Memory Twelve: Kurasa Dia... (Anya & Aril) (Pt. 2 || Aril's POV)

20 0 2
                                    

Hah... Akhirnya aku sudah ada di rumah. Seharian ini sangat melelahkan. Tapi, tentu saja aku menikmati hari ini. Yah, meski aku orang baru di antara mereka, mereka sungguh bersahabat. Dan Anya, kurasa aku menyukainya. Ya, aku tidak akan berbohong. Meski ini pertama kalinya aku bertemu dengannya, dia adalah perempuan yang baik.

"Aril, apa kau sudah mempersiapkan barangmu?" Ibu yang keluar dari kamarnya menyambutku yang sedang berkutat dengan charger handphoneku.

"Belum, ibu. besok pagi aku akan menyiapkannya. Kurasa aku tidak akan membawa banyak barang dari rumah. Masih banyak bajuku yang aku tinggal di asrama sebelum pulang minggu lalu."

"Baiklah. Beristirahatlah. Besok kau harus mengejar jadwal keretamu." Ibu kembali masuk kekamarnya, dan aku juga masuk ke dalam kamarku.

Oh, ya, aku akan menanyakannya pada Ali.

"Hey, Ali. Apa nama instagram milik Anya?" tanyaku pada Ali di chat.

Tak lama, Ali menjawabnya. "Memangnya kenapa?"

"Sudahlah, cepat beri tahu aku."

Ali mengetikkan username instagram Anya.

"Terima kasih, Ali."

Yah, ini akan menjadi semester yang panjang.

*****

5 bulan kemudian.

Akhirnya, liburanku dimulai lagi. Kali ini lebih panjang. Setelah berkutat dengan ujian kenaikan kelas yang sangat memberatkan, aku pulang ke kampung halamanku. Repot sekali selama sepekan aku harus belajar tanpa tahu apa yang harus kupelajari.

Aku sangat ingin sekali berkeliling kota. Sudah lama aku tidak merasakan atmosfer yang nyaman ini.

ting!!

Notifikasi masuk membuat handphoneku berbunyi. Oh,ternyata ini grup yang aku, Ali, Arya buat. Sebenarnya tidak ada yang spesial terhada grup ini. Tapi kami suka membicarakan sesuatu yang tidak penting, seperti kenapa kucing jika terkejut langsung berlari tanpa menoleh dahulu.

"Apa kalian sudah pulang? " tanya Ali di grup.

"Aku sudah di rumah saat ini. Sepertinya Arya belum pulang."

"Ayo kita lakukan rutinitas."

Rutinitas kami adalah menyewa studio musik dan menghabiskan waktu disana. Meski memang hanya bermain-main, tapi kami menikmatinya. memainkan lagu sedih sekaligus mencurahkan isi hati kami lewat lagu-lagu yang kami mainkan.

Tapi bukan berarti kami tidak pernah mengikuti acara-acara musik seperti lomba musik akustik atau sekedar bernyanyi di kafe, menemani para pengunjung kafe itu.

"Boleh, kita tunggu Arya pulang. Mungkin dia besok sudah ada di rumahnya."

Setelah menentukan waktunya, aku berkata pada Ali bahwa aku akan mengistirahatkan diriku. Perjalanan dari Malang ke kampung halamanku mengutas banyak tenaga.

Oh iya, ada seseorang yang ingin kutemui. Kuputuskan untuk mengiriminya pesan.

"Hey Chika. Apa kau ada waktu sebulan kedepan?"

Belum ada balasan dari Chika. Kurasa dia sudah tidur. Kalau begitu, aku juga akan tidur.

*****

"Aril, bangun. Temanmu datang." ungkap ibu padaku yang masih setengah tersadar. Ha? Apa ini sudah sangat siang?

"Siapa?" tanyaku dengan suara serak.

Isi HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang