Bagian 4

164 8 0
                                    

Ibu.. Tolong aku!

Brak!

Tubuh kecil Hanni terjungkal saat pintu besar itu terbuka dengan sangat kencang.

****

"Akhh!! Sakit.." Hanni terus memberontak saat Haikal menyeretnya. Dengan kasar pria itu menghempas tubuh kecil Hanni di atas kasur.

"Ap-apa ya..ng kau lakukan?" Sial, Hanni sungguh ketakutan sehingga suaranya bergetar.

"Jang—"

"Sutt, jangan berbicara satu patah kata pun atau aku akan membunuhmu, Jalang" Haikal semakin menatap tajam Hanni yang ketakutan. Ekspresi gadis di bawahnya ini sungguh membuatnya terhibur.

Hanni semakin takut saat Haikal mulai mengelus pipinya dengan ibu jari, bau alkohol juga semakin menyengat saat wajah Haikal semakin dekat dengannya.

"Jan..mmmpptt" Belum sempat Hanni menyelesaikan kalimatnya, sesuatu yang kenyal dan basah menyentuh bibirnya.

Di tariknya tengkuk gadis itu untuk memperdalam ciuman, dada Hanni terasa sesak karena kapasitas udara di dalam paru-parunya mulai menipis terlebih lagi perlakuan Haikal yang menambah daftar rasa sakit di dadanya.

Tenaga Hanni terkuras saat ia mencoba memberontak, akhirnya ia hanya pasrah saat Haikal semakin kurang ajar.

"Ber-henti" Air mata berjatuhan di sudut mata Hanni, bisa-bisanya pria itu melecehkannya.

"Aku akan memberikanmu hukuman karena sudah membuatku marah, Aku sangat membencimu Jalang" Haikal menekan setiap kata yang ia lontarkan. Hanni menggeleng, tak pernah ia setakut ini sebelumnya. Fikirannya kini hanya dipenuhi oleh hal negatif, seperti rusaknya masa depannya setelah ini.

Mata Haikal mengelap, sungguh! Dia amat bernafsu apalagi saat melihat wajah pasrah Hanni yang begitu menggairahkan.

Tenaganya sudah kembali pulih, tanpa basa-basi ia langsung menyerang Haikal secara brutal walaupun perlawannnya tidaklah berarti.

"Shit! Kau sangat liar" Haikal mengumpat, ia menarik dasi dan tanpa kesusahan Haikal sudah mengikat tangan Hanni di atas kepalanya.

Dada Hanni terlihat begitu menonjol, walau tidak terlalu besar tapi cukup pas untuk seusianya. Tak perduli jika ia nanti di sebut bajingan pedofil karena ia butuh pelampiasan saat ini.

Haikal begitu gencar melakukan aksinya yang biadab, telinga pria itu seakan tuli saat Hanni menangis dan meminta berhenti bahkan matanya juga seakan buta karena tak dapat melihat penderitaan gadis yang tengah ia lecehkan saat ini.

"Akhh! Sak..kit, ber..hen..Aaa!"

****

"Hiks.." sebuah suara tangis lolos dari bibir ramun Hanni.

Haikal terbangun, kepalanya sangat pusing karena malam tadi ia menghabiskan empat botol vodka.

"Mengapa kau menangis?! Kau menganggu tidurku Hanni" Hanni berusaha untuk menghentikan tangisnya, dia takut kalau kejadian malam tadi akan terulang. Tidak! Hanni tidak ingin merasakannya lagi, itu menyakitkan.

"Dasar jalang!" setelah memaki Hanni, ia bangkit dan pergi ke kamar mandi.

"Hiks.. Hiks.. Hiks.." Hanni kembali menangis, dia benar-benar menjadi jalang. Dia kotor, masa depannya sudah di renggut oleh Haikal dengan begitu mudah.

****

Makanan di depannya hanya di tatap saja oleh Hanni tanpa ada niatan untuk memakannya. Dia kehilangan selera makannya karena Haikal, bayangan saat milik Haikal memasukinya selalu membayangi setiap ingatannya. Rasa sakit itupun masih sangat terasa terlebih rasa sakit di hatinya.

Haikal terdiam di tangga sambil mengamati wajah Hanni yang semakin menderita, ada sedikit rasa iba tapi segera ia tepis rasa itu. Tak boleh ada rasa iba hanya dendam saja.

Dia teringat kalau di seprei terdapat bercak darah, hal itu menandakan kalau Haikal adalah orang pertama yang memasuki gadis itu, ada sedikit rasa senang di hati Haikal dan ia baru menyadari kalau milik seorang perawan sangat nikmat.

"Mengapa tidak dimakan?" Haikal bertanya seraya menaruh tas kerjanya di kursi.

Rasa takut kembali menyerang Hanni, memori itu kembali berputar.

Ibu.. Hanni takut, bawa Hanni pergi ibu!

"Jawab!" Hanni tersentak kaget, Haikal membentaknya.

"Ak-"

"Makan atau aku akan membuatmu makan dengan caraku" Tubuh Hanni sangat kurus dan Roby mengatakan kalau ia kekurangan gizi, itulah mengapa Haikal menyuruh pelayan membuat makanan bergizi untuk Hanni, tapi gadis itu sama sekali tidak menyentuhnya. Haikal sungguh sakit hati!

Karena takut, akhirnya ia memakan makanan itu dengan susah payah. Haikal tetap di tempat sambil mengamati Hanni makan, ia akan menunggu sampai gadis itu menghabiskan makanannya.

"Habiskan!" ucap Haikal tajam, namun Hanni hanya diam karena ia sudah sangat kenyang.

Haikal geram karena tak ada respon dari Hanni, di masukkannya sisa makanan itu kedalam mulutnya lalu menarik dagu Hanni.

Dengan sorot mata yang tajam, Haikal mencium bibir Hanni dan mendorong makan di dalam mulutnya agar berpindah ke dalam mulut Hanni.

Uhuk.. Uhuk..

"Lain kali, jangan sisakan makananmu!"

Help me (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang