Sudah dua bulan lebih, Caroline berada di mension mewah ini. Berkali-kali dia memohon agar diantar pulang tapi tak ada satupun orang yang mau membantunya. Berbicara dengan pria bernama Edmund hanya membuatnya emosi! Setiap dia mendekat, pria itu langsung memasang wajah seperti menahan nafas dengan rahang yang mengeras! Belum sempat Caroline berbicara, pria itu langsung bergegas pergi! Caroline langsung mencium aroma ketiaknya,apakah dia bau sehingga pria itu langsung pergi? Caroline bahkan bertanya berkali-kali ke Iram dan Bibi Lizbeth apakah bau badannya sangat mengganggu sehingga Edmund selalu menahan nafas dan memalingkan wajah setiap kali dia mendekat. Kedua orang yang menjadi teman selama dirinya "disekap" hanya bisa tertawa tertahan, bahkan Iram menyarankan agar dia berendam dengan berbagai sabun aroma terapi. Demi bisa berbicara baik-baik dengan Edmund selaku orang yang "menyekapnya" agar mengizinkannya pulang, Caroline mau melaksanakan ide gila tersebut dan hasilnya begitu Caroline akan menghampiri Edmund yang baru pulang kerja, Edmund langsung melesat pergi melihat Caroline di ujung lorong. Lebih parah dari sebelumnya, akhirnya Caroline hanya bisa pasrah dia tetap menunggu waktu yang tepat untuk berbicara baik-baik dengan Edmund. Mau nekat dia juga ngeri, mension ini dikelilingi hutan belantara yang sangat seram dan juga jangan lupa dengan penjagaan yang super ketat.
Untuk mengisi waktu Caroline membantu Iram di klinik, di waktu senggang bila tidak ada pasien dia lebih memilih menghabiskan waktu di laboraturium milik Iram yang alat-alatnya sangat modern hampir sama dengan laboratorium di rumah sakit tempatnya bekerja. Seperti saat ini selepas dari laboratorium dia berbincang-bincang dengan Iram di taman sebelah klinik.
"Bagaimana perkembangan virus yang kau teliti?" Iram duduk disebelah Caroline yang terus membaca jurnalnya.
Caroline mendesah lelah mendengar pertanyaan Iram."Belum banyak yang bisa aku teliti, ini terlalu aneh. Banyak sekali hal yang janggal, kepalaku rasanya ingin meledak. Rasanya seperti jalan ditempat..."
Iram tersenyum kecil dan mengusap rambut Caroline. "Kau bekerja terlalu keras, apakah semua dokter di duniamu bekerja seperti ini?"
Caroline menoleh dan memicingkan matanya. "Apa maksudmu mengatakan 'duniamu'? Memangnya sekarang kau hidup di dunia apa? Dunia Immortal?"
Iram hanya bisa berdeham dan tertawa canggung. Dia mengacak-ngacak rambut Caroline sebagai pengalihan.
Interaksi kedua orang itu tidak luput dari pengawasan pria yang duduk di kursi kebesarannya. Dia hanya bisa menatap dari balik kaca ruangannya di lantai tiga yang langsung berhadapan dengan taman. Tangannya mengepal kuat dan rahangnya mengeras, dia sangat tidak suka melihat wanita itu berinteraksi dengan santainya dengan pria lain.
"Nona sangat nyaman berbicara dengan Iram." Perkataan Lukas seperti menyiram minyak ke hati Edmund yang membara karena cemburu.
Edmund menoleh ke arah Lukas yang berdiri di sampinya, turut melihat pemandangan di balik kaca."Apa maksudmu?" Edmund mulai mengeluarkan aura mencekam.
Lukas hanya tersenyum kecil. Perlahan-lahan dia mulai terbiasa dengan aura yang dikeluarkan Alphanya. "Nona berkali-kali mengatakan ingin berbicara dengan Tuan, setelah saya tanyakan ternyata dia ingin meminta diantarkan pulang. Dia berkata pasti teman-temannya panik mencari dirinya yang tiba-tiba menghilang. Tapi saat ingin berbicara dengan Tuan, Tuan selalu menghindar." Lukas mengamati ekspresi wajah Edmund yang tidak terbaca.
"Dia tidak boleh pergi kemana pun!" Desis Edmund lirih yang masih bisa didengar Lukas.
"Dia juga bertanya kenapa Tuan selalu menahan nafas setiap nona mendekat. Bahkan nona mengikuti saran dari Iram untuk berendam berjam-jam dengan berbagai wewangian aroma terapi untuk menghilangkan bau tubuhnya yang mungkin mengganggu Tuan.
Edmund mendengus keras mendengar perkataan Lukas. Dia masih sangat ingat, saat sampai mension dari gerbang depan dia sudah bisa mencium aroma matenya. Aroma itu tercium makin kuat saat dia naik ke lantai dua. Monster dalam dirinya saat itu mulai bersorak gembira dan saat melihat Caroline berjalan di ujung lorong seperti hendak menghampirinya, Edmund bergegas pergi. Dia tidak sanggup mencium aroma matenya yang sangat memabukkan. Andai pengendalian dirinya tidak kuat, saat itu juga Edmund akan mendekap dan menyeret Caroline ke kamar terdekat membanting tubuh Caroline ke kasur mencium inchi demi inchi kulit matenya yang sangat halus, meremas dan melumat payudara Caroline dengan sekuat tenaga dan berakhir dengan penyatuan yang sangat panas membara. Edmund membayangkan tatapan mata Caroline yang sanyu dibawah tubuhnya yang berguncang dan hal itu makin membuatnya sangat bergairah!
"Kalau begitu lakukan sekarang juga pengecut!"
Edmund tersentak mendengar suara lain dari dalam dirinya. Tubuhnya terasa sangat panas dan dia butuh pelepasan hanya karena lamunan keparat itu! Edmund berdehem pelan dan tangannya mengurai simpul dasi yang sangat mencekik.
"Hai pengecut, kau harus cepat-cepat menandai mate kita! Aku tidak bisa menahan lagi! Kau juga harus bersikap lebih baik, hilangkan wajah datarmu itu! Dia itu mate kita bukan musuh yang harus cepat-cepat kau singkirkan!" Charlos berusaha mempengaruhi pikiran Edmund.
"Diam kau sialan!" Edmund mulai jengah dengan kicauan monster dalam dirinya.
"Kau yang sialan pengecut" Balas Charlos tidak kalah sengit!
"Berhenti mengataiku pengecut! Kalau kau butuh pelepasan masih banyak wanita yang siap kau tiduri tapi tidak dia manusia lemah!"
"Cih...menjijikkan menyatu dengan jalang-jalang keparat itu! Tubuh mereka kotor, sudah berapa kali tubuh mereka digunakan? Berhenti melakukan kebiasaan burukmu itu Ed, kita punya mate yang masih suci untuk apa kita melakukan pelepasan dengan jalang-jalang itu?"
"Darimana kau tau dia masih suci? Bisa saja dia sama dengan jalang!" Edmund berusaha mematahkan argumen Charlos.
"Hai bodoh, tentu saja aku tau. Hidungku bisa mencium aroma tubuh yang suci dan tidak! Aku yakin mate kita bahkan belum pernah berciuman!"
Edmund dan Charlos terus berdebat, Lukas hanya bisa tertawa kecil. Dia tidak bisa mendengar percakapan mereka tapi dari ekspresi wajah Edmund dia paham mereka sedang berdebat sengit dan tentu saja Caroline yang mereka perdebatkan! Lukas tiba-tiba mencium aroma mahluk lain dan dia segera memalingkan wajahnya ke arah jendela. Benar saja ada sesosok yang tidak asing lagi mendekat ke arah Caroline dan Iram.
"Maaf Tuan, saya harap hentikan perdebatan tuan. Kita kedatangan tamu..."
Edmund segera melihat ke arah jendela. Dan rahangnya mengeras bagaimana mahluk itu mencium tangan Caroline dan Caroline yang tersipu malu.
"Sialan!" Edmund bergegas menuju taman diikuti Lukas yang tersenyum simpul.
******
Caroline tampak serius berbicara dengan Iram. Iram berjanji akan mengajak dia bertemu Cassandra yang katanya mampu membantu dia memecahkan masalah ini.
"Selamat sore nona..." Suara pria yang sangat maskulin menghentikan percakapan keduanya. Sesaat Caroline terpesona dengan pria dihadapannya.Badannya yang tegap terbalut jas hitam yang sangat kontras dengan kulit putih pucat. Bagi Caroline hanya satu kata untuk menggambarkan pria ini 'Wow'!
Iram memutar bola matanya dengan jengkel. Dia menyikut Caroline yang masih tercengang.
"Apa yang kau lakukan disini?" Iram bertanya dengan nada yang sangat tidak ramah.
Pria itu tersenyum simpul." Aku ingin bertemu Edmund, tapi dari depan aku bisa mencium aroma yang sangat tidak biasa." Pria itu mendekat dan berbisik kepada Iram. "Aroma manusia." Pria itu menjauh dengan senyum tipis di bibirnya.
Iram menggeram dan hendak membalas sebelum suara Edmund menginterupsi.
"Apa yang kau lakukan disini Dave?" Edmund segera berdiri di samping Caroline yang tampak bingung melihat pria-pria disekelilingnya yang memancarkan aura tidak mengenakkan.

YOU ARE READING
THE DOCTOR LUNA
WerewolfCaroline Watson, dokter yang ditugaskan ke suatu desa di perbatasan Morgan-Monroe State Forest. Bersama teamnya ia berusaha mengobati warga yang terkena wabah penyakit misterius, tak sengaja ia tersesat di Morgan-Monroe State Forest. Hutan yang terk...