Bagian 14

169 8 0
                                    

"Ssstt, nikmati saja Sayang" ada geleyar aneh saat Haikal menyebutnya sayang, rasa yang sama ketika ia menatap Daniel.
Apa Hanni jatuh cinta dengan pria brengsek itu!?

.....

Tubuh Hanni terasa sangat pegal karena pergulatan tadi malam, pinggangnya terasa berat karena lengan kekar Haikal memeluknya dengan possesive.
Hanni tersenyum kecil dan pipinya pun merona, ahh!! Dia benar-benar sudah gila.

Rasa benci itu terasa menguap saat ia menatap wajah damai Haikal ketika tidur, Hanni baru menyadari kalau hidung Haikal jauh lebih mancung dari perkiraannya dan bibir itu.. Hanni ingin merasakannya sekali lagi. Sekarang ia sudah menjadi gadis mesum.

"Berhentilah menatapku, nanti kau jatuh cinta" dengan malu, Hanni menundukkan kepalanya sehingga ia hanya bisa menatap dada bidang Haikal.

Haikal tersenyum tipis, dia sungguh bahagia karena jalang kecilnya sudah mulai nakal. Permainan Hannipun tadi malam mulai liar dan agresif, dia suka.

"Kembalilah ke mainsionku" Haikal mengusap punggung telanjang Hanni dan merasakan kulit lembut gadis itu.

"Di sana kau tidak akan di kekang lagi, kau akan bebas melakukan apapun termasuk sekolah tapi dengan satu syarat.." Dituntunnya wajah Hanni yang menunduk agar menatapnya. Hanni tidak melawan, di tatapnya mata elang itu dan mencari sebuah kebohongan tapi ia tidak menemukannya. "..Asal kau tidak membuatku marah dengan berdekatan dengan pria lain, kau tahu, aku tersiksa saat kau duduk dengan Kang Daniel ketika di taman itu dan menerima sapu tangannya. Aku rasa, aku mencintaimu Hanni" Hanni Syok, benarkan yang ia tengah dengar saat ini, matanya yang bulat melebar tanda ketidakpercayaan. Seorang Haikal yang dingin dan tak dapat di taklukkan sekarang mengaku mencintai Hanni, mencintai anak dari orang yang menghancurkan rumah tangga orang tuanya.

***

"Ma, aku pergi dulu, ada urusan" Ucap Daniel yang mulai jengah melihat rona merah di pipi kania yang akan menjadi rona kemarahan. Paling sebentar lagi wanita sok dewasa itu akan patah hati kembali fikir Daniel.

Ia tak habis fikir, kakaknya bahkan rela berlutut di depan orang tuanya agar mau menjodohkannya dengan Hikal. Obsessi memang membutakan.

To : Kania Wainters

Selamat Kania, bersiap-siaplah patah hati saat Haikal menolak perjodohan ini. Dia sama sekali tidak menyukaimu seperti kau menyukai dia, di matanya kau hanya teman satu ranjang. Dasar wanita bodoh!

Baru saja pesan itu terkirim, Kania langsung menelphonnya.

"Berhenti ikut campur dalam hidupku anak kecil! Aku tidak perduli walau dia tidak mencintaiku karena cinta yang aku miliki sudah lebih dari cukup untuk rumah tangga kami" Daniel tersenyum sinis walaupun Kania tak akan melihat senyum meremehkan itu.

"Terserah, kau memang sudah gila. Awas kalau kau datang ke apartemenku dalam keadaan mabuk karena penolakan Haikal Sanjaya"

Daniel mematikan ponselnya, sekarang ia perlu rokok untuk menetralkan amarah yang memuncak.


Help me (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang