Aku tidak begitu paham apa yang sedang terjadi. Aku sedang berdiri di tengah-tengah padang hijau luas yang dipenuhi patung-patung berwarna putih yang tinggi menjulang melampaui kepalaku. Pemandangan yang bagus, namun cukup menyeramkan. Mataku mencari-cari, tapi aku bahkan tidak tahu apa yang sedang kucari. Pandanganku dihalangi air yang menetes-netes dari ujung kedua bulu mataku. Hujan? Aku baru menyadarinya. Aku tidak merasa tubuhku kedinginan.
Apa yang sedang kulakukan disini? Apa aku sendirian? Banyak sekali pertanyaan yang terlintas di kepalaku, semuanya membuatku bingung. Mataku belum menemukan sesuatu yang bisa membuat pertanyaan-pertanyaanku terjawab. Aku tersesat.
Lalu sekonyong-konyong aku melihat sesuatu. Benda besar berwarna putih, hampir selaras dengan patung-patung yang berada di sekeliling tempatku berdiri, sebuah mobil yang terparkir vertikal disana, yang kukenal betul siapa pemiliknya.
Dia ada disini bersamaku?
Lalu kakiku berlari kearah sana, kearah satu-satunya petunjuk yang bisa kutemukan disini, tapi orang itu tidak ada. Sial, kemana dia?
Belum sempat aku mendongak, mataku menangkap sesuatu. Jas putih panjang yang sepertinya kukenal, aku melihatnya tergeletak begitu saja dibawah kedua mata kakiku yang telanjang. Aku membungkuk untuk meraihnya, jas itu terkotori oleh kakiku.
Milik siapa ini?
Dugaanku benar, ada seseorang di tempat ini selain aku. Aku ingin sekali meneriakkan namanya, tapi anehnya tidak ada sedikitpun suara yang keluar dari mulutku. Dimana dia?
Lalu aku berbalik, sekonyong-konyong pemandangan di sekelilingku berubah, bukan lagi sebuah padang luas yang dipenuhi patung-patung dengan posisi sembarang, melainkan sebuah ruangan besar yang didominasi oleh cermin-cermin raksasa, yang memantulkan bayanganku dimana-mana. Ruangan ini seakan tak berujung, tak ada pintu dan jalan keluar. Sekali lagi aku tersesat.
Aku hampir saja yakin bahwa aku sedang bermimpi, ketika aku merasakan sebuah sentuhan lembut di bahuku. Aku sedikit terkesiap, tapi sekaligus juga merasa lega. Aku tidak sendirian disini, aku bersamanya. Aku melihat ke bayangan kami di cermin, ia berdiri di belakangku.Aku melihat ke matanya yang sayu dan lembut—belum pernah aku menyadari bahwa wajahnya sesempurna ini—yang juga memandang kearahku sambil mempererat pelukannya di tubuhku, aku merasa hangat.
Wajahnya mendekat melewati pundakku. Ia membisikkan sesuatu ke telingaku, bisikkan lembut dan damai, membuat jantungku berdebar-debar tak menentu. Aku tak bisa mendengar kata-katanya, tapi aku tak peduli. Toh aku tahu apa yang ingin ia sampaikan, aku bisa merasakannya. Ia lalu melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahuku sepelan mungkin, seakan ia tak ingin cengkeraman tangannya melukai tubuhku. Ia membalikkan tubuhku dengan gerakannya yang luwes, sehingga kini aku berdiri berhadap-hadapan dengannya.
Dan yang kulihat tiba-tiba menjadi bukan yang seharusnya. Yang berdiri di hadapanku bukan dia, walau orang ini juga bukan orang asing bagiku. Aku kebingungan, wajahku menengok kesana kemari, berusaha menemukan orang yang kucari, orang yang kuharapkan, sebelum aku menatapnya tak percaya. Dua wajah malaikat yang berbeda. Bola mata coklat oak yang tadi kulihat berganti dengan lensa hitam yang menatapku tanpa berkedip. Senyuman yang tadi kulihat berganti dengan kekhawatiran yang terlihat jelas di gurat dahinya, di lekuk rahangnya. Dan bibir merahnya membentuk senyuman simpul penuh luka, penuh kepedihan, yang ditujukan kearahku.
Lalu aku membuka kedua mataku, terbangun dan merasa bingung. Ini adalah pertama kalinya aku memimpikan orang lain, selain ayah atau nenekku. Pertama kalinya setelah sekian lama. Aku tidak mau terlalu memikirkan apa arti dari mimpiku, kepalaku pening. Aku turun dari tempat tidurku yang empuk dan seprainya sehalus sutera, membuatku menggelosor begitu saja tanpa harus bersusah payah. Ternyata ini masih terlalu pagi, tapi aku memutuskan untuk pergi mandi. Toh tidak ada lagi yang bisa kulakukan, mataku sudah terlalu segar untuk kembali tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASK(S)
Science FictionBagaimana kalau pacarmu ... punya kekuatan super? Shenia, seorang gadis biasa yang terpaksa harus keluar dari zona nyamannya secara tiba-tiba ketika ibunya memutuskan untuk menikah. Ia tak pernah mengira bahwa kepindahannya adalah awal dari segala y...