Memory Ten: Hati Yang Bertamu (Sena & Sherina).

14 0 0
                                    

Sialan!

Kelas pagi selalu yang paling merepotkan. Apa mereka para dosen tidak punya keluarga yang harus diurus? Jika saja ada orang lain di rumah ini, mungkin pekerjaan rumah tidak akan ku pusingkan.

Pukul lima pagi, aku sudah harus siap untuk pergi ke kampus. Jadi, pukul empat aku sudah harus bangun dan membersihkan rumah sebelum ku tinggal. Dan disaat seperti ini, aku tidak punya waktu untuk sarapan.

Kuraih tas dan kunci motor ku, lalu menuju keluar rumah sambil menenteng sepatu putih ku. Handphone-ku tiba-tiba saja berbunyi. Panggilan masuk dari nama yang terpampang disana, Sherina.

Demi apapun, aku harus mengangkat teleponnya.

"Iya Rina, sebentar lagi. Aku sedang di jalan." tanpa basa-basi, aku langsung menutup telepon, menuju motor. Saat hendak menghidupkan motor, handphone-ku berbunyi lagi.

"tidak mungkin kau sudah di njalan jika kau masih mengangkat teleponku." suaranya sangat nyaring dari seberang sana. "cepatlah, Sena."

"Tidak mungkin aku sudah di jalan jika kau masih menelponku."

Setelah menutup telepon, kunyalakn motorku ndan mulai melaju menuju rumah Rina.

Namanya Sherina, tapi hanya aku yang memanggilnya Rina. Dia bukan perempuan yang aktif kesana-kemari. Bahkan bisa dibilang dia adalah perempuan yang malas. Dia hanya satu dari sekian ribu mahasiswa di kampus ini, dan dia hanya satu di dunia ini. Satu-satunya yang menyita perhatianku.

Aku dan Rina memilih studi yang berbeda. Tetapi pagi ini kami sama-sama memiliki kelas pagi. Enak sekali Igor dan Kayra. mereka tidak mendapat kelas pagi dua semester terakhir ini. Ayolah, aku sangat ingin sarapan!

"Bahkan keong lebih cepat dari mu." itu yang ia katakan saat aku sampai di rumahnya.

"Apa kau tidak tahu betapa merepotkannya membersihkan rumah sendiriran? Aku tidak sempat sarapan pagi ini. Lagi pula, rumahmu dan kampus hanya berjarak 10 menit."

Rina segera mengenakan helmnya lalu menaiki motorku. "Sudahlah, jangan banyak bicara. Sebagai teman yang baik, kau harus tulus dalam menolong."

Sialan. Aku sangat membenci itu. Aku benci harus menjadi teman. Karena tidak ada yang bisa dilakukan teman selain menemani dalam diam untuk tidak ditinggalkan. Tidak punya hak untuk cemburu, tidak ada kesempatan untuk mengaturnya.

"Ayo cepatlah, atau kita akan terlambat."

Tidak, aku sudah terlambat untuk mendapatkanmu.

*****

Seharusnya aku senang bisa sarapan setelah kelas pagi ini. Sekarang masih pukul 8 pagi. Kelas selanjutnya masih pukul 12 siang. Sebenarnya aku bisa mencari makan di luar atau paling tidak memesan makan di sini. Tapi, tugas proposal ini sungguh menyita segala waktuku. Apalagi aku harus mengirimnya sebelum pukul 10

"Hey, apa yang kau lakukan?" Rina tiba-tiba saja duduk di bangku depanku.

Kantin kampusku tidak terlalu besar untuk bisa menampung banyak mahasiswa disini, tapi setidaknya mereka menyediakan makanan

Kulirik Rina sesaat, lalu kembali menatap layar laptop ku. Aku belum menyelesaikan tugas laporan penelitian ku. aku harus menyelesaikannya sebelum pukul 10."

Rina hanya tersenyum sambil menatapku terus-menerus. Ah, sudah kuduga. Dasar perampok. Aku menghela nafas sambil mengeluarkan dompet. "Pesan juga aku. Nasi goreng dan jus mangga."

Rina tersenyum lebar penuh kemenangan. Dia mengambil dompet ku lalu berlari kecil menuju kios makanan.

"Terima kasih, Sena! Kau yang terbaik!" seru Rina saat ia mulai meninggalkan ku. Aku menghela nafas lumayan panjang. Aku yang terbaik, tapi bukan aku yang kau inginkan.

Isi HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang