Bagian 7

406 7 0
                                    

"Buka bajumu!" mata Hanni membulat, udaranya sangat dingin dan Haikal menyuruhnya membuka baju, benar-benar tidak waras.

"Tap—"

"Kau sendiri atau aku yang membuka baju itu" Hanni meneguk savilanya kasar, dengan tangan yang gemetar ia mulai menanggalkan dress yang ia pakai hingga tersisa bra dan celana pendek berwarna hitam.

Dengan lancangnya udara membelai permukaan kulit putih Hanni hingga membuatnya menggigil.

Haikal tersenyum miring saat melihat Hanni mencoba memeluk dirinya sendiri, ia akui kalau udara malam ini memang sangat dingin, bahkan ia yang menggunakan jaket saja masih merasa kedinginan apalagi Hanni.

Haikal menarik tangan Hanni lalu memeluknya hingga menimbulkan rasa hangat untuknya. "Apa kau sanggup jika tidur disini dengan keadaan telanjang?" Hanni menggeleng, ia pasti akan membeku.

"Akh!" dengan kasar Haikal mendorong tubuh Hanni yang meminta kehangatan padanya, kini ia kembali kedinginan.

"Bangun!" Wajah Hanni memucat, tubuhnyapun lemas, ia benar-benar tidak tahan dengan uadara dingin.
Dengan tubuh gemetar, dia memaksakan diri untuk bangun agar Haikal tidak semakin murka.

"Good Bitch" Haikal maju dan mendesak Hanni untuk mundur, sekuat tenaga ia menahan tubuh Haikal untuk tidak mendorongnya lagi, karena di belakangnya adalah kolam renang, tubuhnya akan beku jika ia tercebur saat ini apalagi ia tidak bisa berenang.

"Ku moh-on.. Aku, mem..in..ta maaf, aku tid..Aaaaa!"

Byur!

Dinginnya air kolam begitu menusuk, Hanni mencoba sekuat untuk tidak tenggelam tapi kakinya keram.

Beberapa kali Hanni meminta pertolongan kepada Haikal, tapi pria itu hanya diam sambil melihat usaha Hanni untuk bertahan hidup.

Sampai, tidak ada pergerakan lagi, Hanni menyerah..
Lebih baik ia pergi, mungkin ini jalan yang terbaik untuknya.

***

"Panggilan untuk Kang Daniel, di mohon segera keruangan kepala sekolah " panggilan dari ruang penyiaran itu membuat Daniel menyergitkan dahi, mengapa ia di panggil? padahal, ia tidak tengah mengikuti olimpiade atau sejenisnya.

Tok.. Tok..

"Masuk" Danie langsung membuka pintu, terlihat Pak kepala sekolah tengah duduk di kursinya.

Tanpa diminta ia langsung duduk di depan meja pak Kepala Sekolah.

"Mengapa anda memanggil saya?" tanya Daniel.

"Apa Hanni tidak masuk lagi?" Daniel mengerti, ternyata tentang masalah gadis yang selalu diam-diam menatapnya.

"Iya" jawab Daniel, sungguh! dia sangat tidak perduli dengan gadis kumuh itu. Ia mengakui kalau Hanni adalah wanita yang cantik, tapi penampilannya kotor dan kumal membuat Daniel tidak suka.

"Kau tahu kan kalau Pak Andre sedang cuti dua bulan karena istrinya ingin melahirkan, dan kau, sebagai ketua kelas harus bertanggung jawab atas kelas termasuk teman sekelasmu. Bapak ingin kau pergi kerumah Hanni dan menannyakan mengapa ia tanpa keterangan selama tiga hari?" sangat tidak penting fikir Daniel, ada ataupun tidak ada Hanni di kelas, sama sekali tak berpengaruh, semuanya bahkan berjalan normal.

"Baik pak" jawab Daniel lalu pergi.

"Ck.. Merepotkan, kalau dia tidak mau sekolah lagi setidaknya katakan, ini malah membuat orang lain repot" Daniel menggerutu seraya berjalan menuju taman belakang, dia perlu rokok untuk meredam emosinya.

Kepulan asap dari puting rokok yang ia hisap sangat mujarab untuk membuatnya tenang, fikirannya terbang kepada Hanni. Gadis itu tidak bisa berenang tapi memaksakan diri hanya untuk melihat Daniel dari dekat, dan akhirnya ia tenggelam karena kakinya keram, dengan terpaksa Daniel yang harus menyelamatkannya.

"Dia memang merepotkan" lirih Daniel dan membuang rokok yang sisa sedikit.

Help me (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang