7

2.8K 294 2
                                    

(Y/n) pov

Ketika pulang sekolah, aku tidak langsung menuju rumah melainkan ke toko buku.
Hari ini novel baru telah diterbitkan oleh penulis kesukaanku.
Dengan segera aku memasui toko tersebut dan mengedarkan pandanganku keseluruh rak buku guna mencari novel yang kumaksud.

Asik mencari novel tersebut sehingga tidak memperhatikan jalanku sendiri.
Sehingga tidak tahu ada seseorang pembeli juga di depanku, alhasil aku menabrak punggungnya.

Bruk!

"Ah…maafkan aku maaf. Aku tidak memperhatikan jalanku dan menabrak Anda."
"Hei santai saja (y/n), ini aku Hoshi."

Akupun mendongak menatapnya.
Ia menatapku sambil tersenyum dan itu membuat hatiku menghangat.

Sadarlah (y/n), kau ini sudah memiliki Jisoo oppa.

Racauku pada diri sendiri.
Aku pun berdehem menghilangkan suasana yang canggung ini.

"Sekali lagi aku minta maaf Hoshi-ssi telah menabrakmu."
"Tidak apa-apa. Kau ingin membeli buku juga disini?"
Aku hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

Aku tahu bahwa Hoshi pernah menaruh perasaannya kepadaku.. Mingyu yang memberi tahuku.
Namun, pada saat itu aku sudah jadi milik Jisoo jadi tidak bisa berbuat apa-apa kecuali melontarkan kata maaf pada pria bermata sipit ini.

Ia mengerti dan mencoba melupakanku.
Namun nyatanya, bahkan sampai sekarang pun kata Mingyu. Ia tidak merubah sedikit pun perasaannya kepadaku.
Setiap aku bertemu dengannya pasti aku akan merasa canggung

Setelah menemukan novel yang kucari, akupun segera beranjak menuju kasir untuk membayarnya.
"Kau pulang dengan siapa, (y/n)?" tanya Hoshi. Ia juga sedang membayar buku.

"Sendiri. Aku selalu berangkat dan pulang sekolah naik bus sekarang."
"Tidak ada yang mengantar atau menjemputmu?"
"Tidak. Semenjak appaku pindah ditugaskan ke Busan, aku jadi berangkat sekolah menaiki bus."
"Kalau begitu maukah kau pulang bersamaku, kebetulan hari ini aku juga pulang sendiri."

Aku harus apa Tuhan?
Haruskah aku menolaknya?
Tapi jika kuterima, nanti pasti eomma akan bertanya dan mencurigaiku.

"Tidak perlu Hoshi-ssi. Aku bisa pulang menaiki bus saja."
"Benarkah? Ah sayangnya, padahal ada hal yang ingin ku obrolkan bersamamu."
Ia tampak kecewa.
Maafkan aku Hoshi, aku memang jahat.
Maka dari itu lupakan aku jangan berharap lagi. Karena aku hanya akan membuat hatimu selalu terluka dan kecewa seperti ini.

"Kalau begitu aku duluan Hoshi-ssi. Anyyeong."
"Hm hati-hati dijalan. Ne annyeong."

Aku segera berlari menuju halte bus, menunggu busku datang.
Ketika sedang menunggu bus, ada sebuah mobil silver terhenti tepat dihadapanku.
Sang pengemudi menurunkan kaca mobil tersebut.

"Eh, Mingyu!" seruku dengan dahi mengernyit.
Tapi tunggu?
Ini kan bukan mobil Mingyu yang biasa ia pakai, dan ia juga bukan duduk dikursi kemudi melainkan kursi penumpang.
Lalu siapa yang mengemudi itu?

"Ayo pulang bersama kami. Kebetulan aku ingin kerumahmu sebentar."

Aku penasaran siapa orang yang disamping Mingyu.
Melihat aku tak kunjung beranjak dari dudukku, Mingyu kembali berujar.
"Ya (y/n), cepat masuk sebelum bus datang menabrak mobil Wonwoo ini."


"HAH APA?" Kenapa Wonwoo lagi sih?

Jadi yang mengemudi itu adalah Wonwoo?Jeon Wonwoo?
Si muka datar itu?














Didalam mobil ini hanya Mingyu dan Wonwoo saja yang berbicara.
Aku dikursi penumpang belakang hanya diam menyaksikan percakapan mereka, sesekali aku memandang keluar jendela menikmati bangunan pencakar langit kota Seoul ini.

Lamunanku terhenti kala disalah satu dari mereka memanggil namaku.

"Hmm ada apa?" tanyaku dengan kedua tangan yang berlipat didepan dada.
"Kenapa kau dari tadi hanya diam saja, eoh?
Memikirkan sesuatu?"

"Tidak. Aku hanya menikmati pemandangan kota Seoul ini.
Dan yah mendengarkan kalian yang berbicara tentunya."
"Kenapa tidak ikut bergabung bercerita, (y/n)-ssi?"
Kali ini si muka datar itulah yang bertanya kepadaku.

"Memang apa yang harus kubahas?"

"Tentu saja ada. Tentang perkenalan club mu kepada murid baru lusa. Kau partner ku sekarang."
Aku sampai lupa akan hal itu.

"Jadi, kapan kau akan latihan?"
Ah iya benar, kapan aku bisa latihan dan dimana juga aku latihan piano? Dirumahku kan tidak ada piano.

"Latihannya dirumahku saja bagaimana. Kebetulan dikamarku terdapat sebuah piano."
Apa ia bisa membaca pikiranku?

"Benarkah? Wah kalau begitu (y/n) kau latihan dirumah Wonwoo saja."

Aku hanya diam saja memandang keduanya.

"Kenapa hanya diam (y/n)-ssi?
Bagaimana?"

Apanya yang bagaimana?
Tidak ada tempat lain apa selain rumahnya Wonwoo?

"Kalau kau punya uang banyak untuk menyewa sebuah les piano. Bisa saja."

Aarrghh ya ampun cobaan apalagi ini Tuhan?

"Baiklah. Dirumahmu saja. Tapi dengan satu syarat."
"Hah, kenapa ada syaratnya juga?"
"Aku tidak bicara denganmu Kim." jawabku sekenanya.
"Oke apa syaratnya?"
"Aku akan membawa Mingyu untuk menemaniku disana."
"Oke."

"HEH, KENAPA MALAH MELIBATKANKU SIH?"
"Ck kau berisik sekali," aku kembali terdiam dan memandang keluar jendela.










Ketika sampai dirumah, aku langsung turun dan Mingyu mengucapkan terimakasih kepada temannya itu.

"Mau apa kau main kerumahku,Kim?"
"Hanya ingin main-main saja. Kenapa tidak boleh?"

Aku hanya mengangguk dan segera berlalu menuju kamarku untuk mengganti seragam sekolah dengan baju pakaian biasa.

Selesai ganti baju, aku menemukan eomma dan Mingyu yang duduk di meja makan sambil sesekali tertawa.

"Kau sudah ganti baju? Sini makan bersama eomma dan Mingyu."

Kemudian eomma menarikkan sebuah kursi disampingnya untukku.
Kulihat Mingyu dengan lahapnya memakan masakan eomma.
Dia ini tidak bisa apa makan pelan-pelan saja?
Lihatlah cara makannya, seperti orang yang sudah 1 tahun tak diberi makan.

Bumbu-bumbu serta saus makanan menempel pada sudut bibirnya.
Tanpa mengindahkan pemilik rumah, ia mengambil nasi lagi dan menambah lauknya.
Melihatnya berselera makan begini membuatku jadi lapar juga.

"Haejun dimana?" aku baru sadar bahwa sedari aku pulang tidak ada ia sama sekali.
Biasanya ketika aku pulang sekolah, ia akan menyambutku dengan suara cemprengnya itu sambil menonton kartun.

"Ia sedang bermain kerumah anak tetangga. Katanya sebentar tapi dari 2 jam yang lalu ia belum juga pulang."
"Aku yang akan menjemputnya pulang eomma."

Seruku disela-sela mengunyah makanan.





Baru saja membicarakan Haejun, ia muncul sambil berlari membawa robot mainan kesayangannya.

"Eoh, ada Mingyu hyung disini."
"Annyeong Haejun-ah, sudah puas mainnya?" sapa Mingyu dengan cengiran khasnya.
"Iya hyung. Sekarang aku lapar."

Mingyu pun menarik kursi untuk Haejun disampingnya.
Dan Haejun mulai makan dengan lahap sama seperti Mingyu.
















Ko susah yaa ngetik di hp gini,kebanyakan typonya ga kaya di laptop 😒😩 pegel tangan gue 😭.
Gimana sama part ini bagus tidak, maaf kalau tidak bagus dan ceritanya agak absurd 😂 soalnya masih formula.
Semoga suka sama ff absurd ini.

                            이유진

My Boyfriend Jeon Wonwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang