08

6.4K 686 8
                                    

“Yoon..”

“Mau apa kau ke sini? Bagaimana mungkin seorang ibu tega meninggalkan malam-malam putranyi seorang diri di rumah? Ck.”

“Aku menitipkan Yoon Ah pada omma.”

“Kau bahkan menitipkan putrimu untuk bersenang-senang. Dasar tidak bertanggung jawab.”

Mataku terpejam erat mendengarkan semua bentuk tuduhan tak terbukti yang ia lontarkan. Ku hembuskan napas lelah bercampur kesal berharap bisa sedikit menurunkan emosiku.

“Lalu bagaimana denganmu? Apa kau merasa sudah menjadi seorang ayah yang baik? Kau bahkan dengan teganya menelantarkan bahkan tak memberi kabar pada istri dan putramu hanya karena egomu. Apa kau tak tau jika putramu selalu menanyakan keberadaanmu? Lalu aku harus mengatakan apa padanya, huh?”

“Jadi, kau datang sengaja memperburuk suasana hatiku dengan kata-katamu, huh?” Balasnya dengan nada datar.

“Apa aku terlihat tak berarti bagimu hingga kau selalu berpikiran buruk tentangku?” Tanyaku dengan suara parau.

“Jika kau hanya ingin menyakitiku, untuk apa kau masih mengharapkanku? Bukankah sejak awal kau tau bahwa dua orang bertemperamen buruk takkan bisa disatukan? Dan kita termasuk ke dalamnya.”

“Mungkin memang seharusnya kita tidak bertemu kembali 4 tahun yang lalu. Dengan begitu…aku tak akan sekacau ini. Menjadi orang tua tunggal untuk Yoon Ah, dan aku memiliki waktu membendung perasaanku. Tapi jika semuanya terjadi saat ini, rasanya begitu berat. Kau.. kau membuatku menjadi manusia lemah. Bahkan rasanya aku bisa mati jika berjauhan denganmu.”

Air mataku kembali mengalir. Rasanya dadaku begitu sesak akibat menahan isakan yang akan meledak kembali. Terlalu sesak dan lega sekaligus seolah semua kata-kata yang menjadi bebanku selama ini telah kulontarkan.

Ku lingkarkan kedua tanganku di sekeliling pinggangnya. Memeluk tubuhnya dari arah belakang dan menyandarkan wajahku di punggung telanjangnya.

Mianhae. Aku tak seharusnya seperti ini. Aku tau aku salah. Aku juga menyadari bahwa diriku terlalu sensitif belakangan ini. Ku mohon, maafkan aku,” Ujarku seraya mengeratkan pelukanku. “Aku janji akan berubah menjadi lebih baik lagi. Jadi, kumohon jangan marah padaku. Aku begitu mencintaimu dan Yoon Ah. Aku tak ingin kehilangan salah satu dari kalian. Akuㅡ”

Kata-kataku terhenti saat ku rasakan pria itu melepaskan kaitan tanganku dari pinggangnya. Dibalikkan tubuhnya hingga kami berhadapan dan saling menatap.

Tidak ada satupun kata yang terucap darinya. Hanya tatapan tajam yang terus dihujamkannya ke manik mataku yang menatapnya lelah. Tak ada ekspresi apapun yang terlihat dari wajahnya. Terlalu datar dan terlihat menyakitkan bagiku. Apakah ini jawaban dari semua pertanyaanku? Bahwa ini akhir dari pernikahanku.

Mianhae.

ANDWAE! Maldo andwae!” Lakiku melangkah mundur dengan sendirinya saat pria itu berjalan mendekatiku. Ku tepis kasar tangannya yang berusaha memegang tanganku.

“Kau benar-benar ingin meninggalkanku? Menjadikanku janda bahkan disaat usiaku baru 24 tahun?! Kauㅡhiks..”

Entah sudah berapa banyak air mataku yang tumpah untuk hari ini saja. Bahkan rasanya kantung mataku sudah sangat perih karena cairan asin itu terlalu banyak keluar dibanding air yang ku konsumsi. Dengan sisa tenaga yang kumiliki, kupukul lemah dada bidang pria yang membawaku ke dalam pelukannya.

“Aku begitu bodoh karena tak benar-benar bisa membencimu! Aku.. aku terlalu mencintaimu, pria brengsek!”

Aku terdiam saat ku rasakan tubuh pria yang memelukku itu bergetar. Begitu juga dengan leherku yang merasa getaran dari bibirnya. Bukan, bukan karena ia menangis. Mungkinkah pria ini ...

Ah aku bisa gila jika seperti ini..

___

[M] Imaginations • Myg ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang