[Part 1]

93 3 0
                                        

Tertawa, berdansa, bercengkrama bahkan melakukan hal-hal yang terbilang just for fun. But, whos care? Tempat yang seharusnya tidak dikunjungi ini sudah menjadi tempat melepas penat seorang gadis cantik bernama Julia Pragita.

Berkecimbun didunia modeling memang membuat hidup Julia semakin tercukupi. Memiliki paras yang cantik, penghasilan sendiri, dikenal banyak orang adalah impian sebagian besar perempuan. Apalagi memperoleh itu semua di usia muda. Tapi bisakah semua itu menutupi kekelaman hidup? Tidak untuk Julia.

"Sendirian?" seorang laki-laki menghampiri Julia

"Yeah. Tapi saya sedang menunggu teman" jawab Julia dengan sedikit rasa tidak nyaman

"Mau?" seorang itu mengulurkan tangan kanannya dan tersenyum.

Sebenarnya Julia tidak pernah nyaman dengan posisi seperti ini. Dia mengunjungi tempat ini bukan untuk tujuan yang sama dengan wanita lain. Jiwa Julia memang musik itulah sebabnya Julia memilih club untuk tempat melepas penatnya. Dikala dia merasakan penat, dentuman musik keras adalah tempat yang ia cari. Hanya untuk duduk dan mengadu ditengah kerumunan orang, dibawah lampu warna-warni dan musik yang keras.

Julia berfikir untuk mencari seseorang didalam club untuk menjadi teman pura-puranya. Dia melakukan itu untuk lepas dari gangguan laki-laki dihadapannya. Melihat disekeliling club dan pilihan Julia jatuh pada seorang laki-laki yang sedang menyantap makanan sendirian di pojok kanan club.

"Maaf, tapi teman saya ternyata sudah datang. Itu sana" Juliah menunjuk laki-laki dipojok kanan club

"Hm ok. Have fun"

Julia hanya tersenyum dan segera menghampiri sasarannya.

"I'm sorry. Bisa berpura-pura sebentar menjadi teman saya. Ada orang yang mencoba menggodaku disana" jelas Julia yang langsung duduk disamping laki-laki itu

Orang itu menghentikan makannya dan memperhatikan wanita yang menghampirinya dengan aneh.

"Kau bukan pembunuh berantai kan?" lanjut Julia

"Tergantung" jawab orang itu dengan santai

"Berapa minimalnya menjadi pembunuh berantai?" lanjut orang itu

"Tujuh, maybe" jawab Julia bingung

"Berarti tidak termasuk"

Yang tadinya Julia sedikit khawatir sekarang dia tersenyum mendengar jawaban orang itu.

"Julia atau bisa dipanggil jules" Julia mencoba memperkanalkan dirinya dengan menjulurkan tangan kanannya

"Reynand atau bisa dipanggil Rey" menjabat tangan Julia dengan tangan kanannya pula

Keduanya kemudian saling memberikan senyuman dan saling bercerita satu sama lain. Tidak butuh waktu lama untuk akrab dengan orang baru

"Saya akan menjadi pelayan terbaikmu" kata Rey, namun perbincangan mereka terhenti saat bartender menghampiri mereka

"Senang melayani mu Chef" kata bartender itu kemudian pergi

Julia sempat diam dan bingung. Apakah orang dihadapannya ini memang chef seperti yang dikatakan bartender tadi?

"Chef?"

Reynand hanya tersenyum dan mengangguk.

"Jadi dihadapan saya ini adalah seorang chef meski terlihat menyeramkan ? Boleh juga" mereka berdua pun tertawa

"Mau saya antar pulang?" tanya Rey

"Sebenarnya saya mau menginap disini. Dilantai atas"

_____

"Silahkan masuk" Julia mempersilahkan Reynand untuk masuk kedalam apartemennya.

Rey hanya tersenyum dan ikut masuk. Apartemen yang terbilang rapi dan sangat wangi. Serba merah dan memberikan kesan sexy dan fresh. Sesekali Rey hanya mengangguk melihat setiap objek yang ada didalam apartemen itu.

Pandangan Rey tertuju pada beberapa foto yang terpampang didinding. Menampilkan sederet foto dengan pose yang berbeda-beda, Namun dengan hasil foto yang menakjubkan dan professional

"Model?" tanya Rey

"Yeah." jawab Julia yang sibuk mengambil minuman di kulkas

"Ternyata wanita aneh yang datang menghampiriku tadi seorang model professional" jelas Rey

"I'm not but thanks" Julia hanya tersenyum dan menuangkan minum kegelas

"Enjoy dengan modelingnya?"

"One of my hobbies, berpose didepan kamera. Jadi bisa terjawabkan?" tanya Julia yang langsung menghampiri Rey

"Lalu enjoy dengan chef nya?" lanjut Julia

"Not my hobby, tapi kebetulan bisa" jawab Rey

"Setidaknya kau bisa meringankan pekerjaan istrimu kelak"

Mereka kemudian memilih sofa santai yang menampilkan pemandangan kota. Indah dan menakjubkan. Kondisi jalan yang terbilang sedikit macet dan lampu-lampu yang dinyalakan disetiap bangunan atau dijalan.

"Pernah berfikir bahwa dirimu seindah pemandangan itu?" tanya Rey membuka percakapan

"Tidak sama sekali" jawab Julia

"Apa saya harus memuji mu sekarang?"

"Tidak. Saya sudah mendapatkan itu sejak lama." Julia berhenti sejenak

"Tapi itu bukanlah pujian. Saya rasa itu hanya omong kosong" lanjut Julia kemudian meneguk minumannya

"Waktu kecil pernah menangis minta permen?" tanya Alvaro

"Saya hanya menangis saat saya dicubit"

"Lalu, pernah tersenyum karena diberikan coklat?"

"Tidak" jawab Julia lalu meneguk minumnya

"Saya tersenyum terakhir dipinggir jalan" lanjutnya

"Lalu?" tanya Rey

"Saya menangis" jawab Julia

Rey hanya diam dan mengangguk-angguk. Sedangkan Julia hanya memasang tampang datarnya. Membahas tentang hidup adalah pembahasan konyol untuk Julia.

TBC

DISAPPEARED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang