Tentang Giselle

39 3 1
                                    


Giselle Angelica Justin. Putri tunggal dari Bayu Justin, asisten sekaligus tangan kanan Papa, orang kepercayaan Papa. Lahir 28 tahun lalu, dan menjadi seorang Justin di usia 4 tahun.

Ya. Giselle adalah putri angkat dari Om Bayu. Dia mengadopsinya dari panti asuhan saat usia Giselle masih 4 tahun. Aku baru saja mengetahui fakta ini beberapa hari setelah pernikahanku dengan Arian. Saat itu kami sedang berbincang-bincang di rumahku. Lalu, aku menanyakan hal yang sudah mengganjal di hatiku selama beberapa waktu.

"Om, jika Om memang punya seorang putri, kenapa Om tidak pernah membawanya untuk bertemu denganku?" tanyaku langsung pada Om Bayu.

"Kalian sudah pernah bertemu. Tetapi hanya satu kali," jawabnya kalem.

"Kapan? Aku tidak ingat pernah bertemu dengannya."

Om Bayu menatapku lalu mendekat, seolah ini adalah hal yang rahasia.

"Ketika kau baru lahir," ucapnya kemudian tersenyum jahil.

"Apa? Om bercanda?" ucapku sebal.

Om Bayu tersenyum lagi.

"Tapi, aku dan Giselle berbeda usia 5 tahun. Bukankah..."

"Giselle bukan  putri kandung Om, Kay." Om Bayu menjelaskan panjang lebar asal usul Giselle dan bagaimana pertama kalinya mereka bertemu.

Giselle adalah putri kandung dari keluarga sederhana yang tinggal di desa. Suatu hari, terjadi kebakaran yang menghanguskan puluhan rumah di desa tersebut. Rumah Giselle adalah salah satunya. Ayah, ibu dan adik laki-lakinya meninggal karena terjebak di dalam rumah. Ayah kandung Giselle berhasil mengeluarkannya dari rumah, kemudian masuk kembali untuk menjemput ibu dan adik laki-lakinya yang baru lahir. Tetapi, sebelum mereka berhasil keluar, kobaran api semakin membesar dan mereka terjebak. Itulah cerita yang di dengar Om Bayu ketika ia berkunjung ke desa tersebut pasca kebakaran.

Om Bayu pergi ke desa tersebut untuk survey, Papa memintanya untuk mengecek lokasi pembangungan pusat pasar. Ia memutuskan untuk berkeliling dan menyapa beberapa warga, dan tanpa sadar tiba di panti asuhan. Ia memutuskan untuk berkunjung dan berbincang-bincang.

Giselle sedang duduk disana, termenung. Om Bayu menyapanya, namun tidak ada balasan. Ibu pengasuh datang lalu berbincang dengan Om Bayu dan menceritakan kisah Giselle. Om Bayu, yang baru saja kehilangan istri dan bayi yang masih dalam kandungan setelah menunggu selama 5 tahun, merasa mereka dipertemukan oleh takdir. Ia dan Giselle sama-sama kehilangan keluarga, dan mereka dipertemukan di tempat yang sama sekali tidak ia duga. Ia akhirnya memutuskan untuk mengadopsinya saat itu juga.

Giselle berubah banyak. Ia menjadi gadis yang ceria dan percaya diri. Ia juga sangat cerdas. Kecerdasan tersebutlah yang menuntunnya mengetahui fakta bahwa dia bukanlah putri kandung Om Bayu. Ia tahu ketika duduk di bangku SMA. Om Bayu tidak menyembunyikan apapun lagi, ia kemudian menceritakan segalanya.

Setelah mengetahui fakta tersebut, Giselle meminta izin untuk berlatih bela diri. Om Bayu menolaknya, tentu saja. Ia merasa masih sanggup untuk menyiapkan pengawal untuk Giselle. Tetapi, Giselle yang cerdas meyakinkan papanya bahwa jika dia mampu bela diri, maka akan jauh lebih aman dan efektif baginya menjaga diri dibandingkan dikawal orang lain.

"Akan ada saat dimana mereka tidak berada di sisiku. Bukankah itu bisa meminimalkan resiko jika aku bisa menjaga diriku sendiri?" ucapnya meyakinkan. Dan Om Bayu tidak mampu menolak lagi. Itu adalah awal cerita mengapa Giselle sangat hebat dalam berkelahi.

Giselle memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke Amerika. Hal itu tentu saja kembali mendapat tentangan dari Om Bayu. Menurutnya, kehidupan di Amerika terlalu bebas dan rentan terhadap bahaya, terutama untuk wanita. Tetapi, dengan otak cerdasnya, Giselle mampu meyakinkan papanya dan kembali mendapat izin. Giselle akhirnya berkuliah di Amerika dengan jurusan bisnis, dan bertemu James.

Pertemuannya dengan James membuatnya meminta izin untuk tinggal di Amerika lebih lama, bahkan setelah kelulusannya. Giselle bertemu dengan James di salah satu cafe yang terletak tak jauh dari kampusnya. Sikap lembut James dan wajahnya yang begitu memesona membuat Giselle menjadikan cafe tersebut sebagai lokasi favoritnya. Dan karena sangat sering berkunjung ke cafe tersebut, James akhirnya mengenal Giselle dan mulai mengajaknya berbincang ketika cafe sedang tidak sibuk. Mereka berpacaran 3 bulan kemudian.

Giselle berpikir untuk bekerja setelah lulus, tetapi Om Bayu memintanya untuk bekerja di perusahaan keluarga saja. Jadi, Giselle mencari pekerjaan di sekitar kompleks apartemennya, dan pada akhirnya bekerja di toko buku milik Danny. Semuanya berjalan dengan baik selama beberapa tahun hingga akhirnya ia mendapatkan "tugas" untuk menjagaku. Giselle, dengan senang hati menerimanya. Ia merasa harus membalas budi atas apa yang sudah ia terima saat ini. Dan karena itulah, ia mengorbankan dirinya mati-matian untuk melindungiku. Fakta yang sebenarnya aku benci.

"Kenapa Giselle harus sampai sejauh itu?" tanyaku merasa bersalah.

"Karena aku mau, Kay. Karena kau sangat berharga bagiku," ucap Giselle sambil melangkah menuju sofa tempat kami sedang berbincang dan duduk di samping papanya.

"Kau tidak perlu sampai sejauh itu."

Giselle menggeleng.

"Bayangkan jika aku tidak sampai sejauh itu." Giselle menyesap jusnya.

Aku menunduk, dalam hati mengerti apa yang dimaksudkan Giselle tetapi terlalu malu untuk mengatakan iya.

"Om, ceritakan kembali tentang pertemuan pertama kami," pintaku pada Om Bayu lagi, sekaligus mengganti topik pembicaraan.

Om Bayu tampak berpikir.

"Kalian bertemu di acara syukuran kelahiranmu. Saat itu, kau sedang berada dalam dekapan ibumu. Om membawa Giselle yang berusia 5 tahun. Itu pertama kalinya Om menunjukkan pada dunia bahwa Om memiliki seorang putri setelah 1 tahun mengadopsinya. Giselle tampak sangat bahagia pada acara tersebut. Papamu juga baru bertemu dengan Giselle hari itu. Dia mengatakan sesuatu yang membuat Om memutuskan untuk tidak mempertemukan kalian lagi."

"Apa yang Papa katakan? Apakah itu sesuatu yang buruk?" tanyaku khawatir.

"Tidak. Itu bukan sesuatu yang buruk. Itu justru... terlalu indah," jawab Om Bayu.

Aku dan Giselle menatap Om Bayu tanpa berkedip. Menanti kelanjutan dari ceritanya. Om Bayu yang menyadari rasa penasaran kami akhirnya tertawa. Aku dan Giselle mendengus protes.

"Giselle, gadis kecil ini bernama Kayna, dia adalah adikmu, karena sekarang, kau juga putriku." Om Bayu menghentikan ucapannya, tampak menerawang. "Itu yang papamu ucapkan, Kay. Sesuatu yang sama sekali tidak Om duga. Om masih sangat muda saat itu, dan Om berpikir bahwa semua orang akan mencibir keputusan Om untuk mengangkat seorang putri daripada menikah lagi. Tapi, papamu, dia menghargainya. Dia menghargai pilihanku." Om Bayu tersenyum. Sungguh apa yang baru saja diucapakan Om Bayu sangat membuatku tersentuh.

"Lalu kenapa Om menjauhkan kami?" tanyaku lagi.

"Karena Om tidak mau mengganggu kehidupanmu, Kay. Om ingin kau selalu menjadi satu-satunya fokus papamu. Aku bisa mengurus Giselle seorang diri."

Kami terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Itukah sebabnya Om tidak pernah mau menginap di rumah kami meskipun hari sudah sangat larut? Aku ingat Om selalu memasakan diri untuk pulang selarut apapun itu."

Om Bayu mengangguk. Giselle kemudian memeluknya.

"Ketika aku membawa teman-temanku berkunjung ke rumahku sepulang sekolah, mereka selalu bertanya di mana orang tuaku, aku hanya bisa menjawab papaku sibuk. Tapi aku tidak pernah menyalahkan apalagi membenci Papa. Untukku, sampai kapanpun, Papa adalah malaikat baik hati yang menyelamatkanku dari masa-masa sulit itu. Aku sangat bersyukur Tuhan mempertemukan kita." Giselle tersenyum pada Om Bayu yang juga tampak terharu.

Aku begitu tersentuh dengan asal usul kehidupan Giselle. Kisah hidup kami sangat berbeda. Pasti sangat menyakitkan mengetahui bahwa keluarga yang kau miliki saat ini bukanlah keluargamu yang sesungguhnya. Tapi bukankah keluarga sesungguhnya tak selalu harus berhubungan darah? Jika kau saling menyayangi satu sama lain dengan setulus hatimu, bukankah itu yang dinamakan keluarga yang sesungguhnya? Aku juga sangat mengangumi Giselle yang tetap bertahan bahkan setelah mengetahui fakta yang tidak menyenangkan baginya. Keluarga ini, benar-benar dipertemukan oleh takdir dan tersusun begitu rapi, sehingga menghasilkan hubungan yang begitu luar biasa.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang