Caroline berbincang-bincang dengan beberapa dokter dan perawat sambil menikmati sarapan paginya. Sesekali mereka tertawa karena ulah pria gendut berwajah humoris bernama Trey. Selesai sarapan mereka menunggu sambutan dari Tetua Desa yang berdiri di depan.
"Saya ucapkan terima kasih pada dokter, perawat dan lainnya yang telah berkenan membantu desa kami yang terkena musibah. Saya akan membantu semaksimal mungkin, apa saja yang kalian perlukan katakan tapi satu pesan saya dilarang mendekati hutan apapun alasannya tanpa pengawasan dari kami!" Wajah Walcott mengeras ketika mengatakan itu, semua orang hanya diam mereka sangat paham bagaimana menyeramkannya hutan di sebelah barat desa ini
Emily berbisik kepada Caroline. "Tanpa dilarang pun aku tak akan mau mendekati hutan menyeramkan itu!"
"Kau serius? Bagaimana jika Rafael mengajakmu kencan kesana?" Trey menaikkan alisnya.
Emily tersipu malu dan langsung mencubit perut gendut Trey dengan gemas.
"Awwwwwww, kau menyakitiku Em!" Jerit Trey. Semua paham bila Emily naksir dengan dokter tampan berkacamata bernama Rafael.
"Hai, lihat kenapa ada angkatan darat disana?"
Seluruh perhatian terpusat ke pintu masuk, terlihat beberapa pria berseragam Army melangkahkan kaki dengan tegap disambut Tetua Desa. Mereka tampak berbicara dengan sangat serius dan sesekali mengedarkan pandangannya ke luar.
"Mereka sangat tampan!!!" Beberapa dokter dan perawat wanita histeris melihat pria-pria tampan tersebut.
"Apa akan ada perang? Owh aku tak ingin mati, ibuku pasti sedih anaknya yang tampan ini mati sebelum menemukan belahan jiwanya!" Trey memasang wajah memelas ke rekan-rekannya yang disambut dengusan geli.
"Ayo ke klinik, kita tak punya banyak waktu. Banyak hal yang harus kita kerjakan!"Kata Caroline.
Satu-satunya wanita yang tidak berpengaruh akan pemandangan menggoda iman didepan sana hanya Caroline yang sejak selesai sarapan sibuk dengan berkas ditangannya.
"Sebentar lagi ya dok?" Rengek beberapa perawat wanita
Caroline menggelengkan kepala dan berkata "No!"
Akhirnya mereka membubarkan diri dengan mendesah kecewa.
Semua orang di klinik tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing, beberapa pasien dewasa tangan dan kakinya mulai menghitam dan sulit digerakkan, kondisi pasien anak-anak pun tak kalah menyedihkannya dengan kulit yang tampak melepuh. Caroline tampak sibuk dengan pasiennya, sejak pagi dia mondar-mandir memberikan pengarahan ke dokter dan perawat yang bertugas. Tak lama seorang laki-laki berseragam Army berbadan tegap masuk ke dalam salah satu ruangan klinik.
"Bisa kita bicara dokter Caroline?" Pria tersebut menyapa Caroline yang sedang mengambil sampel kulit dari jenasah di depannya.
Caroline menghentikan kegiatannya dan menatap pria di depannya. "Bagaimana kau bisa masuk kesini?"
"Bisa kita bicara sebentar?" kata pria tersebut. Caroline yang masih mengenakan masker hanya mengganguk kecil. "Aku tunggu di taman samping."
Caroline segera melepaskan masker, sarung tangan dan keluar menutup pintu ruangan yang tidak boleh dimasuki sembarang orang.
"Apa yang ingin anda bicarakan Tuan?" Caroline menyapa pria yang berdiri membelakanginya.
Pria tersebut berbalik dan tertegun melihat wanita didepannya. Caroline tampak sexy dengan jas putih dan rambut hitam yang diikat asal-asalan, beberapa helai rambutnya terlepas menjuntai dan menambah kecantikannya walau terlihat wajahnya sangat lelah. Pria tersebut segera tersadar dan kembali memasang wajah datarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/117375251-288-k28976.jpg)
YOU ARE READING
THE DOCTOR LUNA
Hombres LoboCaroline Watson, dokter yang ditugaskan ke suatu desa di perbatasan Morgan-Monroe State Forest. Bersama teamnya ia berusaha mengobati warga yang terkena wabah penyakit misterius, tak sengaja ia tersesat di Morgan-Monroe State Forest. Hutan yang terk...