Baper Ya(N)?

212 29 3
                                    

Terbawa perasaan sama temen itu bukan hal yang diharamkan, Tapi tetap saja itu menjengkelkan karena seperti melayang kemudian tertabrak awan.

🌿🌿🌿🌿🌿

Disisi lain, di seberang telepon, Adrian sang sahabat Nadine terdiam setelah mendengar pernyataan Nadine.

Ia seakan mengosongkan pikirannya sesaat akan hal yang lain dan berfokus pada hal yang baru saja dikatakan oleh Nadine.

"Oii Adrian. Mana lu? Kok diam aja?"

"Adrian sayang?  kamu sedang apa??"

Adrian masih tidak menanggapi Nadine berbicara.

"Dengan Adrian disana?  Yuhuuuu"

Adrian mengambil nafas sejenak kemudian berdehem kecil.

"Hmmm. Iya gue disini"

"Gimana? Gimana?"

"Gimana apanya?"

"Yang gue ucapin tadi? Lu udah percaya belum?"

Adrian kembali tidak merespon Nadine. Nadine pun semakin gencar menggoda Adrian.

"Ehh lu diem? Atau jangan-jangan lu baper ya?"

"Nah nah. Lu diem lagi. Gue yakin banget deh. Lu pasti baper"

"Engga lah. Males banget gue baper sama orang kayak lu."

Adrian mengelak padahal hatinya sudah tidak karuan. Ia merasa sedikit malu plus jengkel.

"Halah.. Ngaku aja kali yan. Ga usah ditutupi. Gue tau kok pesona gue itu sulit untuk dielakkan" Ucap Nadine dengan sangat percaya diri.

"Percaya diri banget lu bangsat." Ujar Adrian.

"Percaya diri itu diperlukan yan, apalagi untuk cewek cantik kayak gue" Nadine tetap mempertahankan kepercayaan dirinya dan memberikan alasan.

"Maaf aja ni ya. Selera gue tinggi. Lu mah rendah. Ga pantes banget seleting sama cewek idaman gue"

Adrian memberikan alasan kepada Nadine, yang sebenarnya alasan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

"Cowok kalo udah kalah ngomong ngini nih. Sok membandingkan. Padahal hatinya mah beda"

Nadine memberikan fakta yang akan sangat dibenarkan bagi para wanita, mungkin salah satunya kalian?

"Diem ah lu. Sok tau hati orang. Sekarang balik ke awal aja dah. Kuy kita pigi" Adrian berkata sambil mengalihkan topik pembicaraan.

"Okeh. Kuyy"

"Inget ya, pokoknya LU YANG BAYAR. Kalo lu nipuin gue lagi, gue ga segan buat jambak lu di depan umum"

Adrian mengucapkan hal yang dapat dikatakan sebagai ancaman tersebut dengan amat penuh penekanan yang membuat Nadine pun lantas terus merespon.

"Ancaman lu cewek banget sih yan. Ngejambak. Anceman lain napa. Yang agak lakik dikit."

"Suka-suka gue dong. Mulut-mulut gue kok lu yang sibuk. Emang lu yang ngelahirin gue?"  Adrian berkata dengan hati yang lumayan panas.

"Iya-iya, terserah lu" Ujar Nadine mengalah.

"Udah sana lu siap-siap. Gue jemput ntar"

Adrian yang mematikan sambungan telepon terlebih dahulu. Dan kemudian Nadine bersiap-siap untuk pergi.

"Gue enaknya pake baju apa ya? Yang itam? Apa yang putih? Atau yang hitam-putih?" Ucap Nadine sambil melihat-lihat kelemari pakaiannya.

"Ah ngapain juga gue bingung ya, kan soalnya gue pake apa aja mah cakep"  Ujar Nadine kembali dengan sangat kepercayaan dirinya kemudian mengambil pakaian yang berwarna hitam-putih.

Nadine pun bergegas memakai pakaian yang sudah ia pilih kemudian turun kebawah untuk meminta izin kepada orang tuanya.

"Mama, Papa, Nadine izin yak mau pergi" Ucap Nadine kepada Sang Mama Papa yang sedang duduk di ruang TV rumah Nadine.

"Mau pergi kemana?" Tanya Mama Nadine.

"Mau ke Mall ma." Jawab Nadine.

"Sama siapa kamu perginya? Pasti sendiri kan?" Tanya Papa Nadine yang mengalihkan pandangan dari koran yang dibacanya.

"Papa itu nanya atau apa sih. Bikin kesel aja" Jawab Nadine.

"Papa sih awalnya mau nanya, tapi kayaknya Papa tau deh kamu sama siapa perginya."

"Papa sok tahu. Emang  aku sama siapa perginya?" Tanya Nadine.

"Sama badan kamu. Emang sama siapa lagi. Kamu kan jomblo karatan. Hahaha"

Papa Nadine mengatakan hal tersebut dengan diiringi tawa yang sangat menggelegar. Mama Nadine pun yang mendengar hal tersebut tak mengelak perkataan Sang suami dan malah ikut tertawa.

"Bangsat. Di kick sama orang tua sendiri itu rasanya sakit plus kena banget sumpah" Ucap Nadine dalam hati sambil menguatkan diri agar tidak kesal serta mencoba tersenyum tipis.

"Papa Nadine tersayang, liat aja nanti. Kalo Nadine punya pacar, Nadine minta uang jajan tambahan sama Papa" Tantang Nadine.

"Oke. Jangankan tambahan uang jajan , black card  pun Papa kasih. Tapi jangka waktu kamu memperkenalkan pacar kamu pas nanti ulang tahun pernikahan  Mama dan Papa. Dan kalo engga, kamu harus terima Papa jodohinUcap Papa Nadine yang ikut menantang.

"Deal. Nadine terima tantangan Papa ya. Liat aja Papa nanti. Seorang Nadine ga akan nyerah gitu aja" Ujar Nadine dengan tatapan tajam.

"Ga usah sok natep tajem kamu. Ga cocok sama sekali. Kamu pikir Papa takut? Muka aja cakep, tapi laku engga " Ucap Papa meremehkan.

"Hina aja terus Pa, hina. Nadine mah kuat orangnya" Ucap Nadine tersenyum sangat manis yang pertanda persaingan sengit antara dua orang sedarah ini.

"Udah ah udah. Nadine jadi sebenernya kamu itu perginya sama siapa?" Tanya Mama Nadine yang melerai sedikit persaingan sengit antara Nadine dan Papanya.

Nadine menolehkan wajahnya kearah Mama dengan menjawab

"Sama Adrian Ma, katanya dia jemput paling ntar lagi sampe"

Tetapi entah kebetulan atau tidak, Adrian datang. Nadine tentu hapal dengan suara motor Adrian yang berisik di depan rumahnya.

"Udah ma, si Adrian udah dateng, Nadine pergi dulu ya Ma" Ucap Nadine bersalaman dengan kedua orang tuanya kemudian pergi menuju Adrian.

"HATI-HATI YA ANAK PAPA, JANGAN NAKAL, NANTI JODOHNYA JAUH. UPPSS PAPA LUPA KALO KAMU KAN GA LAKU" Teriak Papa Nadine sambil tertawa.

"Untung Papa njir, kalo engga udah gue gampar" Ucap Nadine dalam hati dengan sangat jengkel kemudian mempercepat langkah kakinya menemui Adrian.

TBC 😊

Maafkan segala kekurangan dari cerita ini ya,

Ada kritik dan saran? comment
Luangkan waktu untuk menekan bintang (Vote) 😊

CABE 🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang