[Part 9]

31 2 0
                                    

Duduk didepan cermin dengan tatapan kosong. Matanya sendu dan bulir-bulir air mata terjatuh daritadi. Ntah apa yang ada difikiran Julia saat ini. Yang terpenting dia hanya merasakan perasaan kehilangan. Ingin sekali dia bahagia diusia mudanya. Menikmati prestasi modelnya yang sekarang sudah mencapai dititik sukses. Bermain bersama temannya, mentraktik temannya, atau travelling bersama temannya.

Teenager adalah masa mengepresikan diri. Mencari jati diri. Berkarya bahkan berinovasi. Dengan brain yang masih fresh, jiwa muda, dan semangat yang tinggi. Apakah ini tidak adil untuk Julia? Seperti sesendok gula dan seliter air. Hambar jadinya. Rasa manis tidak akan terasa.

"Mba, minum obat dulu" bu Asih tiba-tiba muncul dengan membawa segelas air putih dan 2 kapsul obat

"Loh mba menangis? Mba sakit lagi?" kaget bu Asih melihat Julia yang duduk menyedihkan didepan cermin

"Iya, bu. Julia sakit lagi. Sakit hati" jawab Julia dengan suara parau

"Kamu kenapa? Boleh ibu tau?" Bu Asih memegang bahu Julia dan memandu Julia untuk pindah duduk di sofa kamar

"Bu bagaimana sakitnya saya selama ini. Saya butuh keluarga, bu. Saya butuh kasih sayang. Saya butuh perhatiaan. Saya butuh belaian. Saya mau manja. Saya mau dipeluk. Saya mau baring dipangkuan ibu. Saya juga mau memanggil orang dengan sebutan "mama" lagi." Seketika tangis Julia pecah. Perasaan sakit didalam jiwanya ia keluarkan. Hatinya terluka begitu dalam.

Bu Asih yang melihat Julia dengan emosi seperti ini sangat terhanyut. Julia menangis sejadi-jadinya. Terlihat sakit dengan dada yang sesak. Bu Asih merasakan kepedihan Julia dan ikut menangis.

"Saya tidak butuh terkenal, bu. Saya tidak butuh uang. Saya tidak mau rumah yang besar. Kenapa saya terlahir menjadi anak yang malang, bu? Kenapa saya tidak terlahir dirahim seorang ibu seperti bu Asih. Bu hati saya ngilu. Saya juga mau tumbuh dewasa dan sukses dengan menjadikan ibu alasan dan motivasi saya"

Bu Asih hanya diam dan mencoba memeluk Julia. Bu Asih merasakan sakit yang teramat dalam. Meskipun dia tidak pernah menjadi sosok ibu, tapi jiwanya tetaplah jiwa seorang ibu.

"Sabar mba, istigfar. Semua sudah jadi kehendak diatas. Kamu pasti punya kebahagiaan yang tersimpan dimasa depan"

"Bu, umur 5 tahun saya diterlantarkan. Saya ditinggalkan dipinggir jalan. Dulu mereka selalu ada sama saya. Tapi kenapa mereka meninggalkan saya, bu? Dosa apa yang saya perbuat diusia 5 tahun? Bayangkan, bu. Dosa fatal apa yang dilakukan anak diusia itu sampai orang tuanya tega"

"Kamu tidak berdosa, mba"

"Terus apa, bu?"

"Sudah sudah mba, nanti..."

"Apa mereka tidak sayang sama saya? Apa kasih sayang orang tua ada masa nya?" geram Julia

"Bu saya tidak nakal. Saya menurut sama mereka. Tapi justru mereka menuduh saya penyebab kematian adik saya. Bu saya tidak sanggup"

"Astagfirullah, bagaimana ceritanya sampai seperti itu mba?"

"Saya juga tidak paham, bu. Memegang pisau bahkan racun saya tidak tau waktu itu. Kata membunuh saja saya tidak tau, bu"

Bu Asih semakin tidak tega. Bu Asih percaya Julia tidak mungkin membunuh. Dengan tenang bu Asih mengelus kepala Julia. Mencoba menenangkannya. Bu Asih hanya memeluk Julia meski Julia terus memberontak. Sampai akhirnya Julia merasa lelah dan memilih tidur dipangkuan bu Asih.

"Sungguh malang nasibmu, nak" Bu Asih benar-benar tersentuh dengan kejadian barusan. Wajah yang cantik, kaya dan terkenal ternyata hanya covernya saja.

TBC

DISAPPEARED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang