Semua orang itu jahat hanya saja tingkat kejahatan mereka biasanya akan ditutupi dengan topeng yang baik
Mata hazel Clary mengintip dibalik tirai jendela untuk memastikan jika Annete benar-benar tidak terlihat lagi dan barulah dia melangkahkan kakinya keluar dengan tidak lupa menguncinya meski dia ragu pencuri akan masuk dan mencuri barang-barang yang tidak mungkin ada harganya.
Clary menuruni tangga dengan semangat. Ya, kali dia yakin akan mendapatkan sebuah pekerjaan agar dia tidak menjadi gadis manja yang menumpang dirumah Annete.
Berada di anak tangga terakhir Clary mengerutkan dahinya. Ada mobil mencolok yang mampu membuat mata orang-orang yang melewatinya melotot kagum. Clary tentu mengenalnya karena mobil itu termasuk mobil mahal, Ferarri Laferarri dengan warna hitam mengkilat.
Seseorang keluar dari dalam mobil dengan mengenakan jaket hitam dan rambut pirangnya yang berantakan hingga menarik mata wanita-wanita yang biasanya nongkrong di depan caffe kumuh kecil.
Mata peraknya menatap langsung mata Clary sebagai hal pertama yang dia lihat. Aaric. Pria terkutuk yang memperkosanya tengah berjalan santai dan ringan kearah dimana Clary berdiri diam.
"Pagi." Sapa Aaric begitu berdiri didepan Clary. Berharap jika gadis itu akan terseyum hingga membuat jantungnya kembali berdetak nyaman seperti kemarin tapi sayangnya gadis itu malah cemberut.
"Kenapa kau disini?"
"Ingin melihatmu." Jawab Aaric jujur.
"Untuk?"
"Melihatmu."
Clary berdecak. Dia melewati Aaric, "Pergilah aku sibuk."
"Setahuku kau bahkan belum mendapatkan pekerjaan." Kata Aaric ikut berjalan satu langkah dan sudah ada disamping Clary.
"Karena itu aku sibuk mencarinya."
Aaric menarik pergelangan tangan Clary membuat gadis itu berbalik kearahnya. "Gadis sepertimu tidak cocok mencari pekerjaan seorang diri," Para pandai besi kembali menjalankan pekerjaan mereka yang membuat asap keluar. Tempat ini memang cukup berasap. "Yang ada kau dipermainkan oleh orang-orang jahat." Tangan Aaric mengibas untuk mengusir asap yang hampir dihirup Clary.
"Aku akan berusaha berhati-hati lagipula tak semua orang jahat."
Aaric terseyum miring. "Clary," Mata peraknya menatap lurus Clary yang ikut menatapnya. Entah kenapa ada perasaan senang saat mata hazel Clary memantulkan bayangannya. "Semua orang itu jahat hanya saja tingkat kejahatan mereka biasanya akan ditutupi dengan topeng yang baik dan yang paling bisa menutup topengnya dengan paling baiklah yang sebenarnya memiliki hati jahat."
Clary menggeleng pelan. "Tidak semua seperti itu Aaric, tidak semuanya karena orang paling jahatpun diam-diam memiliki sedikit kebaikan dan biasanya karena mereka sulit mengungkapkannya maka mereka dianggap jahat."
Aaric mengetuk dahi Clary pelan. "Oke terserah padamu."
♥♥♠♠
Clary menahan malu saat sudut matanya melihat Aaric terlihat terseyum geli saat dia menjatuhkan gelas kelima dinampan yang dia bawa.
"Baiklah cukup nona," Pemilik Caffe menghentikan niat Clary mengambil gelas lagi. "Maaf tapi kau tidak bisa bekerja disini."
Clary menundukkan wajah lesu dan si pria terkutuk dengan sifat terkutuknya malah terkekeh.
Jadi Aaric tadi memaksa akan mengikuti Clary jadi terpaksa gadis itu membiarkannya tapi dengan syarat Aaric ikut berjalan dan tidak menaiki mobil yang nantinya akan menimbulkan kehebohan di tempat yang bisa dikatakan berisi orang-orang biasa.
Clary keluar dari Caffe setelah membungkuk mengucapkan maaf dan terimakasih. Aaric mengikutinya dibelakang.
Clary berhenti saat melihat ada kertas bowsur lowongan pekerjaan berupa menjadi seorang akuntan.
"Kelihatannya bagus untuk dicoba apalagi kau hanya perlu duduk." Cetus Aaric ikut membaca.
