03 ; Empat belas hari

1.5K 367 103
                                    

Aku mau bilang ; itu yang sider mending tobat deh lagi puasa juga demem banget sider-sideran. Hati-hati nanti work kalian juga banyak sidernya :((

ㅡㅡㅡㅡ

Jihun berjalan menyusuri koridor seorang diri. Hari ini dia meminta Chenle pulang duluan karena dia ada pelajaran tambahan.

Iseng, Jihun melewati kelas Chenle dan mengintip ke dalam. Siapa tahu ternyata Chenle masih ada di kelas. Dan ternyata benar. Jihun melihat lelaki bermarga Jung itu masih duduk di kelas dengan kepala yang ditelungkupkan di kedua lengannya.

Apa Chenle menunggunya?

Jihun menggeleng. Tadi di telepon, Chenle juga bilang kalau dia ingin pulang cepat karena ada urusan. Apa mungkin Chenle berbohong?

Dengan langkah pelan, Jihun memasuki kelas dan duduk di samping Chenle. Sepertinya lelaki itu tak menyadari keberadaannya. Akhirnya, Jihun memutuskan bermain ponsel karena berpikir Chenle tertidur. Hingga suara isakan kecil membuat Jihun menoleh dan mendapati punggung Chenle bergetar.

"Chenle?" panggilan panik Jihun membuat pundak Chenle berhenti bergetar, isakan itu tak lagi terdengar.

Chenle mengangkat sedikit kepalanya membuat Jihun dapat melihat mata lelaki itu yang basah dan memerah.

"Oh, kamu udah selesain?" tanya Chenle sebelum kembali meneggelamkan kepalanya ke dalam lipatan tangan.

"Kamu nggak apa? Kenapa belum pulang?"tanya Jihun balik membuat Chenle menggeleng.

"Tadi abis ngerjain tugas terus ketiduran," jawab Chenle.

Jihun tahu Chenle berbohong. Orang tidur macam apa yang bangun dengan mata basah dan memerah. Well, kecuali kalau mimpi buruk. Namun Jihun rasa, Chenle tak bermimpi buruk, tidak mungkin kan Chenle langsung terbangun oleh suara kecilnya saat dia bermimpi buruk? Kemungkinannya sangat kecil.

"Le, nggak apa? Kamu bohong kan?"

Chenle menggeleng sekali lagi. "Aku nggak apa kok. Kamu pulang duluan, ya? Aku mau ke perpus dulu."

"Kamu kenapa-kenapa kan pasti? Coba deh cerita sama aku," ucap Jihun.

Jihun menepuk pundak Chenle pelan. "Mungkin awalnya kita cuman dua orang asing yang disatuin karena sebuah tantangan dari sahabat kamu, tapi mengesampingkan kita yang baru kenal sebulan lalu, kita sekarang ada pada tahap dimana aku punya hak untuk khawatir sama kamu dan begitupun sebaliknya."

Chenle diam. Dalam pikirannya, dia membenarkan perkataan Jihun. Namun Chenle benar-benar tak tahu harus apa. Dia terbiasa menanggung semuanya sendirian hingga saat seseorang memberikan perhatian padanya, Chenle merasa sebuah perasaan yang tak bisa dia artikan.

"Mereka bilang aku bahagia."

"Siapa?" tanya Jihun. "Orang-orang yang nggak kenal aku, tapi mereka nggak tau kalo aku lebih tersiksa di banding mereka."

"Maksud kamu?"

"Mereka bilang, setidaknya aku nggak perlu ngerasa kelaparan, keinginanku bakal terkabul," jawab Chenle sembari mengangkat kepalanya.

"Bukannya kamu memang begitu?" tanya Jihun ragu membuat Chenle menggeleng.

"Nggak, sama sekali nggak," jawab Chenle sembari menatap Jihun dengan mata memerah.

"Mereka mengekangku, ngebuat aku merasa seolah-olah ada rantai yang ngikat leherku." Chenle memegang lehernya, seolah mencekik. "Kayak gini! Kamu ngerti? Mereka selalu ngebuat aku nggak bisa napas hanya dengan lihat wajah mereka."

Every Cloud Has A Silver Lining | 𝘡𝘩𝘰𝘯𝘨 𝘊𝘩𝘦𝘯𝘭𝘦 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang