Chapter 5

1.3K 98 3
                                    

Di sebuah ruangan bernuansa serba hitam dan abu-abu tampak seorang wanita yang tengah tertidur pulas di ranjang king size. Perlahan-lahan mata wanita itu terbuka, menyesuaikan dengan sinar matahari yang terpancar dari sela-sela jendela. 1 detik, 2 detik,3 detik wanita tersebut masih terdiam mengamati, perlahan-lahan kesadarannya mulai pulih. Wanita tersebut mengerutkan keningnya, ini bukan kamar di rumahnya atau kamar di penginapan. Terakhir yang dia ingat serigala yang sangat besar dan sesosok pria dewasa yang tampan? Tampan?Serigala?Mengingat kata tersebut,Wanita itu terlonjak kaget hingga bangun secara mendadak yang mengakibatkan kepalanya terasa pening.

Caroline memegang kepalanya yang terasa sangat pening. Dia mengamati kamar ini, mewah dan maskulin batin Caroline. Pasti yang memiliki kamar ini orang yang sangat kaya bisa dilihat dari pilihan furniture dan perangkat elektroniknya. Caroline mengumpat dalam hati harusnya dia tidak memikirkan hal tersebut, yang harus dipikirkan kenapa dia bisa ada disini hanya mengenakan atasan kemeja warna hitam. Dan satu lagi siapa yang mengganti bajunya?

"Apa yang kau pikirkan?" Terdengar suara baritone dari pria yang duduk di sudut ruangan. Sejak tadi pria tersebut hanya diam memperhatikan Caroline.

Caroline terlonjak kaget "Siapa kau? Dan sejak kapan duduk disana" Sepenglihatan Caroline tidak ada kursi di sudut sana.

Pria tersebut mendengus dan bangkit berjalan mendekati Caroline yang masih duduk di ranjang. Caroline hanya bisa diam melihat bagaimana pria tersebut melangkah, hanya satu kata "Sempurna" wajah khas kaukasia yang sangat tampan, otot yang tercetak sempurna dibalik kaos hitam itu dan satu lagi aroma maskulin yang sangat memabokkan menguar dari tubuh pria tampan itu. Caroline sampai pusing menghirup aroma itu dan lagi entah kenapa dia sangat ingin berlari memeluk merasakan betapa kokohnya dada bidang itu,mengusap dada itu dengan jari-jarinya merasakan tonjolan-tonjolan otot dan menghirup aroma maskulin itu sebanyak-banyaknya. Caroline merutuk dalam hati dan menepuk pipinya yang bersemu merah, kenapa dia bisa berfikir semesum ini pada seorang pria asing. Caroline terlonjak saat pria tersebut mengambil sejumput rambutnya dan mengkaitkan di belakang telinga. Saat tangan itu bersentuhan dengan pipinya walau hanya sekilas rasanya seperti tersengat listrik. Karena terlalu larut dalam lamunannya, Caroline tidak menyadari pria tersebut sudah berdiri di sisi ranjang

"Apa yang kau pikirkan?" Pria tersebut duduk di tepi ranjang dan menatap Caroline dengan tatapan tajam yang mampu membuat Caroline merinding seketika.

"eh...tidak,aku tidak memikirkan apapun!" Caroline menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan pikiran-pikiran mesum yang bernari-nari diotaknya.

Pria itu hanya tersenyum tipis melihat tingkah wanita di depannya. Sejak semalam dia berusaha mengontrol monster dalam dirinya agak tidak menerjang matenya dan secepatnya menandai. Dan sekarang pertahanan dirinya sedikit melonggar melihat pemandangan indah di depannya, aroma vanilla bercampur chamomile yang memabokkan sekaligus menenangkan, rambut yang berantakan khas bangun tidur, wajah tanpa make up tapi sungguh sangat terlihat cantik,bibir tipis yang sedikit terbuka seolah mengundang untuk dicium dan dilumat habis-habisan. Leher jenjang yang sangat ingin dia cium memberikan tanda kissmark sebanyak mungkin seolah ingin mengatakan kepada dunia kalau wanita ini miliknya, wanitanya! Sial hanya memikirkan itu, otot bawahnya terasa berdenyut meminta pelepasan dan monster dalam dirinya terus berontak ingin keluar! Pria itu merutuk dalam hati, dia bukan pria suci yang tidak pernah merasakan nikmat dunia. Silih berganti wanita menghangatkan ranjangnya, tanpa diminta wanita-wanita tersebut rela melemparkan tubuhnya, dari yang sekedar seksi, seksi dan amat sangat seksi tapi dia tidak pernah melakukan dengan hati hanya kebutuhan biologis semata! Tapi dengan wanita di depannya dia merasakan hal yang berbeda, mungkinkah karena wanita ini adalah matenya, belahan jiwa yang sudah ditakdirkan?

"Tuan, Hei tuan..." Caroline melambaikan tangan di depan wajah pria itu.

Pria itu mengerjapkan matanya lantas berdehem menyembunyikan dirinya yang sedikit salah tingkah.

THE DOCTOR LUNAWhere stories live. Discover now