"Dan menghitung uang," Tambah Clary. Wajahnya berubah murung. "Aku benci matematika otomatis aku tidak suka menghitung termasuk uang." Clary berjalan kembali.
Dia berhenti saat melihat ada tempat duduk dan memilih duduk disana. "Ternyata mencari pekerjaan sangat sulit." Katanya dengan putus asa.
Aaric masih berdiri mengamati Clary yang dahinya berkeringat. Untuk ukuran anak manja dia cukup kuat. "Kau tunggu disini sebentar aku pergi dulu."
Clary hanya mengangguk tidak semangat. Matanya melihat kearah restoran yang jendela kacanya dapat dilihat dari luar dan rasanya sesak saat dia melihat ada satu orang yang cukup dikenalnya dengan pakaian formalnya yang rapi dan mewah terlihat tengah mendiskusikan sesuatu dengan rekan kerjanya.
Itu Ayahnya. Clary rasanya sangat sesak jika membayangkan dirinya telah diusir oleh Ayah yang selama ini sangat menjaga dan menyanyanginya tapi kini Ayahnya bahkan mungkin tidak peduli pada keadaan Clary.
Mata Clary basah dan siap menangis sebelum matanya ditutup oleh telapak tangan. Clary yakin itu Aaric, tengah menutup matanya lalu mendekatkan mulutnya pada telinga Clary.
"Saat kau menangis jangan perlihatkan pada orang lain karena mereka tidak akan mengasihanimu tapi justru mencelamu." Bisiknya lalu menghapus air yang basah dibawah mata Clary.
Mata Aaric menatap ketempat yang tadi menjadi objek Clary dan dia yakin jika pria paruh baya berjas mewah itu yang tadi dilihat Clary karena dia cukup terkenal dimajalah bisnis. Michael Chester, seorang anggota Chester yang ikut andil dalam menjalankan perusahaan itu. Putra kedua Chester yang memiliki kekayaan ketiga perusahaan Chester setelah ayahnya Chester dan kakaknya Morgan.
Aaric mengamati pria itu cukup lama dan sedangkan Clary terdiam karena membayangkan masa-masa kedekatannya dengan Ayahnya. Terlihat Michael mulai terlihat akan keluar dari Restoran itu bersama dua rekan kerjannya dan jangan lupa sekertarisnya dan dua penjaganya.
Segera saja Aaric menarik pergelangan tangan Clary membuat gadis itu tersentak kaget. Dia bingung saat Aaric menyeretnya menyeberangi jalan dan tambah bingung saat mereka sampai didepan pintu restoran.
"Aaric kau mau apa?" Tanya Clary dengan mata melirik antara Aaric dan pintu restoran yang akan dibuka. Sosok tubuh Ayahnya yang tegas terlihat keluar dari sana membuat emosi Clary bercampur. Rindu,kecewa,takut, dan ingin melarikan diri tapi sayang tangannya yang dicengkram kuat oleh Aaric tidak bisa membuatnya bergerak.
"Mr.Chester," Aaric menyerukan nama Ayahnya membuat mata Clary melebar terlebih Ayahnya mendengarnya dan benar-benar melihatnya dengan wajah terkejut. Aaric bergerak semakin dekat kearah Ayahnya yang mematung masih dengan menyeret tangan Clary. "Aku Aaric pria yang ada difoto bersama Clary. Aku ingin bilang jika aku siap tanggung jawab dengan..."
Belum selesai Aaric menyelesaikan kata-katanya Michael sudah melesat maju. Bukan memukulnya tapi memeluk Clary. Membuat Aaric terpana bingung melihat adegan didepannya yang dimana Michael memeluk Clary dengan suara yang bergetar yang menandakan pria itu tengah menangis tertahan. "Gadis kecilku maafkan Daddy, maaf, sungguh maaf."
Clary yang awalnya membeku segera sadar dan ikut memeluk ayahnya, saat mendengar permintaan maaf Ayahnya tak bisa ditahan Clary juga ikut terisak. Seperti yang pernah dikatakan Ayahnya saat Clary masih kecil.
"Sampai kapanpun Clary meski kau menjadi gadis yang semakin nakal Daddy akan tetap menyanyangimu selamanya karena kau adalah Anakku yang merupakan bagian nyawa untuk seorang Ayah."
_________________
Thanks for vote and comment
AngelicDevil22
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Murderer
Romance"Aku melangkah dengan cahaya terang dan kau melangkah dengan kegelapan." - Clary Chester "Setiap aku melangkah aku pasti akan melihat tubuh-tubuh tergeletak bermandikan darah, aku manusia yang hancur saat terkena cahayamu tapi aku menginginkamu untu...