09 ; "Aku Juga"

1.1K 272 80
                                    

Jihun memencet bel di depannya dengan tak sabar. Tadi, sekitar jam sebelas siang, Chenle mengirimnya sebuah lokasi tanpa mengatakan apa pun. Saat di telepon, lelaki itu hanya meringis menyebut namanya.

Jika begini, siapa yang tak khawatir? Apalagi ini Chenle lho, Chenle. Takutnya terjadi sesuatu, atau lelaki itu melakukan hal-hal yang menyakiti dirinya sendiri.

Satu menit Jihun memencet bel. Namun tak ada tanda-tanda pintu akan terbuka. Dalam hati gadis itu mengumpat. Rumah sebesar ini, tapi tak ada seorang pun yang membuka pintu? Atau, suara belnya tak terdengar sampai di dalam?

Akhirnya, gadis itu mencari akal. Jihun mencari kunci di tempat-tempat yang paling tak mungkin di temukanㅡkarena biasanya, dia dan Taeyeong akan menyimpan kunci rumah di bawah daun dengan cara memberi solatip pada kunci agar melekat pada daun.

Di bawah kursi, tak ada. Di bawah pot, tak ada. Di segala benda mati yang ada di halaman rumah Chenle itu pun tak ada. Hingga mata gadis itu  menatap sebuah lubang kecil di atas pintu yang dapat di jangkau dengan kursiㅡwalau ia harus sedikit berjinjit.

Akhirnya, dapat. Tanpa membuang banyak waktu, Jihun membuka pintu rumah besar itu. Hampa. Beberapa benda di tutupi dengan kain putih, layaknya rumah yang di tinggalkan. Namun lebih terurus.

"Chenle?" panggil Jihun. Gadis itu mengedarkan pandangan ke seluruh arah, mencoba menebak di mana Chenle berada. Kenapa seperti bermain petak-umpet rasanya.

"Chenle?" panggil Jihun dengan sedikit berteriak. Suara barang jatuh dari kamar atas membuat Jihun segera melangkahkan kakinya dengan cepat.

Jantung gadis itu berpacu lebih cepat dari biasanya. Meski ingin menghapus pikirannya negatif dari kepalanya, Jihun tak bisa. Dirinya harus melihat keadaan Chenle dengan mata kepalanya sendiri agar merasa tenang.

"Ya ampun Chenle!" Jihun memekik begitu menemukan Chenle tidur meringkuk membelakanginya. Lelaki itu bergumam tak jelas. Dengan berlari kecil ke arah tempat tidur, Jihun dapat melihat wajah Chenle yang kesakitan.

"Le, kamu nggak apa-apa?" tanya Jihun. Tangan gadis itu tergerak menyentuh dahi Chenle yang hangat.

"Jihun?" panggil Chenle lemah. Jihun mengangguk, mengiyakan panggilan Chenle.

Gadis itu berusaha menarik Chenle duduk. "Ayo ke rumah sakit-"

Jihun menghentikan ucapannya saat Chenle menggeleng. "Aku nggak apa, hanya..., lapar."

Tungkai Jihun melemas. Gadis itu berjongkok dengan mata yang memburam karena airmata. "Syukur deh, kamu nggak apa-apa, aku bener-bener bersyukur engga ada terjadi sesuatu yang serius sama kamu."

"Jihun?" panggil Chenle. Mata lelaki itu seolah bertanya, mengapa gadis itu menangis. Namun Jihun hanya menggeleng dan tersenyum. Setelah menghapus airmatanya, Jihun mengeluarkan dua buah roti dari tas kecilnya.

"Ini, kamu makan aja dulu ya. Aku keluar bentar beliin bubur buat kamu," ucap Jihun. Tanpa menunggu jawaban Chenle, gadis itu segera keluar dari kamar lelaki itu.

***

Sendok terakhir berhasil masuk ke mulut Chenle. Jihun meletakkan mangkok di meja kecil samping tempat tidur lelaki itu, lalu mengambil air putih dan memberikannya pada Chenle.

Jihun tersenyum menatap Chenle yang tampak lebih baik dari pada saat dia datang tadi.

"Hmm." Chenle bergumam sambil mengerutkan keningnya membuat Jihun penasaran.  "Kenapa?"

"Ini." Chenle menunjukkan ponselnya pada Jihhn yang menampilkan beberapa baris kata. "Maksudnya apa sih?"

Jihun terkekeh. "Itu artinya persediaan kamu abis. Kamu baru pertama kali main itu ya?"

Every Cloud Has A Silver Lining | 𝘡𝘩𝘰𝘯𝘨 𝘊𝘩𝘦𝘯𝘭𝘦 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang