Bagian 13

178 8 0
                                    

"Dimana ruangannya?" Tanya Daniel kembali, dirinya sungguh tidak dapat mengendalikan diri.

"A-apa kau memilik—"

"Telpon boss mu itu dan katakan padanya kalau Kang Daniel Wainters ingin menemuinya"

....

"Ada urusan apa kau ke kantorku tuan Wainters?" Haikal bertanya tanpa memandang Daniel yang ada di depannya, ia justru sibuk dengan laptop.

"Aku hanya ingin mengatakan, berhenti membuat kakakku menjadi boneka sexmu tuan Sanjaya" Haikal menghentikan ketikannya, kali ini ia menatap Daniel yang memasang wajah datar dan dingin.

Haikal tersenyum sinis, "Kau itu masih anak kecil, tahu apa kau dengan hubungan teman satu ranjang, dengar! Di hubungan ini  kedua belah pihak saling di untungkan dan lagi pula aku tidak pernah memaksa kakakmu, justru dia yang melemparkan dirinya padaku"

Tangan Daniel mengepal, hanya itu sajakah pandangan Haikal kepada Kania, teman satu ranjang. Sungguh memuakkan.

"Apa kau tau kalau Kania tadi hampir bunuh diri da—"

"Aku tidak perduli, ada ataupun tidak ada Kania, hidupku akan tetap sama" potong Haikal.

"Brengsek! Kau memang bajingan Haikal Sanjaya! Aku bersumpah, jika sekali lagi aku melihat kania menangis karenamu maka aku akan membuatmu pergi ke nerakan! Damn!" Daniel bangkit dan pergi dengan amarah yang memuncak dari ruangan Haikal, sekarang ia butuh pelepasan.

Daniel duduk di salah satu bangku taman, tangannya merogoh saku dan mengeluarkan sekotak rokok beserta pematiknya.

Kepulan asappun mulai tercipta, sekarang ia sudah mulai sedikit tenang.

***

Hanni duduk di kursi meja makan, dirinya tengah memikirkan kebutuhannya hari ini dan kedepannya. Gadis itu memang penganut teori 'Tidak ada rencana maka sama saja dengan bunuh diri'

"Selesai, sepertinya ini saja kebutuhanku" Hanni membaca kembali daftar kebutuhannya itu beserta pengurangan dengan gaji yang akan ia dapat. Sekarang dia benar-benar harus berhemat.

Tiba-tiba Hanni kefikiran dengan Haikal, apa pria itu sudah bahagia karena berhasil membunuh ibunya? Apa dia sekarang sudah melupakannya? Seketika saja gadis itu merindukan ciuman selamat pagi Haikal. Aneh memang tapi itulah kenyataannya

Hanni menggelengkan kepala, diakan sedang membenci Haikal tapi mengapa ia memikirkannya.

Tok.. Tok..

Hanni berlari kecil untuk membuka pintu.

"Sel.. Mengapa kau ada di rumahku? Pergilah! Aku tidak ingin melihat wajahmu itu!" Haikal mencoba menahan amarah saat Hanni menolaknya, berani sekali dia!

"Aku hanya ingin melihat kondisi jalang kecilku, apa tidak boleh?" Gigi Hanni mengeretak, Jalang kecilku katanya. Sejak kapan Hanni menjadi miliknya.

"Aku bukan milikmu, kita adalah orang asing, jadi berhentilah sok dekat denganku" Sinis Hanni, cukup! Sekarang Haikal tidak dapat menahan diri. Dia akan menghukum bibir ranum itu.

"Mmpphh.." Sekuat tenaga Hanni memukul dada Haikal dengan membabi buta, walau dia merindukan ciuman pria itu tapi tetap saja dia belum siap saat ini.

Haikal menutup pintu dan mengangkat tubuh Hanni serta membuat kaki jenjang itu melingkar di pinggangnya.

Pangutan Haikal semakin dalam, dengan sedikit kasar ia mengikat kedua tangan Hanni dengan dasinya di atas kepala sehingga membuatnya semakin leluasa menjelajahi tubuh mungil Hanni.

"Ja..jangan se..Aahh..Sentuh" Ucap Hanni dengan desah yang tertahan, sentuhan Haikal memang memabukkan.

"Ssstt, nikmati saja Sayang" ada geleyar aneh saat Haikal menyebutnya sayang, rasa yang sama ketika ia menatap Daniel.
Apa Hanni jatuh cinta dengan pria brengsek itu!?

Help me (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang