Bagian 9

292 8 0
                                    

"selamat pagi tuan" sapa Criss sambil membungkuk.

"Ada ber—"

"Lepaskan aku!" teriakan seseorang menghentikan ucapan Haikal.

....

Haikal menatap pintu dengan warna putih itu dengan pandangan kosong, entah apa yang saat ini ia fikirkan.

Mata yang tadinya tertutup kini terbuka bersamaan dengan hembusan nafas lega, ganggang pintu mulai bergerak seiring tangan kekar itu menekannya, pintu terbuka dan memperlihatkan sosok wanita yang berdiri di depan jendela sambil sesekali menyeka air mata.

Melihat ibunya begitu terluka sungguh begitu menyakitkan untuk Haikal tapi tidak lagi, kali ini ibunya akan bahagia.

"Ibu!" Tiara berbalik, dia menyipitkan mata untuk megenali siapa yang telah memanggilnya.

"Haikal. Kau kah itu?" Tiara bertanya sambil melangkah menuju ke arah Haikal yang masih berada di ambang pintu.

"Bagaimana kabar ibu?" setetes air mata jatuh di pipi Haikal saat memeluk tubuh kurus Tiara, bahkan, kulitnya mulai mengeriput dan kantung matanya juga semakin hitam. Keadaan ibunya ini sungguh membuat Haikal sedih.

"Apa kau menemukan ayahmu?" Tangan Haikal mengepal, apa ibunya tidak akan menanyakan keadaannya? Ayahnya bahkan tidak perduli dengan ibunya itu.

"Belum.. Tapi aku menemukan wanita itu" Tiara melepaskan pelukannya, matanya melebar dan senyum terukir di bibirnya.

"Haikal, ibu ingin pulang kerumah kita"

****

Hanni terdiam sambil menatap hamparan bunga matahari yang memenuhi taman belakang mainsion, seandainya ia datang secara baik-baik ke sini, maka ia akan berjalan di sana sambil bersenandung.

"Mereka indah dan bebas, sedangkan aku?!" Senyum getir sersungging di wajahnya, ia benar-benar ingin pergi dari mainsion ini dan menjalani hidup seperti dulu.

Sekolah. sudah seminggu ia terkurung di penjara Haikal, ia merindukan tempat itu dan... Daniel.

"Nona, anda di panggil tuan muda untuk ke kamarnya sekarang juga" Hanni mengangguk, walau enggan, ia tetap melangkah menuju kamar yang menjadi tempat tidurnya selama tinggal di mainsion megah ini.

Tok.. Tok..

"Masuk" Baru saja tangannya ingin mengetuk untuk yang ketiga kali, suara berat Haikal sudah menginterupsi.

Hanni masuk sambil sesekali membenarkan bajunya yang memiliki potongan dada rendah, karena insiden setiap pagi, dia kembali merasa canggung.

"Menga-pa kau memanggilku?" Sial, Hanni terbata, harusnya ia terbiasa dengan keberadaan Haikal, mengingat sudah seminggu mereka hidup bersama.

"Apa kau kemarin ingin membuka pintu yang aku coklat itu? Mengapa kau membantah perintahku!?" Hanni terkejut, mengapa Haikal tahu?

"Jawab!" Hanni mengangguk, tangannya berkeringat dan meremas rok selutut dengan morif bunga-bunga.

"Shit!"

"Akh, sak- aku mohon, maafkan aku" Jambakan Haikal dirambut Hanni sungguh menyakitkan, gadis itu bahkan sampai memejamkan mata karena rasa sakit di kepalanya.

"Aku sudah lelah selalu menghukummu Jalang, aku curiga, jangan-jangan kau memang menyukai setiap sentuhanku, makanya kau selalu membuat kesalahan karena kau tahu hukumanmu adalah di atas ranjang" Hanni mengeleng, dia bahkan masih sangat takut walau tak bisa di pungkiri kalau ada rasa nikmat saat Haikal memasukinya.

"Baiklah, Jalang kecil, kau akan mendapatkan hukuman yang berbeda" lagi dan lagi, Haikal selalu menyebut Hanni 'jalang kecil' dan hal itu membuatnya sakit hati.

Tangan Haikal beralih mencengkrang lengan kurus Hanni, dengan langkah lebar ia mulai berjalan dan membuat Hanni harus berlari kecil untuk menyeimbangkan langkahnya.

"masuk" Tanpa ada bantahan, Hanni masuk ke dalam mobil.

***

"Mengapa kita kerumah sakit?" Tanya Hanni, dahinya mengkerut karena binggung.

"Ikut aku" Haikal memerintah, matanya yang tajam seakan menguliti Hanni.

Dua puluh menit lamanya ia mengikuti Haikal, sampai mereka berada di depan sebuah pintu yang bertuliskan 'kamar mayat'.

"Aku.."

"Masuk, aku ingin menunjukkan sesuatu bukannya ingin mengurungmu di sini" sejenak Hanni merasa lega tapi ada rasa tidak enak saat Haikal mengatakan ingin menunjukkan sesuatu di kamar mayat.

Help me (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang