Memory One: Bertahanlah. (Kila & Ata)

98 1 0
                                    

"Kila...." Panggilnya lirih. "Jangan pergi. Kumohon." Dia menggenggam tanganku seperti dia tidak akan melepaskannya. Aku tersnyum tipis.

"Tenanglah. Aku akan kembali. Kau bertahanlah." Ucapku berusaha menenangkan. Dia melepas genggaman tangannya perlahan, berganti memelukku. Ku usap puncak kepalanya, seraya berkata,"Ata, kau wanita kuat. Aku akan menjaga hatiku untukmu. jadi, maukah kau menjaga hatimu untukku?"

Sesaat, Dia terdiam. Ata melepas pelukannya, tetapi dia tetap tertunduk. aku tersenyum kearahnya, lalu berjalan pergi.

****

Pagi-pagi sekali aku terbangun. udara disini sangat dingin. Aku merindukan tempat lamaku. Mungkin karena aku belum beradaptasi. Kopi ku masih mengepulkan asapnya, hangatnya terasa dari telapaktanganku hingga tubuhku. Kulihat langit pagi ini sedikit berawan. Bagaimana  keadaannya sekarang? Hanya itu yang terngiang dipikiranku sejak awal.

"Kila." Panggilnya. "Boleh kupinjam dapurmu?" Tanya Ata. Aku yang sedang mengerjakan tugas langsung mengiyakan dengan isyarat tangan, meskipun sesaat, aku terkejut. Sejak kapan dia mau memasak? Seperti bisa membaca pikiranku, dia berkata "Aku ingin menyombongkan keahlianku dalam memasak." Aku tak ambil pusing.

"Ah... Kurang asin." Ucapku saat dia menghidangkan masakannya. Wajahnya langsung berubah cemas. Dia berlari kedapur, mengambil setoples garam. "Hahaha.... aku hanya bercanda. makannan mu enak. Pas sekali." Ujarku sambil terkekeh. Wajah cemberut Ata sangat lucu. 

Aku merindukan momen-momen itu.

Oh, ya. Akan ku tanyakan pada Nana. Mungkin dia tahu.

"Ya?" ujar Nana saat telepon tersambung.

"Hai Na. Ini Kila. Ada yang ingin ku tanyakan."

"Oh, Kila. Ada apa?"

Aku menghela nafas pelan. Kuberanikan diriku untuk bertanya.

"Bagaimana kabar Ata?" tanyaku. Sekarang aku tak bisa menghentikan jantungku yang berdebar 19x lebih cepat.

"Ata? Entahlah. Aku tidak bertemu dengannya akhir-akhir ini." jawab Nana yang langsung membuatku sedikit lesu.

"Oh. Jadi begitu. Baik--"

"Tapi," sela Nana. Aku mengerutkan dahiku, menunggu apa yang akan dikatakan Nana. "Terakhir kali aku melihatnya, dia bersama pacar barunya.

Spontan, duniaku menjadi abu-abu. Semuanya membeku. Tak ada warna di duniaku. Aku tak tahu, apakah jantungku masih berdetak. Benda tajam ditusukkan tepat di dadaku. Aku sesak.

Ayolah, diriku. Bertahanlah.

The End.

Playlist: Happier - Ed Sheeran.

Isi HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang