari ini. Sesuatu yang seperti hantaman keras. Pengkhiantan Diego, Kerusakan fisik dalamnya dan berlanjut kerusakan luar tubuhnya yang telah ternoda. Noda yang membuat ayahnya tak menganggapnya sebagai putri bersinarnya kembali. Dia sudah menjadi seseorang yang tercemar.

Tik

Setetes air jatuh dan selanjutnya air hujan dengan naas berjatuhan menusuk kulitnya. Dingin, tapi Clary masih tidak bergerak sedikitpun dari tempat duduknya.

Bahkan langitpun seolah ingin menghukumnya. Apa salahnya? Kenapa dia dikutuk sampai seperti ini? Kenapa dunianya berubah dalam sekejab mata?

"Kau Clary bukan?" Seseorang bertanya dengan suara tidak yakin. Pelan dan hampir terendam suara hujan.

Clary menoleh. Matanya yang pedih karena memaksakan diri agar terbuka meski air hujan menusuknya tetap berusaha dia tajamkan pada bayangan seorang wanita berambut coklat dengan jaket besar dan payung merah. Tetap saja wajahnya tidak terbentuk jelas.

"Kenapa kau disini?" Gadis itu bertanya lagi. "Kau bisa mati kedinginan."

Bayangan itu semakin mendekat dan kali ini Clary berhasil menajamkan matanya. Gadis bermabut kecoklatan itu pernah dia lihat. Seorang gadis yang menjadi korban keusilan teman-temannya.

"Kau harus pulang." Dia berujar kembali. Kali ini dengan suara cemas.

Clary terseyum miring. Pulang? Kemana?

"Tinggalkan saja aku."

"Tapi Clary..."

"Aku bilang tinggalkan aku!" Clary berteriak keras sembari menangis dan beruntungnya air hujan menutupi betapa hancur ekspresi wajahnya saat ini.

Gadis itu terdiam. Terlihat bergerak dengan cemas dan bingung, akhirnya dia memutuskan melangkahkan kakinya mundur tapi baru saja hendak berbalik dia mendengar suara keras yang jatuh.

Benar saja saat dia kembali berbalik mata hitamnya sudah melihat tubuh Clary yang jatuh di tanah. Tubuh Clary termasuk kecil jadi tak mungkin akan terus menahan kelemahannya.

♥♥♠♠

Mata Hazel itu terbuka. Mencoba merekam tempat yang baru saja dia kenal ini. Dinding bercat putih dengan aroma obat-obatan.

Dia menatap tangan kirinya tertancap infus. Rumah sakit. Dan entah bagaimana dia bisa berakhir disini.

Miris. Sekarang dia terbangun sendiri di tempat yang cukup dia benci. Rumah sakit.

Clary memutuskan bangun dari tempat tidur putihnya. Gadis itu sedikit meringis saat melepaskan infusnya. Jika sudah sampai sejauh ini maka hanya ada satu cara melepaskan kefrustasiannya.

Dia berjalan pelan meski sesekali matanya pasti menemukan banyak orang tengah melihatnya. Clary bisa menebak jika mereka pasti tengah berpikir kenapa gadis itu amat berantakan.

Clary menatap beberapa orang yang berlawanan arah dengannya memakai pakaian serba hitam dengan kacamata hitam juga hingga membuat Clary menebak dengan liarnya jika mereka adalah seorang agent rahasia tapi tentu tak mungkin.

My Husband Is A MurdererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang