Hehe, mataku bermirror-mirror pas nulis chap kemarin dan chap ini(^‿^✿)
Ohiya, tolong jawab pertanyaanku setelah baca cerita ini ya, ada di bawahㅡsebelum bacotan panjangku gg.
Ohiya lagi, anggap aja ini thr dari aq, minal aidin wal faizin semuaaaa o (>‿<✿)
Waktu berjalan begitu cepat. Siapa pun takkan menyangka kalau gadis bermarga Lee itu menjalani hidupnya tanpa Chenle selama dua tahun seperti tak ada semangat.
Dua tahun sudah semenjak kejadian itu. Kejadian yang membuat sosok Jihun yang ceria menjadi tertutup. Sebegitu berpengaruhnya Chenle dalam hidupnya hingga saat lelaki itu pergi, Jihun merasa kekosongan yang luar biasa.
Hari ini, waktu Jihun untuk tampil pada penutupan penerimaan murid baruㅡsama seperti apa yang dia lakukan dua tahun lalu. Jihun menjadi kakak kelas sekarang. Kakak kelas yang tak pernah sedikit pun berbaur dengan orang lain kecuali sahabatnya, Jinsol dan Jisungㅡyang menjadi sahabatnya semenjak kelas sebelas.
Jihun menatap ke arah penonton yang tengah menanti permainan pianonya. Matanya sedikit memburam begitu mengingat pengakuan Chenleㅡkalau lelaki itu menyukainya semenjak melihat Jihun memainkan piano dulu.
Berusaha menahan airmatanya, gadis itu tersenyum. Menatap pada salah satu bangku kosong yang terisi oleh sosok Chenle yang tersenyum sembari melambai padanyaㅡsebuah imajinasi indah yang tak ingin Jihun singkirkan.
Chenle, aku kembali duduk di tempat yang sama saat pertama kali kamu ngeliat aku. Sekarang, kamu nggak disini tapi aku harap, setiap dentingan permainanku sampai padamu, yang tak lagi ku ketahui keberadaannya, batin Jihun.
Jihun tak tahu apa Chenle masih hidup atau tidak. Karena saat dia datang ke rumah sakit dan bertanya pada resepsionis, mereka mengatakan tak pernah mengirimkan ambulan untuk kecelakaan di jalan yang Jihun sebut pada hari itu.
Dan sampai kini, Jihun hidup dengan harapan Chenle masih bernafas dan hidup pada suatu tempat yang tak Jihun ketahui.
***Jangan kira, selama dua tahun Jihun tak mencari Chenle. Gadis itu mencari Chenle ke tempat yang paling mungkin hingga tak mungkin lelaki itu kunjungi. Jihun bahkan pernah nekat pergi ke Kanada, dia pikir Chenle pasti berada di sana bersama Jeno.
Namun aksi gilanya berhasil di hentikan Jinsol dan Jisung. Jisung memberikan nomor telepon Jeno pada Jihun membuat gadis itu langsung menghubungi Jeno. Nyatanya, lelaki bermarga Lee itu juga tak tahu keberadaan sepupunya.
Jihun tak pernah menyerah. Nama Chenle selalu terselip dalam setiap doanya. Mendoakan agar lelaki yang menempati seluruh ruang hatinya itu masih hidup dan baik-baik saja.
"Jihun?"
Jihun menoleh, menatap kakaknya tanpa ekspresi membuat Taeyong menghela napasnya.
Taeyong rindu adiknya yang dulu. Yang terus mengejeknya juga yang selalu tersenyum seperti seorang idiot saat meminta sesuatu.
Lelaki itu mengerti alasan kenapa adiknya menjadi seperti ini. Hanya, Taeyong tak menyangka. Kalau hubungan yang di mulai karena sebuah tantangan dan tak sampai lima bulan itu dapat membuat Jihun seberubah ini.
Taeyong takkan pernah lupa, tangisan terpanjang adiknya saat gadis itu tak menemukan Chenle dimana pun. Taeyong tahu, bahwa keinginan Jihun adalah untuk mendengar kabar Chenleㅡapakah lelaki itu masih hidup? Jika iya, apa lelaki itu hidup dengan baik? Apa Chenle menemukan kebahagiaannya yang telah lama hilang?
Dan Taeyong harap, Jihun segera menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang selalu menyita waktu tidurnya. Agar adiknya itu tak hidup dengan terkurung dalam kenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Every Cloud Has A Silver Lining | 𝘡𝘩𝘰𝘯𝘨 𝘊𝘩𝘦𝘯𝘭𝘦 ✔
FanfictionBagi Chenle, kedatangan Jihun dalam hidupnya adalah hal terindah yang pernah Tuhan berikan padanya. Gadis manis itu selalu berusaha membuat Chenle yakin kalau setelah hujan akan selalu ada pelangi yang menghampiri. Chenle mencoba percaya, dan saat i...