Menjengkelkan

172 25 4
                                    

Sakitnya tamparan belum seberapa dari tergoresnya perasaan karena terus-terusan diabaikan saat diperjuangkan

🌿🌿🌿🌿🌿

"Eh kok jadinya gaya bicara lu songong gitu sih sama Jessie?" Tanya salah satu dayang-dayang Jessie dengan gaya sok ikut campur dengan masalah Nadine dan Jessie, bernama Vita.

"Ntah tu, kampungan banget ih gaya bicaranya" Tambah dayang-dayang yang satunya lagi kepada Nadine, bernama Rani.

Nadine menarik nafas sejenak sebelum berbicara. Ia menatap Jessie yang tumben, sedikit bungkam saat dayang-dayangnya berbicara.

"Gue merasa gimana ya?" Nadine bertanya tanpa diketahui pada siapa.

"Miris? Atau lebih tepat ngakak guling-guling ya?" Tanya Nadine kembali sambil meletakkan jari telunjukkan di sekitar bibir seraya memasang ekspresi berfikir.

"Lu gila ya Nadine? Ngomong sama siapa sih lu" Vita bertanya pada Nadine sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keanehan Nadine.

"Ga usah lu tanya lagi deh Vita, kan udah jelas banget. Dia tuh emang udah gila." Jawab Rani.

"Kayaknya gue tau deh alasannya apa" Vita menanggapi kembali.

"Apa Vit? Kasih tau dong ke gue apa alasannya. Gue ga tau nih" Rani menjawab dengan menatap penasaran kearah Vita.

"Pasti lu juga tau deh ya. Mungkin aja karena engga di respon-respon sama James. Kan soalnya James sukanya itu udah sama Jessie, bukan Nadine"

Rani berkata dengan percaya diri, dan tidak ketinggalan yaitu meremehkan Nadine.

Jessie yang mendengar hal tersebut pun tersenyum miring. Ia merasa ada gunanya juga memiliki dayang-dayang seperti Vita dan Rani, karena sudah membela dirinya didepan Nadine.

Sedangkan Nadine sendiri tidak begitu menanggapi perkataan dayang-dayang Jessie tersebut.

"Iya in aja, liat dayang-dayang kayak lu pada mah, gue miris" Ujar Nadine dengan muka prihatin menatap Vita dan Rani.

"Maksud lu prihatin itu apaan? Ngomong yang jelas lu" Ucap Vita menaikkan suaranya.

"Ya prihatin." Jawab Nadine.

"Ya maksudnya lu itu apa? Lu banyak muter-muternya. Buang-buang waktu tau ga" Ujar Rani agar Nadine langsung berbicara pada intinya, menjelaskan apa yang dimakasud dari perkataannya.

" PRIHATIN liat kalian jadi babunya Jessie." Nadine berucap dengan penekanan, terutama pada kata prihatin.

"Wah, berani banget lu bilang gitu! Kita ga perlu lu prihatinin ya" Ujar Vita sambil menunjuk-nunjuki wajah Nadine.

Nadine yang mukanya ditunjuk-tunjuk begitu pun langsung menahan tangan Vita dan langsung menghempaskannya, lalu berkata .

"Satu lagi yang harus lu tau ya nona Jessie yang TERHORMAT. Tadi lu sempet bilangin gue apa ya? Cabe?" Tanya Nadine yang kemudian tak mendapatkan jawaban dari Jessie.

"Terkejut gue dengernya tau ga. Kalo yang kayak gue aja di bilang cabe, jadi yang kayak lu itu dibilang apa? Pelacur? Iya?" Tanya Nadine kembali dengan nada sedikit tinggi.

Nadine kembali menjeda kalimat yang akan keluar dari mulut nya sambil menghela nafas sejenak.

" Ngaca dong mbak, lu bajunya aja kayak orang abis dicakar-cakar sama monyet. Terbuka sana-sini. Atau lu ga mampu beli baju ya? Kalo iya, bilang sama gue. Biar gue beliin lu baju satu pabriknya kalo perlu. Biar engga masuk angin" Ujar Nadine pada Jessie dengan tatapan mata yang sangat tajam.

Nadine berkata sesuai dengan fakta-fakta yang ada, dan yang pastinya akurat. Nadine juga sudah muak melihat kelakuan dan penampilan Jessie yang suka memakai pakaian kurang bahan, apalagi saat ada James.

Walaupun Nadine tidak punya hak mencampuri gaya berpakaian orang lain, tetap saja Nadine merasa punya hak untuk membuka suara, soalnya kan yang melihat itu dirinya. Mata Nadine jadi ternoda karena melihat Jessie. Nadine kan masih polos.

Nadine berbicara bukan tanpa bukti. Jika ditanya bagaimana Nadine bisa tau, ya tentu saja Nadine melihat dengan mata kepalanya sendiri.

Sebagai pejuang perasaan, Nadine sering bahkan tak segan mengikuti James dan memperhatikannya dari kejauhan maupun dari dekat, bahkan secara langsung. Sehingga, pengganggu seperti Jessie tentu tak luput dari penglihatan Nadine.

"Oh iya gue lupa. Lu kan berusaha menggoda, makanya umbar diri kayak gitu. Kekeh pala ayam liat kelakuan dirilu" Tambah Nadine tanpa penghenti, karena sudah emosi.

Sedangkan Jessie juga mulai mengepalkan tangannya pertanda menahan amarah.

Prakk

Tiba-tiba sebuah tamparan sukses mendarat dipipi Nadine. Siapa lagi kalau bukan Jessie pelakunya.

Jessie tak terima dengan hal yang dikatakan oleh Nadine. Para pengunjung yang melintas di sekitar mereka pun berkerumun untuk melihat apa yang terjadi.

"Siapa lu berani ngomong kayak gitu kegue hah? Ga pernah diajarin orang tua ya lu? Anaknya ga punya sopan-santun banget" Ucap Jessie dengan muka yang merah padam karena amarah.

Nadine memegangi pipinya yang baru saja ditampar tersebut. Ia menatap Jessie dengan sinis dengan bibir sedikit terangkat atau lebih pantas disebut dengan seringaian yang menghiasi wajahnya, sebelum akhirnya membuka suara.

"Jangan bawa-bawa ajaran orang tua gue. Seharusnya yang ngomong kayak gitu itu gue. Terutama untuk lu Jessie yang katanya cantik. Sifat lu itu sama sekali ga ada etika nya tau ga." Ujar Nadine.

" Gue saranin ni deh ya. Sebelum ngomong apa-apa itu ngaca dulu, liat diri sendiri udah betul apa belum. Percuma tau ga mukalu yang katanya cantik itu tertutupi sama kelakuan yang kayak tong sampah. KOTOR"

Nadine menambahkan perkataannya dengan penuh penekanan, terutama pada kata yang terakhir pada kalimatnya. Kemudian Nadine pergi dari hadapan Jessie beserta dayang-dayangnya yang memuakkan tersebut.

"Huh, sabar Nadine." Ucap Nadine menghela nafas sambil mengelus pelan dadanya dan melanjutkan jalannya meninggalkan tempat tersebut.

Dan tanpa disadari oleh mereka, ada sesosok pria tampan yang menatap datar kearah mereka dari kejauhan.

"Bodoh"

TBC 😊

Ada kritik dan saran? comment
Luangkan waktu untuk menekan bintang (Vote) 😊

Btw ada yang tau cowok itu siapa ? :v

CABE 🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang