Teperdaya

63 3 3
                                    

Kain disibakkan. Seorang dokter berjalan ke arah kami. Giselle masih memejamkan matanya disana. Aku dan Arian bersiap menyambut dokter dengan berbagai pertanyaan. Dokter sepertinya tahu akan hal itu, jadi ia tersenyum ke arah kami dan duduk di kursinya.

Giselle tiba-tiba pingsan pagi ini. Aku dan Arian yang panik langsung membawanya ke klinik yang tak jauh dari apartemen tempat kami tinggal. Wajahnya terlihat sangat pucat. Beruntung sang dokter sedang duduk di depan klinik sambil menyeruput kopi paginya. Kami memintanya untuk segera memeriksa Giselle.

(Percakapan Kay dan dokter dalam bahasa inggris).

"Dia baik-baik saja," ucap dokter.

"Dia tidak akan pingsan jika dia baik-baik saja." Aku merespon.

Dokter tertawa.

"Baiklah. Baiklah. Dia hanya kelelahan dan stress. Dia tidak boleh terlalu banyak berpikir. Dia butuh banyak istirahat."

Aku menghela napas berat sambil mengangguk-angguk.

"Dan bayinya juga baik-baik saja," sambung dokter.

"Bayi?" Aku dan Arian kompak bertanya.

"Ya. Kalian belum tahu? Dia sedang mengandung. Sekitar 8 minggu."

"Apa!?" Aku dan Arian bertatapan. Apa yang harus kulakukan?

***

Giselle akhirnya membuka matanya. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya sekitar. Dia lalu menatap kami.

"Ada apa ini? Kita ada dimana?" tanya Giselle.

"Klinik di komplek apartemen kita. Kau pingsan tadi pagi," jawabku sambil masih memikirkan kata-kata apa yang harus aku pilih untuk menjelaskan keadaan saat ini.

"Kau hamil, Giselle." Arian bersuara.

"Arian!" Aku berteriak sampai semua orang di ruangan ini melihat ke arahku.

"Aku hamil?"

Arian mengangguk seolah apa yang baru saja dia lakukan bukan sebuah kesalahan.

"Jadi benar," ucap Giselle kemudian.

Aku menatapnya.

"Kau sudah tahu?" tanyaku.

"Tidak. Aku tidak tahu. Tapi aku merasakan keanehan dalam diriku. Seperti ada sesuatu yang berbeda," jelas Giselle.

"Lalu bagaimana? James tidak ada disini. Dia bahkan-"

"Kay, jangan terlalu memikirkannya. Aku sudah memikirkan soal ini ketika aku merasakan keanehan pada tubuhku," ucap Giselle tenang.

"...dan aku sudah membuat keputusan jika memang benar hal itu terjadi." sambungnya.

"Apa?" tanyaku.

"Aku akan pergi untuk sementara. Aku ingin menenangkan diri untuk sejenak. Apa kau akan baik-baik saja jika aku pergi sementara waktu?"

"Tentu saja dia akan baik-baik saja. Aku akan selalu ada disampingnya." Arian menjawab pertanyaan Giselle.

"Hey, apa kalian sudah berpacaran?"

"Belum!" ucapku setengah berteriak.

"Tenanglah, ini rumah sakit," ucap Arian.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang